AMSI Nilai Hoaks Pengaruhi Tingkat Kepercayaan Publik terhadap Media Massa
Sabtu, 23 Oktober 2021 - 15:25 WIB
JAKARTA - Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wenseslaus Manggut menyebut bahwa hoaks sangat memengaruhi tingkat kepercayaan publik terhadap media massa . Menurut dia, hal tersebut terjadi di banyak negara termasuk di Indonesia.
"Apakah hoaks itu terjadi di banyak negara? Terjadi di banyak negara. Apakah tingkat kepercayaan publik terhadap hoaks memengaruhi platform? Memengaruhi itu risetnya di berbagai negara," ujar Wenseslaus dalam diskusi Polemik MNC Trijaya bertajuk Hoaks, Kualitas Pers dan Hegemoni Media Sosial secara daring, Sabtu (23/10/2021).
Wenseslaus menjelaskan ada sebuah penelitian dari New York University yang bekerja sama dengan Grenobel University dari Prancis mengenai riset yang ingin mengetahui tentang keterikatan hoaks pada media massa.
"Di riset mereka itu daya enggament hoaks dan juga hate speech itu 6-7 kali lipat dari informasi klarifikasinya. Jadi hoaks sudah beredar itu percakapan di situ tingkat sebarannya, tingkat emoticon, dan sebagainya itu 6-7 kali lipat daripada klarifikasinya kemudian," jelasnya.
Tidak hanya itu, lanjut Wenseslaus, ada juga lainnya di Amsterdam University tahun 2016. Penelitian tersebut mengenai hubungan antara media sosial dengan media mainstream.
"Pertanyaan kurang lebih sama, bagaimana media mainstream memperlakukan konten-konten di media sosial, bagaimana derajat keyakinan publik terhadap konten-konten informasi dari media sosial, dan media mainstream. Kalau enggak salah riset mereka itu hasilnya kurang lebih Facebook paling rendah derajat keyakinan publik terhadap informasinya," jelasnya.
"Jadi kalau misalnya media mengutip akun di Facebook jadi derajat keyakinan terhadap informasi itu rendah, tapi kalau ditanya dalam survei itu ada pertanyaan ikutannya kalau informasi dari medsos itu kemudian diklarifikasi oleh medianya, jadi media melakukan proses klarifikasi tingkat keyakinannya naik sekitar angka 75% persisnya," sambungnya.
Lihat Juga: Pemerintah Minta Perusahaan Platform Digital Realisasikan Kesepakatan Kerja dengan Media
"Apakah hoaks itu terjadi di banyak negara? Terjadi di banyak negara. Apakah tingkat kepercayaan publik terhadap hoaks memengaruhi platform? Memengaruhi itu risetnya di berbagai negara," ujar Wenseslaus dalam diskusi Polemik MNC Trijaya bertajuk Hoaks, Kualitas Pers dan Hegemoni Media Sosial secara daring, Sabtu (23/10/2021).
Wenseslaus menjelaskan ada sebuah penelitian dari New York University yang bekerja sama dengan Grenobel University dari Prancis mengenai riset yang ingin mengetahui tentang keterikatan hoaks pada media massa.
"Di riset mereka itu daya enggament hoaks dan juga hate speech itu 6-7 kali lipat dari informasi klarifikasinya. Jadi hoaks sudah beredar itu percakapan di situ tingkat sebarannya, tingkat emoticon, dan sebagainya itu 6-7 kali lipat daripada klarifikasinya kemudian," jelasnya.
Tidak hanya itu, lanjut Wenseslaus, ada juga lainnya di Amsterdam University tahun 2016. Penelitian tersebut mengenai hubungan antara media sosial dengan media mainstream.
"Pertanyaan kurang lebih sama, bagaimana media mainstream memperlakukan konten-konten di media sosial, bagaimana derajat keyakinan publik terhadap konten-konten informasi dari media sosial, dan media mainstream. Kalau enggak salah riset mereka itu hasilnya kurang lebih Facebook paling rendah derajat keyakinan publik terhadap informasinya," jelasnya.
"Jadi kalau misalnya media mengutip akun di Facebook jadi derajat keyakinan terhadap informasi itu rendah, tapi kalau ditanya dalam survei itu ada pertanyaan ikutannya kalau informasi dari medsos itu kemudian diklarifikasi oleh medianya, jadi media melakukan proses klarifikasi tingkat keyakinannya naik sekitar angka 75% persisnya," sambungnya.
Lihat Juga: Pemerintah Minta Perusahaan Platform Digital Realisasikan Kesepakatan Kerja dengan Media
(kri)
tulis komentar anda