96 Tahun NU dan Setumpuk Pekerjaan Rumah

Senin, 31 Januari 2022 - 10:05 WIB
Tidak menutup mata, transformasi digital membawa dampak positif berupa semakin mudah dan cepatnya akses informasi, munculnya inovasi dalam berbagai bidang kehidupan yang meningkatkan kualitas dan efisiensi dalam kehidupan. Namun, jangan lupakan juga dampak negatifnya seperti maraknya pelanggaran hak cipta atau hak kekayaan intelektual, bullying, pornografi, kejahatan cyber, serta maraknya berita palsu yang menimbulkan disintegrasi bangsa dan perpecahan.

Satu-satunya kunci penguatan SDM guna menangkal ini adalah melalui jalur pendidikan. Seluruh jenjang pendidikan NU, dari Raudatul Athfal hingga perguruan tinggi harus terus berpegang teguh pada nilai, metodologi, dan kurikulum keagamaan namun adaptif mengadopsi kurikulum modern berbasis Science, Technology, Engineering, Mathematics (STEM) serta memberikan ruang untuk bekreasi dan berinovasi.

Dengan begitu, seorang intelektual NU akan mampu secara fasih menjelaskan Islam secara benar dan mendalam. Islam yang damai, sejuk, dan tanpa kekerasan. Islam yang Rahmatan lil'alamin. Kemampuan ini pula yang kemudian akan mampu membendung munculnya radikalisme, intoleransi, dan disintegrasi bangsa yang saat ini juga telah menjejak ranah digital.

Pekerjaan rumah NU ini selaras dengan tantangan Indonesia di mana republik ini tidak lama lagi akan mencapai puncak demografi di mana usia produktif (15-64 tahun) mendominasi jumlah penduduk di dalam negeri. Penguatan SDM mau tidak mau harus digencarkan guna menghasilkan SDM yang berkualitas. Dengan begitu, bonus demografi tersebut membawa Indonesia semakin unggul, bukan sebaliknya justru menimbulkan bencana demografi.

Pemulihan Ekonomi

Pemulihan ekonomi akibat Covid-19 menjadi bab lain perjalanan NU jelang usianya mencapai satu abad. Dengan kekuatan yang dimiliki NU, maka tidak berlebihan apabila NU optimisme Indonesia bisa segera keluar dari krisis ini jauh lebih cepat. Langkah dimulai dengan penguatan kemandirian ekonomi di internal kader NU yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Konsep ini sangat bisa diterapkan pada lingkungan pesantren.

Data Kementerian Agama pada 2021 mengatakan sekitar 4.000 pesantren memiliki potensi pada sektor ekonomi. Rinciannya, 1.479 pesantren bergera pada sektor agribisnis, 1.141 pesantren pada sektor perkebunan, 1.053 pesantren sektor peternakan, dan 318 pesantren pada sektor maritim. Mereka memiliki usaha yang berada di bawah naungan koperasi atau Baitul mal wat tamwil. Dengan begitu, konsep bisnis yang diterapkan berbasis syariah dan masuk kategori halal.

Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin sendiri tengah mendorong percepatan realisasi halal lifestyle di Indonesia melalui keberadaan kawasan industri halal di sejumlah wilayah Indonesia. Dan, Jawa Timur menjadi salah satu provinsi yang menjadi pilot project dalam mewujudkan halal lifestyle dan industri halal tersebut.

Targetnya, adalah membalik keadaan di mana jika sebelumnya Indonesia menjadi negara terbesar pengimpor produk halal, maka dengan tumbuh dan berkembangnya kawasan industri halal, maka Indonesia merubah statusnya menjadi negara terbesar produsen produk halal.

NU dengan basis massa yang kuat dan berbagai potensi bisa menjadi bagian penting dalam mewujudkan cita-cita tersebut. Penguatan kemandirian ekonomi pada lingkungan pesantren adalah langkah awal yang sangat tepat. One pesantren one product sudah berjalan di Jawa Timur bisa menjadi prototype penguatan ekonomi di lingkungan pesantren. Program tersebut merupakan modal bagi umat Islam, khususnya NU untuk mendorong produk halal Indonesia unggul dibanding negara lain. Amanah untuk membali keadaan pun bisa diwujudkan dari lingkungan pesantren NU.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More