Jadi Perbincangan Publik, Ini 6 Fakta Unik tentang Bahasa Sunda
Jum'at, 21 Januari 2022 - 15:43 WIB
JAKARTA - Dua peristiwa di Gedung DPR telah mengerek naik bahasa Sunda dalam perbincangan publik dalam beberapa hari terakhir. Keduanya adalah pernyataan kontroversial politikus PDIP Arteria Dahlan serta terusirnya Sekjen Kemensos Harry Hikmat dalam rapat dengan Komisi VIII DPR.
Tidak ada yang tahu pasti kapan bahasa Sunda lahir. Tetapi bahasa Sunda dimasukkan ke dalam rumpun bahasa Austronesia, tepatnya cabang bahasa Melayu-Polinesia. Bukti tertulis tertua mengenai eksistensi bahasa Sunda ditemukan pada prasasti Kawali, diperkirakan dibuat semasa pemerintahan Niskala Wastukancana dari Kerajaan Sunda Galuh (1397-1475). Berikut fakta-fakta unik mengenai bahasa Sunda yang dihimpun dari sejumlah sumber.
1. Bahasa Sunda adalah salah satu bahasa tertua di Indonesia. Sejumlah ahli menyebut bahasa Sunda pernah menjadi bahasa percakapan di wilayah barat Jawa sebelum abad ke-10. Bukti penggunaan bahasa Sunda (kuno) secara tertulis dijumpai lebih luas dalam bentuk naskah, yang ditulis pada daun lontar, enau, kelapa, dan nipah.
2. Bahasa Sunda menjadi bahasa dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah bahasa Jawa. Berdasarkan data statistik 2010, sekitar 25 juta orang menuturkan bahasa Sunda. Para penutur bahasa Sunda tersebar di wilayah Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Bengkulu, hingga Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Utara.
3. Bahasa Sunda memiliki tujuh huruf vokal, terdiri atas lima bunyi vokal murni (a, é, i, o, u) dan dua bunyi vokal netral e (pepet) dan eu.
4. Bahasa Sunda punya 18 huruf konsonan, yaitu: p, b, t, d, k, g, c, j, h, ng, ny, m, n, s, w, l, r, dan y. Sebagian bunyi konsonan dari Bahasa Indonesia diadopsi menjadi bunyi pada huruf konsonan bahsa Sunda. Misalnya f dan v yang menjadi p dan z menjadi j.
5. Bahasa Sunda juga memiliki tingkatan atau hierarki dari kasar, loma/lancaran sampai halus. Secara umum penutur bahasa loma mendominasi wilayah desa-desa di pegunungan Banten. Sementara bagi masyarakat perkotaan dan sebagian pesisir terbiasa menggunakan bahasa halus.
6. Bahasa Sunda di wilayah Jawa Barat terbagi ke dalam dua dialek, yaitu (1) dialek [h] dan (2) dialek non-[h]. Dialek [h] dituturkan hampir di seluruh wilayah Jawa Barat (kecuali wilayah pesisir utara), antara lain Majalengka, Bogor, Tasikmalaya, Kuningan, Bekasi, Garut, Ciamis, Sukabumi, Subang, Purwakarta, Sumedang, Cianjur, Karawang, Bandung, Bandung Barat, dan Cirebon.
Dialek ini merupakan dialek standar karena di samping digunakan di pusat kekuasaan (ibukota provinsi), sebaran geografisnya luas, jumlah penuturnya lebih besar, juga digunakan dalam media massa cetak dan elektronik.
Dialek ini terdapat realisasi bunyi [h] di segala posisi sebagaimana bahasa Sunda baku pada umumnya. Berbeda halnya dengan dialek non-[h] yang dituturkan oleh masyarakat di Desa Pareangirang,Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, dialek ini tidak merealisasikan bunyi [h] di segala posisi.
Tidak ada yang tahu pasti kapan bahasa Sunda lahir. Tetapi bahasa Sunda dimasukkan ke dalam rumpun bahasa Austronesia, tepatnya cabang bahasa Melayu-Polinesia. Bukti tertulis tertua mengenai eksistensi bahasa Sunda ditemukan pada prasasti Kawali, diperkirakan dibuat semasa pemerintahan Niskala Wastukancana dari Kerajaan Sunda Galuh (1397-1475). Berikut fakta-fakta unik mengenai bahasa Sunda yang dihimpun dari sejumlah sumber.
1. Bahasa Sunda adalah salah satu bahasa tertua di Indonesia. Sejumlah ahli menyebut bahasa Sunda pernah menjadi bahasa percakapan di wilayah barat Jawa sebelum abad ke-10. Bukti penggunaan bahasa Sunda (kuno) secara tertulis dijumpai lebih luas dalam bentuk naskah, yang ditulis pada daun lontar, enau, kelapa, dan nipah.
2. Bahasa Sunda menjadi bahasa dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah bahasa Jawa. Berdasarkan data statistik 2010, sekitar 25 juta orang menuturkan bahasa Sunda. Para penutur bahasa Sunda tersebar di wilayah Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Bengkulu, hingga Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Utara.
3. Bahasa Sunda memiliki tujuh huruf vokal, terdiri atas lima bunyi vokal murni (a, é, i, o, u) dan dua bunyi vokal netral e (pepet) dan eu.
4. Bahasa Sunda punya 18 huruf konsonan, yaitu: p, b, t, d, k, g, c, j, h, ng, ny, m, n, s, w, l, r, dan y. Sebagian bunyi konsonan dari Bahasa Indonesia diadopsi menjadi bunyi pada huruf konsonan bahsa Sunda. Misalnya f dan v yang menjadi p dan z menjadi j.
5. Bahasa Sunda juga memiliki tingkatan atau hierarki dari kasar, loma/lancaran sampai halus. Secara umum penutur bahasa loma mendominasi wilayah desa-desa di pegunungan Banten. Sementara bagi masyarakat perkotaan dan sebagian pesisir terbiasa menggunakan bahasa halus.
6. Bahasa Sunda di wilayah Jawa Barat terbagi ke dalam dua dialek, yaitu (1) dialek [h] dan (2) dialek non-[h]. Dialek [h] dituturkan hampir di seluruh wilayah Jawa Barat (kecuali wilayah pesisir utara), antara lain Majalengka, Bogor, Tasikmalaya, Kuningan, Bekasi, Garut, Ciamis, Sukabumi, Subang, Purwakarta, Sumedang, Cianjur, Karawang, Bandung, Bandung Barat, dan Cirebon.
Dialek ini merupakan dialek standar karena di samping digunakan di pusat kekuasaan (ibukota provinsi), sebaran geografisnya luas, jumlah penuturnya lebih besar, juga digunakan dalam media massa cetak dan elektronik.
Dialek ini terdapat realisasi bunyi [h] di segala posisi sebagaimana bahasa Sunda baku pada umumnya. Berbeda halnya dengan dialek non-[h] yang dituturkan oleh masyarakat di Desa Pareangirang,Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, dialek ini tidak merealisasikan bunyi [h] di segala posisi.
(muh)
tulis komentar anda