Kesaksian Hendropriyono: Intelijen Barat Enggak Ada Kelebihannya

Kamis, 18 November 2021 - 10:53 WIB
Menurut Hendropriyono, intelijen negara-negara barat tidak sehebat yang digambarkan dalam film. Dalam dunia nyata, kata Hendropriyono, tidak ada kelebihannya. FOTO/DOK.SINDOnews
JAKARTA - Dunia intelijen bagi Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono sudah tidak asing lagi. Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini sarat dengan pengalaman di bidang telik sandi. Bahkan, Hendropriyono dijuluki sebagai "Master of Intelligence" karena menjadi "Profesor di bidang Ilmu Filsafat Intelijen".

Selama menggeluti dunia intelijen, mertua dari Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa ini mengenal banyak agen intelijen dari berbagai negara baik negara-negara Asia maupun negara barat. Menurut Hendropriyono, intelijen negara-negara barat tidak sehebat yang digambarkan dalam film.

"Selama ini (intelijen) dipengaruhi oleh film. Jadi dulu saya lihat film-film intelijen sangat kagum kepada intelijen dari negara-negara tertentu," ujar Hendro di acara Podcast Deddy Corbuzier yang diunggah Rabu (17/11/2021) November 2021.



Baca juga: Jenderal Andika Seorang Mualaf, Pernikahan dengan Putri Hendropriyono Jadi Saksi



Tokoh militer yang sudah malang melintang di Korps Baret Merah Kopassus ini menegaskan, dalam dunia nyata, tidak ada yang istimewa dengan agen intelijen dari negara-negara barat tersebut. "Tapi setelah saya pernah menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) di Indonesia berkoordinasi dengan intelijen negara-negara luar, negara-negara barat adikuasa, ternyata mereka bego-bego juga gitu. Enggak ada kelebihannya. Kita berpikir kadang aneh-aneh aja," ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Hendro juga menjelaskan ada dua metode dalam intelijen yakni, metode gelap atau hitam dan metode terang. Untuk metode gelap, seorang intel menyamar untuk mendapatkan informasi yang dia butuhkan. Bahkan intel ini bisa menjadi apapun yang diperlukan, termasuk menjadi orang gila sekali pun seperti tentara Jepang yang makan kotorannya sendiri saat akan merebut Lapangan Terbang Kemayoran dari Belanda pada 1942 silam. Saat itu, tentara Belanda menganggapnya orang tersebut gila.

"Ternyata orang yang dianggap gila itu pangkatnya kapten. Dia merebut lapangan terbang itu dalam waktu cuma waktu 1 jam. Jadi begitu datang (tentara Jepang) direbut semua, Belanda nyerah karena dianggap gila," ujarnya.

Baca juga: Diaz Unggah Foto Lawas Andika Bareng Hendropriyono: Hati-hati di Jalan



Sedangkan metode terbuka adalah cara seorang intel mencari informasi secara terang-terangan seperti halnya para duta besar (Dubes) di sebuah negara. Duta besar itu diperlukan di tiap negara, untuk mencari informasi dari negara yang dia sambangi untuk kepentingan negaranya.Informasi tersebut tidak hanya untuk keperluan militer tapi bisa juga ekonomi negaranya.

"Setiap diplomat-diplomat itu intelijen karena negara berkompetisi dengan satu sama lain. Yang penting itu national interest-nya apa. Jadi setiap negara butuh intelijen seperti pancaindra," kata Hendro.
(abd)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More