Gubernur Lemhannas: Hadapi Perang Informasi, Jangan Percaya Satu Sumber

Kamis, 28 Oktober 2021 - 19:47 WIB
Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo memberikan keterangan pers di di MNC Conference Center, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (28/10/2021). FOTO/MPI/REFI SANDI
JAKARTA - Gubernur Lemhannas Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo mengingatkan kepada pemuda Indonesia untuk tidak percaya informasi dan mengambil kesimpulan hanya dari satu sumber. Di tengah derasnya arus informasi, masyarakat perlu melakukan klarifikasi.

"Coba cek dengan sumber lain tentang isu yang sama. Apabila ada perbedaan, maka perlu kita klarifikasi. Cek sumbernya siapa, kredibel atau tidak," katanya pada Webinar Gebyar Wawasan Kebangsaan di MNC Conference Center, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (28/10/2021).

Agus juga menekankan pentingnya literasi digital dan teknologi. Menghadapi perang informasi di dunia maya, pemuda diminta untuk memahami nilai-nilai dan kearifan lokal bangsa Indonesia. Menurut Agus, ada nilai utama yang melatarbelakangi acara ini, yaitu Sumpah Pemuda. "Nilai bahwa negara dan bangsa kita adalah negara dan bangsa berdasarkan kesepakatan," kata Agus.

Baca juga: Hari Sumpah Pemuda, Gubernur Lemhannas: Generasi Muda Harus Menang dalam Persaingan Antarbangsa





Nilai berdasarkan kesepakatan ini dapat dilihat dari bahasa Indonesia, bahasa persatuan yang berasal rumpun melayu, bukan dari bahasa suku terbesar. "Indonesia yang berasal dari rumpun melayu bukan berasal dari bahasa suku terbesar. Jika diambil dari suku terbesar maka Jawa adalah bahasa yang disepakati," lanjut Agus.

Contoh lainnya di dalam sejarah perkembangan bangsa tentang jiwa besar kesepakatan, termasuk ketika sidang BPUPK menjelang kemerdekaan Indonesia. Semua itu berawal dari menjaga nilai yang bisa dikatakan sebagai kearifan lokal terbesar bangsa ini. "Kadang kita lupa tentang nilai kesepakatan bahwa bangsa ini dibangun berdasarkan kesepakatan," kata Agus. "Bukan hanya para pemuda yang lupa bahwa bangsa ini dibangun berdasarkan kesepakatan, generasi tua juga lupa. Jadi kita perlu sadarkan kembali," katanya.

Agus melihat saat ini ada tantangan dalam pengembangan karakter pemuda di era digital. Tidak ada lagi batasan nasional dan internasional. Karena itu, pemuda harus harus mampu menunjukkan identitas nasionalnya.

Angkie Yudistia, Staf Khusus Presiden RI, berpesan pemuda dan pemudi Indonesia wajib mengembangkan diri dengan meningkatkan literasi digital dan literasi teknologi. Sayangnya, dia melihat, literasi digital untuk kelompok rentan masih jauh dari harapan.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More