Refleksi Asuhan Keperawatan pada Era Covid-19
Selasa, 09 Juni 2020 - 08:08 WIB
Dr. Rr.Tutik Sri Hariyati, SKp.,MARS
Dosen Departemen Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
INSIDEN Covid-19 di Indonesia dari hari ke hari semaikin bertambah dan saat ini sudah memasuki bulan keempat. Sudah waktunya harus melakukan proses refleksi yang bertujuan untuk mengenal asuhan dan sebagai bahan upaya perbaikan terhadap asuhan. Salah satu tenaga kesehatan yang harus berbenah dan membuat refleksi diri terhadap model asuhannya adalah tenaga perawat. Bukan mengesampingkan tenaga kesehatan yang lain, namun penekanan pengenalan dan refleksi diri pada tenaga keperawatan ini dikarenakan dalam 24 jam, tiga shift yaitu pagi, sore, malam, serta dalam tujuh hari full tidak ada rumah sakit yang tidak ada perawatnya.
Perlu digaris bawah bahwa isolasi bukan obat dari Covid-19, tetapi isolasi adalah upaya memutus rantai persebaran, sedangkan esensinya adalah perawatan, pengobatan, pemulihan, dan kerja sama pasien, dengan perawat dan semua tenaga kesehatan dalam memulihkan kesehatan adalah komponen yang sangat utama. Sebagai garda terdepan pada era Covid 19, menurut Liu, 2020 dalam The Lancet Global Health , 20 , 1-9, perawat mempunyai peran dalam asesmen, meminimalkan komplikasi dengan melaksanakan monitoring ketat, melaksanakan manajemen jalan napas, melakukan perubahan posisi, melakukan edukasi dan kolaborasi dalam pemberian obat. Perawat juga akan membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, termasuk pemberian carian dan nutrisi, pemenuhan kebutuhan eliminasi (BAB/BAK) dan juga kebersihan diri. Dari mulai skrining, tindakan kegawatdaruratan, perawatan isolasi, sampai penanganan kasus kritis yang dilaksanakan secara berkolaborasi oleh tim kesehatan merupakan tugas dari perawat.
Tidak hanya kebutuhan fisik yang harus dibantu, juga kebutuhan pemenuhan kebutuhan psikologis, kebutuhan spiritual serta kebutuhan untuk didengar dan dimengerti menjadi esensi perawatan pasien. Di sisi lain, terjadi suatu perubahan fenomena besar pada era Covid ini, di mana umumnya di Indonesia model family empowerment saat keluarga dirawat sangat kental menjadi budaya di Indonesia, namun pada era Covid-19 budaya ini berubah100 % atau dapat dikatakan budaya pelibatan keluarga dalam asuhan di RS tidak bisa dilaksanakan karena adanya pembatasan untuk mencegah transmisi dan pasien harus diisolasi sehingga tidak boleh ditungggu oleh keluarga. Dampak perawatan isolasi ini menyebabkan perubahan yang sangat besar dan mendorong seluruh perawat untuk lebih melakukan asuhan secara komprehensif dari seluruh komponen bio, psiko, sosial, spiritual, dan budaya.
Mungkin pernah mendengar testimoni yang beredar di medsos, di mana seorang profesor dari universitas ternama di Jogja sangat merasa terbantu dengan adanya perawat, dokter, dan profesi lainnya. Di sisi lain, ada juga keluhan yang menyampaikan adanya pasien yang merasa tidak diberikan asuhan dengan caring oleh perawat. Kondisi inilah yang dapat menjadi refleksi diri yang harus diperbaiki dan menjadi bukti bahwa asuhan keperawatan sangatlah dinanti.
Mengutip berita-berita di mana kehadiran asuhan dari perawat sangat dinanti, maka perlu ada pembenahan positif dari aspek asuhan. Pandangan positif diberikan kepada perawat terkait bagaimana perawat menyemangati pasien agar dapat beraktivitas secara sehat, seperti olahraga, terapi relaksasi dengan bernyanyi ataupun mengerjakan aktivitas spiritual. Seyogianya bukan lagu atau mainan Tiktok yang di blow-up , sejatinya hal tersebut adalah asuhan dan ada dasar ada ilmunya sehingga tidak disalahartikan. Tiktok adalah salah satu media sosial yang dapat digunakan sebagai salah satu alat bantu melaksanakan relaksasi, menurunkan kesepian di ruang isolasi. Pemilihan media ini dimulai dengan asesmen kebutuhan pasien yang memang seiring dengan berkembangnya era digitalisasi dan era milenial, penetapan diagnosis, baru pelaksanaan intervensi.
Bahwa dalam Undang-undang Keperawatan No 38/2014 disampaikan bahwa asuhan keperawatan adalah rangkaian interaksi perawat dengan klien (pasien dan keluarga) dan lingkungannya untuk memenuhi pemenuhan kebutuhan dan kemandirian klien dalam merawat dirinya. Memenuhi kebutuhan dan kemandirian di sinilah letak peran utama perawat. Pemenuhan kebutuhan dihargai, kesepian di dalam isolasi inilah yg dipenuhi oleh perawat saat bersama aktivitas dan relaksasi bermain Tiktok. Ada esensi asuhan di sini bukan hanya main-main, sehingga seharusnya apa pun asuhannya dimulai dari proses asesmen dan penetapan diagnosis, target, dan planning- nya, pelaksanaan dan evaluasinya. Pemilihan media seperti tiktok bisa dipilih sesuai budaya dan karakter pasien, dan ada batasan-batasan di mana tidak keluar dari standar pencegahan dan pengendalian infeksi seperti duduk di lantai atau bahkan membawa-bawa alat kebersihan seperti yang beredar di medsos.
Sejatinya asuhan selalu dilandasi dengan konsep dan teori, salah satu pendekatan asuhan disampaikan oleh Henderson yang dikenal dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia, yaitu pemenuhan kebutuhan bernapas dengan normal, makan dan minum, eliminasi (BAK/BAB), pergerakan, serta istirahat dan tidur, kebersihan diri, berpakaian dan kestabilan termoregulator/suhu. Kalau dianalisis dari delapan kebutuhan pasien dari Henderson, maka hal ini sangat relevan dengan kebutuhan pada pasien Covid-19. Di mana perawat harus memenuhi kebutuhan bernapas pasien, sesuai tingkat kebutuhannya, dari mulai pengkajian pernapasan, pemberian oksigen sampai kebutuhan yg harus dikolaborasikan untuk mendapatkan perawatan intensif menggunakan ventilator. Demikian juga bagaimana memelihara kestabilan suhu pasien, kebutuhan makan dan minum, membantu pemenuhan kebutuhan BAB, BAK, kebersihan diri dan lingkungan, pergerakan seperti olahraga dan istiharat serta tidur dengan nyaman.
Enam kebutuhan selanjutnya terdiri atas kebutuhan akan keamanan, yaitu terhindar dari risiko jatuh dan cedera di RS, kebutuhan berkomunikasi dan jika diperluas termasuk hubungan sosial dan kebutuhan psikologis, beribadah, kebutuhan beraktivitas secara produktif, rekreasi, dan kebutuhan akan belajar. Enam kebutuhan ini juga sangat relevan dengan asuhan di era Covid-19 di mana kondisi pasien yang tidak stabil mempunyai risiko jatuh, pengkajian risiko jatuh, pendampingan perawat saat ke kamar mandi, dan pemantauan pembatas tempat tidur serta perlindungan lingkungan menjadi manajemen risiko yang harus dilaksanakan kepada pasien. Sisi beraktivitas secara produktif, komunikasi, psikologis, rekreasi, dan kebutuhan edukasi juga merupakan asuhan yang sangat penting karena akan meningkatkan motivasi dan belajar beradaptasi serta siap untuk merawat dirinya ketika pasien pulang dari RS.
Lalu bagaimana asuhan yang telah dilakukan di pelayanan? Perlu ada refleksi diri yang harus dilakukan oleh perawat dan pimpinan keperawatan agar pengelolaannya lebih baik. Bahwa sejatinya caring dan pemenuhan kebutuhan diri pasien merupakan tugas mulia yang harus diemban oleh perawat. Pengelola keperawatan harus melakukan pengarahan dan monitoring apakah aspek asuhan keperawatan sudah dijalankan dan bagaimana terus mendorong pencapaian peningkatan mutu asuhan.
Refleksi kedua yang harus dilakukan adalah refleksi oleh semua masyarakat agar mengenal dan memahami bahwa sejatinya perawat bukan pembantu dokter yang kerjanya hanya membagi obat, mengukur suhu, sehingga bisa digantikan dengan perawat robot. Robot bukan perawat karena robot hanya alat bantu, seperti halnya Tiktok, yg mungkin bisa bantu membagi obat atau makanan yang digunakan untuk membantu mengurangi tranmisi infeksi pada era Covid-19. Robot tidak bisa merespons curhatan pasien yang kateternya rembes karena posisinya bergeser, atau kebutuhan seorang pasien dengan Covid-19 yang sedang sedih dan kangen dengan keluarganya. Belum lagi aktivitas yang mebutuhkan critical thinking terkait asuhan kritis dan emergensi yang berbasis dari respons kebutuhan pasien yang waktunya sangat cepat dan butuh pengetahuan, dan keterampilan tinggi. Robot adalah teknologi alat bantu bagi tenaga kesehatan untuk pelaksanaan tugas terstuktur sedangkan esensi caring dan bagaimana interaksi perawat dalam memenuhi kebutuhan dan menyiapkan kemandirian pasien tidak akan tergantikan. Mari kita melakukan refleksi asuhan agar lebih memberikan pelayanan yang terbaik.
Dosen Departemen Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
INSIDEN Covid-19 di Indonesia dari hari ke hari semaikin bertambah dan saat ini sudah memasuki bulan keempat. Sudah waktunya harus melakukan proses refleksi yang bertujuan untuk mengenal asuhan dan sebagai bahan upaya perbaikan terhadap asuhan. Salah satu tenaga kesehatan yang harus berbenah dan membuat refleksi diri terhadap model asuhannya adalah tenaga perawat. Bukan mengesampingkan tenaga kesehatan yang lain, namun penekanan pengenalan dan refleksi diri pada tenaga keperawatan ini dikarenakan dalam 24 jam, tiga shift yaitu pagi, sore, malam, serta dalam tujuh hari full tidak ada rumah sakit yang tidak ada perawatnya.
Perlu digaris bawah bahwa isolasi bukan obat dari Covid-19, tetapi isolasi adalah upaya memutus rantai persebaran, sedangkan esensinya adalah perawatan, pengobatan, pemulihan, dan kerja sama pasien, dengan perawat dan semua tenaga kesehatan dalam memulihkan kesehatan adalah komponen yang sangat utama. Sebagai garda terdepan pada era Covid 19, menurut Liu, 2020 dalam The Lancet Global Health , 20 , 1-9, perawat mempunyai peran dalam asesmen, meminimalkan komplikasi dengan melaksanakan monitoring ketat, melaksanakan manajemen jalan napas, melakukan perubahan posisi, melakukan edukasi dan kolaborasi dalam pemberian obat. Perawat juga akan membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, termasuk pemberian carian dan nutrisi, pemenuhan kebutuhan eliminasi (BAB/BAK) dan juga kebersihan diri. Dari mulai skrining, tindakan kegawatdaruratan, perawatan isolasi, sampai penanganan kasus kritis yang dilaksanakan secara berkolaborasi oleh tim kesehatan merupakan tugas dari perawat.
Tidak hanya kebutuhan fisik yang harus dibantu, juga kebutuhan pemenuhan kebutuhan psikologis, kebutuhan spiritual serta kebutuhan untuk didengar dan dimengerti menjadi esensi perawatan pasien. Di sisi lain, terjadi suatu perubahan fenomena besar pada era Covid ini, di mana umumnya di Indonesia model family empowerment saat keluarga dirawat sangat kental menjadi budaya di Indonesia, namun pada era Covid-19 budaya ini berubah100 % atau dapat dikatakan budaya pelibatan keluarga dalam asuhan di RS tidak bisa dilaksanakan karena adanya pembatasan untuk mencegah transmisi dan pasien harus diisolasi sehingga tidak boleh ditungggu oleh keluarga. Dampak perawatan isolasi ini menyebabkan perubahan yang sangat besar dan mendorong seluruh perawat untuk lebih melakukan asuhan secara komprehensif dari seluruh komponen bio, psiko, sosial, spiritual, dan budaya.
Mungkin pernah mendengar testimoni yang beredar di medsos, di mana seorang profesor dari universitas ternama di Jogja sangat merasa terbantu dengan adanya perawat, dokter, dan profesi lainnya. Di sisi lain, ada juga keluhan yang menyampaikan adanya pasien yang merasa tidak diberikan asuhan dengan caring oleh perawat. Kondisi inilah yang dapat menjadi refleksi diri yang harus diperbaiki dan menjadi bukti bahwa asuhan keperawatan sangatlah dinanti.
Mengutip berita-berita di mana kehadiran asuhan dari perawat sangat dinanti, maka perlu ada pembenahan positif dari aspek asuhan. Pandangan positif diberikan kepada perawat terkait bagaimana perawat menyemangati pasien agar dapat beraktivitas secara sehat, seperti olahraga, terapi relaksasi dengan bernyanyi ataupun mengerjakan aktivitas spiritual. Seyogianya bukan lagu atau mainan Tiktok yang di blow-up , sejatinya hal tersebut adalah asuhan dan ada dasar ada ilmunya sehingga tidak disalahartikan. Tiktok adalah salah satu media sosial yang dapat digunakan sebagai salah satu alat bantu melaksanakan relaksasi, menurunkan kesepian di ruang isolasi. Pemilihan media ini dimulai dengan asesmen kebutuhan pasien yang memang seiring dengan berkembangnya era digitalisasi dan era milenial, penetapan diagnosis, baru pelaksanaan intervensi.
Bahwa dalam Undang-undang Keperawatan No 38/2014 disampaikan bahwa asuhan keperawatan adalah rangkaian interaksi perawat dengan klien (pasien dan keluarga) dan lingkungannya untuk memenuhi pemenuhan kebutuhan dan kemandirian klien dalam merawat dirinya. Memenuhi kebutuhan dan kemandirian di sinilah letak peran utama perawat. Pemenuhan kebutuhan dihargai, kesepian di dalam isolasi inilah yg dipenuhi oleh perawat saat bersama aktivitas dan relaksasi bermain Tiktok. Ada esensi asuhan di sini bukan hanya main-main, sehingga seharusnya apa pun asuhannya dimulai dari proses asesmen dan penetapan diagnosis, target, dan planning- nya, pelaksanaan dan evaluasinya. Pemilihan media seperti tiktok bisa dipilih sesuai budaya dan karakter pasien, dan ada batasan-batasan di mana tidak keluar dari standar pencegahan dan pengendalian infeksi seperti duduk di lantai atau bahkan membawa-bawa alat kebersihan seperti yang beredar di medsos.
Sejatinya asuhan selalu dilandasi dengan konsep dan teori, salah satu pendekatan asuhan disampaikan oleh Henderson yang dikenal dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia, yaitu pemenuhan kebutuhan bernapas dengan normal, makan dan minum, eliminasi (BAK/BAB), pergerakan, serta istirahat dan tidur, kebersihan diri, berpakaian dan kestabilan termoregulator/suhu. Kalau dianalisis dari delapan kebutuhan pasien dari Henderson, maka hal ini sangat relevan dengan kebutuhan pada pasien Covid-19. Di mana perawat harus memenuhi kebutuhan bernapas pasien, sesuai tingkat kebutuhannya, dari mulai pengkajian pernapasan, pemberian oksigen sampai kebutuhan yg harus dikolaborasikan untuk mendapatkan perawatan intensif menggunakan ventilator. Demikian juga bagaimana memelihara kestabilan suhu pasien, kebutuhan makan dan minum, membantu pemenuhan kebutuhan BAB, BAK, kebersihan diri dan lingkungan, pergerakan seperti olahraga dan istiharat serta tidur dengan nyaman.
Enam kebutuhan selanjutnya terdiri atas kebutuhan akan keamanan, yaitu terhindar dari risiko jatuh dan cedera di RS, kebutuhan berkomunikasi dan jika diperluas termasuk hubungan sosial dan kebutuhan psikologis, beribadah, kebutuhan beraktivitas secara produktif, rekreasi, dan kebutuhan akan belajar. Enam kebutuhan ini juga sangat relevan dengan asuhan di era Covid-19 di mana kondisi pasien yang tidak stabil mempunyai risiko jatuh, pengkajian risiko jatuh, pendampingan perawat saat ke kamar mandi, dan pemantauan pembatas tempat tidur serta perlindungan lingkungan menjadi manajemen risiko yang harus dilaksanakan kepada pasien. Sisi beraktivitas secara produktif, komunikasi, psikologis, rekreasi, dan kebutuhan edukasi juga merupakan asuhan yang sangat penting karena akan meningkatkan motivasi dan belajar beradaptasi serta siap untuk merawat dirinya ketika pasien pulang dari RS.
Lalu bagaimana asuhan yang telah dilakukan di pelayanan? Perlu ada refleksi diri yang harus dilakukan oleh perawat dan pimpinan keperawatan agar pengelolaannya lebih baik. Bahwa sejatinya caring dan pemenuhan kebutuhan diri pasien merupakan tugas mulia yang harus diemban oleh perawat. Pengelola keperawatan harus melakukan pengarahan dan monitoring apakah aspek asuhan keperawatan sudah dijalankan dan bagaimana terus mendorong pencapaian peningkatan mutu asuhan.
Refleksi kedua yang harus dilakukan adalah refleksi oleh semua masyarakat agar mengenal dan memahami bahwa sejatinya perawat bukan pembantu dokter yang kerjanya hanya membagi obat, mengukur suhu, sehingga bisa digantikan dengan perawat robot. Robot bukan perawat karena robot hanya alat bantu, seperti halnya Tiktok, yg mungkin bisa bantu membagi obat atau makanan yang digunakan untuk membantu mengurangi tranmisi infeksi pada era Covid-19. Robot tidak bisa merespons curhatan pasien yang kateternya rembes karena posisinya bergeser, atau kebutuhan seorang pasien dengan Covid-19 yang sedang sedih dan kangen dengan keluarganya. Belum lagi aktivitas yang mebutuhkan critical thinking terkait asuhan kritis dan emergensi yang berbasis dari respons kebutuhan pasien yang waktunya sangat cepat dan butuh pengetahuan, dan keterampilan tinggi. Robot adalah teknologi alat bantu bagi tenaga kesehatan untuk pelaksanaan tugas terstuktur sedangkan esensi caring dan bagaimana interaksi perawat dalam memenuhi kebutuhan dan menyiapkan kemandirian pasien tidak akan tergantikan. Mari kita melakukan refleksi asuhan agar lebih memberikan pelayanan yang terbaik.
(mhd)
tulis komentar anda