Tekun...
Sabtu, 18 Desember 2021 - 06:09 WIB
baca juga: 2 Tips dari Franka Makarim untuk Tingkatkan Kemampuan Literasi Anak
Pemunculan nama Mansur Samin itu mungkin bakal diikuti dengan studi-studi Setyaningsih untuk puluhan pengarang cerita anak di Indonesia, dari masa ke masa. Kita pun memerlukan memuliakan mereka ketimbang selalu memuja pengarang-pengarang asal Amerika Serikat dan Eropa. Penerbit-penerbit di Indonesia terus saja keranjingan memihak menerbitkan buku-buku terjemahan diakui mentereng alias berselera dunia.
Perbukuan anak masih dikuasai buku-buku terjemahan gubahan ratusan pengarang dari pelbagai negara sudah memiliki keagungan sastra anak, sejak ratusan tahun lalu. Pemuliaan buku cerita anak gubahan para pengarang Indonesia pernah dilakukan oleh Riris K Sarumpaet. Studi itu diterbitkan oleh Pustaka Jaya berjudul Bacaan Anak-Anak: Suatu Penyelidikan Pendahuluan ke Hakekat, Sifat dan Corak Bacaan Anak-Anak Serta Minat Anak Pada Bacaanya (1976).
baca juga: MNC Peduli Serahkan Bantuan untuk Rumah Baca Literasi Anak Bangsa di Semarang
Masalah bacaan atau sastra anak makin ruwet bila kita kelelahan menjelaskan judul panjang. Studi itu menghasilkan pesan: “Bacaan yang sesuai untuk anak-anak haruslah bacaan yang sesuai dengan hakekat dan sifat dunia dan alam kehidupan anak-anak. Alam kehidupan anak-anak ditandai dengan dominannya faktor fantasi. Fantasi pada anak-anak bersifat kreatif dan antropomorfistis serta merupakan salah satu kebutuhan intrinsik bagi pertumbuhan mereka.”
Usaha tekun dengan memilih bacaan anak-anak di pelbagai penerbit. Buku menantikan lanjutan bagi orang-orang berpihak sastra anak selera Indonesia. Setyaningsih pun melakukan studi-studi kecil bukan di naungan akademik. Ia melakukan pembacaan ratusan buku anak dengan menghasilkan esai-esai, belum perlu masuk jurnal internasional berbahasa Inggris atau disampaikan dalam seminar megah.
baca juga: Sayur Kendal Ikut Tingkatkan Literasi Anak Lewat Sayembara Cerpen Anak
Setyaningsih kadang turut dalam pendapat-pendapat para pengamat telah menekuni masalah-masalah bacaan anak. Ia pun sempat membuat kalimat petuah setelah mengamati buku detektif diminati anak-anak: “Pesan ‘menyenangkan’ atau ‘bertualang’ saja tidak cukup. Cerita anak Indonesia harus berakhir dengan pesan baik bagi anak-anak demi menjaga ikatan persahabatan, keluarga, dan optimisme atas bakat-prestasi diri.” Ketekunan dalam menulis masalah sastra anak dan bacaan anak belum rampung. Kita menanti buku jilid ketiga. Begitu.
Judul : Kitab Cerita: Esai-Esai Anak dan Pustaka 2
Penulis : Setyaningsih
Pemunculan nama Mansur Samin itu mungkin bakal diikuti dengan studi-studi Setyaningsih untuk puluhan pengarang cerita anak di Indonesia, dari masa ke masa. Kita pun memerlukan memuliakan mereka ketimbang selalu memuja pengarang-pengarang asal Amerika Serikat dan Eropa. Penerbit-penerbit di Indonesia terus saja keranjingan memihak menerbitkan buku-buku terjemahan diakui mentereng alias berselera dunia.
Perbukuan anak masih dikuasai buku-buku terjemahan gubahan ratusan pengarang dari pelbagai negara sudah memiliki keagungan sastra anak, sejak ratusan tahun lalu. Pemuliaan buku cerita anak gubahan para pengarang Indonesia pernah dilakukan oleh Riris K Sarumpaet. Studi itu diterbitkan oleh Pustaka Jaya berjudul Bacaan Anak-Anak: Suatu Penyelidikan Pendahuluan ke Hakekat, Sifat dan Corak Bacaan Anak-Anak Serta Minat Anak Pada Bacaanya (1976).
baca juga: MNC Peduli Serahkan Bantuan untuk Rumah Baca Literasi Anak Bangsa di Semarang
Masalah bacaan atau sastra anak makin ruwet bila kita kelelahan menjelaskan judul panjang. Studi itu menghasilkan pesan: “Bacaan yang sesuai untuk anak-anak haruslah bacaan yang sesuai dengan hakekat dan sifat dunia dan alam kehidupan anak-anak. Alam kehidupan anak-anak ditandai dengan dominannya faktor fantasi. Fantasi pada anak-anak bersifat kreatif dan antropomorfistis serta merupakan salah satu kebutuhan intrinsik bagi pertumbuhan mereka.”
Usaha tekun dengan memilih bacaan anak-anak di pelbagai penerbit. Buku menantikan lanjutan bagi orang-orang berpihak sastra anak selera Indonesia. Setyaningsih pun melakukan studi-studi kecil bukan di naungan akademik. Ia melakukan pembacaan ratusan buku anak dengan menghasilkan esai-esai, belum perlu masuk jurnal internasional berbahasa Inggris atau disampaikan dalam seminar megah.
baca juga: Sayur Kendal Ikut Tingkatkan Literasi Anak Lewat Sayembara Cerpen Anak
Setyaningsih kadang turut dalam pendapat-pendapat para pengamat telah menekuni masalah-masalah bacaan anak. Ia pun sempat membuat kalimat petuah setelah mengamati buku detektif diminati anak-anak: “Pesan ‘menyenangkan’ atau ‘bertualang’ saja tidak cukup. Cerita anak Indonesia harus berakhir dengan pesan baik bagi anak-anak demi menjaga ikatan persahabatan, keluarga, dan optimisme atas bakat-prestasi diri.” Ketekunan dalam menulis masalah sastra anak dan bacaan anak belum rampung. Kita menanti buku jilid ketiga. Begitu.
Judul : Kitab Cerita: Esai-Esai Anak dan Pustaka 2
Penulis : Setyaningsih
tulis komentar anda