Jelang Muktamar NU, Keberanian KH Ali Maksum saat Menjadi Rais Aam PBNU Kembali Dikenang
Selasa, 21 Desember 2021 - 16:45 WIB
Baca juga: Jelang Muktamar, Mayoritas PCNU di Jabar Deklarasi Dukung Gus Yahya
Menurutnya, saat itu KH Idham Kholid juga merupakan Ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP), tapi sangat lemah dalam membela kepentingan politik NU di PPP. Idham Kholid selalu kalah dengan Jailani Naro dan kawan-kawan.
"Itulah keberanian dan simbol supremasi Rais Aam PBNU era KH Ali Maksum dalam menata regenerasi kepemimpinan NU sekaligus menata hubungan politik NU dengan politik praktis ketika Soeharto sangat powerfull berkuasa," katanya.
Idham Chalid juga pernah duduk sebagai Wakil Perdana Menteri era Kabinet Ali Sastroamidjoyo dan Kabinet Juanda. "Dalam Muktamar Situbondo Mbah Ali melarang Pak Idham Chalid maju sebagai ketua umum PBNU, akhirnya 1984 Gus Dur yang masih berusia 40-an tahun muncul sebagai Ketua Umum PBNU," kata Kiai Asyhari.
Peran Kiai Ali Maksum juga tampak dalam penerimaan NU terhadap asas tunggal Pancasila ketika Muktamar Situbondo. Betapa pentingnya peran NU ketika secara deklaratif menerima Pancasila sebagai asas tunggal, di tengah suasana politik yang represif.
Keberanian Kiai Ali Maksum juga tampak dalam mempertahankan tokoh muda NU bernama Subhan ZE. Ketika itu para kiai NU ingin melengserkan Subhan ZE sebagai Wakil Ketua Umum PBNU karena dianggap cacat moral. Namun Kiai Ali Maksum mempertahankan Subhan ZE sebagai salah satu tokoh muda NU yang pernah duduk sebagai Wakil Ketua MPRS mendampingi Jenderal Nasution.
Kiai Asyhari Abta dikenal sebagai salah satu santri yang dekat dengan Kiai Ali Maksum. Sejak 1975 sampai 80-an setiap pagi bertugas menyapu rumah ndalem Kiai Ali. "Setelah nyapu rumah dan kamar, baru bikin wedang. Waktu itu belum ada kompor apalagi kompor gas. Jadi nggodog (merebus) wedang (minum) dengan grajen," tutur mantan Rais Syuriyah PWNU DIY ini.
Sementara itu, KH A Zuhdi Muhdlor, alumnus Krapyak mengingat salah satu ajaran Kiai Ali Maksum, 'al-‘ilmu bi at-ta'allum, bahwa untuk mendapatkan ilmu harus menempuh jalan belajar, secara rasional, logis, bukan dengan tirakat berlebihan.
Menurut Wakil Rais Syuriyah PWNU DIY ini mengatakan, Kiai Ali tidak sepakat ketika ada santrinya berlebihan dalam berpuasa, misalnya tidak makan nasi selama 40 hari. Kiai Ali selalu bilang bahwa santri harus makan bergizi biar cerdas.
Menurutnya, saat itu KH Idham Kholid juga merupakan Ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP), tapi sangat lemah dalam membela kepentingan politik NU di PPP. Idham Kholid selalu kalah dengan Jailani Naro dan kawan-kawan.
"Itulah keberanian dan simbol supremasi Rais Aam PBNU era KH Ali Maksum dalam menata regenerasi kepemimpinan NU sekaligus menata hubungan politik NU dengan politik praktis ketika Soeharto sangat powerfull berkuasa," katanya.
Idham Chalid juga pernah duduk sebagai Wakil Perdana Menteri era Kabinet Ali Sastroamidjoyo dan Kabinet Juanda. "Dalam Muktamar Situbondo Mbah Ali melarang Pak Idham Chalid maju sebagai ketua umum PBNU, akhirnya 1984 Gus Dur yang masih berusia 40-an tahun muncul sebagai Ketua Umum PBNU," kata Kiai Asyhari.
Peran Kiai Ali Maksum juga tampak dalam penerimaan NU terhadap asas tunggal Pancasila ketika Muktamar Situbondo. Betapa pentingnya peran NU ketika secara deklaratif menerima Pancasila sebagai asas tunggal, di tengah suasana politik yang represif.
Keberanian Kiai Ali Maksum juga tampak dalam mempertahankan tokoh muda NU bernama Subhan ZE. Ketika itu para kiai NU ingin melengserkan Subhan ZE sebagai Wakil Ketua Umum PBNU karena dianggap cacat moral. Namun Kiai Ali Maksum mempertahankan Subhan ZE sebagai salah satu tokoh muda NU yang pernah duduk sebagai Wakil Ketua MPRS mendampingi Jenderal Nasution.
Kiai Asyhari Abta dikenal sebagai salah satu santri yang dekat dengan Kiai Ali Maksum. Sejak 1975 sampai 80-an setiap pagi bertugas menyapu rumah ndalem Kiai Ali. "Setelah nyapu rumah dan kamar, baru bikin wedang. Waktu itu belum ada kompor apalagi kompor gas. Jadi nggodog (merebus) wedang (minum) dengan grajen," tutur mantan Rais Syuriyah PWNU DIY ini.
Sementara itu, KH A Zuhdi Muhdlor, alumnus Krapyak mengingat salah satu ajaran Kiai Ali Maksum, 'al-‘ilmu bi at-ta'allum, bahwa untuk mendapatkan ilmu harus menempuh jalan belajar, secara rasional, logis, bukan dengan tirakat berlebihan.
Menurut Wakil Rais Syuriyah PWNU DIY ini mengatakan, Kiai Ali tidak sepakat ketika ada santrinya berlebihan dalam berpuasa, misalnya tidak makan nasi selama 40 hari. Kiai Ali selalu bilang bahwa santri harus makan bergizi biar cerdas.
tulis komentar anda