Ini Tempat Terakhir di Dunia, di Mana Gajah, Badak, Orangutan dan Harimau Hidup Bersama
Kamis, 14 Oktober 2021 - 09:08 WIB
JAKARTA - Mau tahu tempat di mana hewan-hewan buas nyaris punah seperti Gajah, Badak, Orangutan dan Harimau hidup bersama di alam liar? Jawabannya di lebatnya hutan dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
Kehidupan Gajah, Badak, Orangutan, dan Harimau ini sebagaimana terekam kamera jebak yang dipasang petugas Balai Besar TNGL. “Sobat Hijau, inilah hasil kamera jebak empat satwa prioritas terancam punah, yang berada di Taman Nasional Gunung Leuser. Semoga terus lestari ya satwa-satwa kebanggaan Indonesia ini. #klhk #satwakita #tngunungleuser #leuser,” cuit akun twitter Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup ( KLHK ).
baca juga: Sempat Diobati, Nyawa Harimau Sumatera yang Ditemukan Sakit Tak Tertolong
Cuitan tersebut disertai video keempat hewan dimaksud, yang sedang berada dalam hutan. Dalam video terlihat Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) sedang minum di sebuah genangan air. Lalu, dua ekor Orangutan Sumatera (Pongo abelii) tengah asyik makan di rimbunnya semak. Kemudian, Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) terlihat gagah berjalan di tengah lebatnya hutan.
baca juga: Sembuh dari COVID-19, 2 Harimau Sumatera Sudah Beraktivitas Normal
Dikutip dari website gunungleuser.co.id, secara administrasi pemerintahan, kawasan TNGL terletak di dua provinsi, yaitu provinsi Aceh (meliputi kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Tenggara dan Gayo Lues) dan provinsi Sumatera Utara (meliputi kabupaten Langkat dan Karo).
Sejarah panjang kawasan TN Gunung Leuser dimulai sejak 1920-an, zaman pemerintah kolonial Belanda. Pada 6 Maret 1980, pemerintah Indonesia meresmikan 5 kawasan suaka alam (termasuk TN Gunung Leuser) sebagai Taman Nasional melalui SK Menteri Pertanian Nomor 811/Kpts/Um/II/1980.
baca juga: Menteri KLHK: Karhutla Sumbang Emisi Gas Rumah Kaca Terbesar di Indonesia
Beberapa gelar atau status nasional maupun internasional pun disandang TN Gunung Leuser yaitu Cagar Biosfer (1980), Asean Heritage Park (1984), Tropical Rainforest Heritage of Sumatera (Warisan Dunia) (2004), dan Kawasan Lindung Nasional (2008).
Kehidupan Gajah, Badak, Orangutan, dan Harimau ini sebagaimana terekam kamera jebak yang dipasang petugas Balai Besar TNGL. “Sobat Hijau, inilah hasil kamera jebak empat satwa prioritas terancam punah, yang berada di Taman Nasional Gunung Leuser. Semoga terus lestari ya satwa-satwa kebanggaan Indonesia ini. #klhk #satwakita #tngunungleuser #leuser,” cuit akun twitter Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup ( KLHK ).
baca juga: Sempat Diobati, Nyawa Harimau Sumatera yang Ditemukan Sakit Tak Tertolong
Cuitan tersebut disertai video keempat hewan dimaksud, yang sedang berada dalam hutan. Dalam video terlihat Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) sedang minum di sebuah genangan air. Lalu, dua ekor Orangutan Sumatera (Pongo abelii) tengah asyik makan di rimbunnya semak. Kemudian, Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) terlihat gagah berjalan di tengah lebatnya hutan.
baca juga: Sembuh dari COVID-19, 2 Harimau Sumatera Sudah Beraktivitas Normal
Dikutip dari website gunungleuser.co.id, secara administrasi pemerintahan, kawasan TNGL terletak di dua provinsi, yaitu provinsi Aceh (meliputi kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Tenggara dan Gayo Lues) dan provinsi Sumatera Utara (meliputi kabupaten Langkat dan Karo).
Sejarah panjang kawasan TN Gunung Leuser dimulai sejak 1920-an, zaman pemerintah kolonial Belanda. Pada 6 Maret 1980, pemerintah Indonesia meresmikan 5 kawasan suaka alam (termasuk TN Gunung Leuser) sebagai Taman Nasional melalui SK Menteri Pertanian Nomor 811/Kpts/Um/II/1980.
baca juga: Menteri KLHK: Karhutla Sumbang Emisi Gas Rumah Kaca Terbesar di Indonesia
Beberapa gelar atau status nasional maupun internasional pun disandang TN Gunung Leuser yaitu Cagar Biosfer (1980), Asean Heritage Park (1984), Tropical Rainforest Heritage of Sumatera (Warisan Dunia) (2004), dan Kawasan Lindung Nasional (2008).
tulis komentar anda