Masyarakat Kesulitan, Manajemen Distribusi Bansos Harus Diperbaiki
Rabu, 22 April 2020 - 07:05 WIB
JAKARTA - Dampak ekonomi akibat wabah corona atau Covid-19 benar-benar sangat dirasakan masyarakat. Pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi di mana-mana. Tidak sedikit masyarakat yang usahanya terhenti akibat kebijakan social distancing dan physical distancing.
Akibatnya, banyak masyarakat yang memerlukan bantuan karena terputusnya mata pencarian. Bahkan, tidak sedikit masyarakat yang mengalami kelaparan. Kasus yang terjadi di Kelurahan Lontarbaru, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten, seorang ibu bernama Yuli, terpaksa harus menahan lapar selama dua hari dan hanya minum air galon hingga akhirnya meninggal dunia, sungguh memprihatinkan. Karena itu, pemerintah didesak untuk segera mencairkan bantuan sosial (bansos) yang sudah diprogramkan.
Wakil Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadily mengatakan, sejak dua minggu lalu, pihaknya sudah mendesak kepada pemerintah untuk segera melakukan pencairan dan pendistribusian bansos yang telah direncanakan, baik untuk Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Sembako maupun Bantuan Langsung Tunai (BLT). "Kami meminta kepada Kemensos beserta pemerintah daerah untuk melakukan pemuktakhiran data akibat dampak Covid-19 ini. Pemuktakhiran data itu tentu harus melibatkan RT, RW, kepala desa, sehingga itu bisa dilakukan dengan cepat," ujar Ace kemarin.
Menurut politikus Partai Golkar ini, benteng terdepan dari pelaksanaan bansos agar dapat terdistribusi dengan baik berada di lingkungan terkecil yaitu RT. "Kita tahu bahwa akibat dampak Covid-19 ini, secara otomatis akan menambah angka kemiskinanan karena kita tahu akibat kebijakan social distancing dan physical distancing, orang bekerja di rumah masing-masing. Punya usaha juga, dunia usaha terhenti. Tentu kita berharap pemerintah segera ambil kebijakan secara cepat," katanya.
Dikatakan Ace, Komisi VIII sebagai mitra Kemensos juga sudah menyetujui anggaran yang akan digunakan untuk kepentingan perlindungan sosial itu. "Sekarang rakyat membutuhkan kehadiran negara melalui pengadaan sembako, pemenuhan kebutuhan dasar. Nggak boleh ada masyarakat yang terlunta-lunta, kelaparan akibat ketidaksigapan kita menghadapi dampak Covid-19 ini," urainya.
Karena itu, pihaknya mendesak Kemensos segera melakukan koordinasi dengan pemda dan pihak-pihak terkait sehingga penyaluran bantuan bisa cepat dilakukan. "Walaupun soal ketepatan penerima bantuan itu penting, tapi langkah cepat itu harus segera dilakukan dan saya kira kalau semua komponen masyarakat mulai RT, RW, kelurahan, desa, kecamatan, kabupaten/kota hingga provinsi sudah ada Gugus Tugas Covid-19, seharusnya tidak ada hambatan apa pun untuk bisa menangani dampak sosial-ekonomi dari Covid-19 ini," katanya.
Diketahui, Yuli, ibu empat anak warga Kelurahan Lontarbaru, Kecamatan Serang, meninggal dunia karena kelaparan, Senin (20/4/2020). Sebelum meninggal, Yuli dan keempat anaknya tidak bisa makan. Untuk menahan rasa lapar, dia bersama keluarganya hanya minum air isi ulang galon. Sementara anak bungsunya yang berumur tujuh bulan, kerap menangis karena ASI yang diberikan hambar.
Dengan keadaannya tertekan dalam hal ekonomi, dia tetap berusaha mencari sesuap nasi dan rezeki untuk menghilangkan lapar anak-anaknya. Dia juga sempat mengadu kepada RT setempat untuk meminta bantuan sembako. Namun, pihak aparatur pemerintah tersebut menyatakan belum menerima ada bantuan. Dalam masa sulit, untuk menyambung hidup, sang suami kerap mencari barang bekas, yang bisa membawa uang ke rumah kisaran Rp25.000-30.000
Sebelum ada virus corona, kehidupan Yuli terbantu oleh anak sulung yang telah bekerja. Saat ini harapan itu musnah lantaran anaknya sudah tidak bekerja karena dirumahkan pihak perusahaan. Keluarga Yuli sempat mendapatkan bantuan dari relawan, Pemerintah Kota Serang, bahkan dari Provinsi Banten, setelah terdapat kabar keluarga tersebut tidak makan selama dua hari. Suami Yuli mengatakan, berdasarkan keterangan dokter, istrinya itu banyak pikiran. Sebelum dibawa ke puskesmas sempat mengalami pingsan hingga akhirnya meninggal dunia.
Akibatnya, banyak masyarakat yang memerlukan bantuan karena terputusnya mata pencarian. Bahkan, tidak sedikit masyarakat yang mengalami kelaparan. Kasus yang terjadi di Kelurahan Lontarbaru, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten, seorang ibu bernama Yuli, terpaksa harus menahan lapar selama dua hari dan hanya minum air galon hingga akhirnya meninggal dunia, sungguh memprihatinkan. Karena itu, pemerintah didesak untuk segera mencairkan bantuan sosial (bansos) yang sudah diprogramkan.
Wakil Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadily mengatakan, sejak dua minggu lalu, pihaknya sudah mendesak kepada pemerintah untuk segera melakukan pencairan dan pendistribusian bansos yang telah direncanakan, baik untuk Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Sembako maupun Bantuan Langsung Tunai (BLT). "Kami meminta kepada Kemensos beserta pemerintah daerah untuk melakukan pemuktakhiran data akibat dampak Covid-19 ini. Pemuktakhiran data itu tentu harus melibatkan RT, RW, kepala desa, sehingga itu bisa dilakukan dengan cepat," ujar Ace kemarin.
Menurut politikus Partai Golkar ini, benteng terdepan dari pelaksanaan bansos agar dapat terdistribusi dengan baik berada di lingkungan terkecil yaitu RT. "Kita tahu bahwa akibat dampak Covid-19 ini, secara otomatis akan menambah angka kemiskinanan karena kita tahu akibat kebijakan social distancing dan physical distancing, orang bekerja di rumah masing-masing. Punya usaha juga, dunia usaha terhenti. Tentu kita berharap pemerintah segera ambil kebijakan secara cepat," katanya.
Dikatakan Ace, Komisi VIII sebagai mitra Kemensos juga sudah menyetujui anggaran yang akan digunakan untuk kepentingan perlindungan sosial itu. "Sekarang rakyat membutuhkan kehadiran negara melalui pengadaan sembako, pemenuhan kebutuhan dasar. Nggak boleh ada masyarakat yang terlunta-lunta, kelaparan akibat ketidaksigapan kita menghadapi dampak Covid-19 ini," urainya.
Karena itu, pihaknya mendesak Kemensos segera melakukan koordinasi dengan pemda dan pihak-pihak terkait sehingga penyaluran bantuan bisa cepat dilakukan. "Walaupun soal ketepatan penerima bantuan itu penting, tapi langkah cepat itu harus segera dilakukan dan saya kira kalau semua komponen masyarakat mulai RT, RW, kelurahan, desa, kecamatan, kabupaten/kota hingga provinsi sudah ada Gugus Tugas Covid-19, seharusnya tidak ada hambatan apa pun untuk bisa menangani dampak sosial-ekonomi dari Covid-19 ini," katanya.
Diketahui, Yuli, ibu empat anak warga Kelurahan Lontarbaru, Kecamatan Serang, meninggal dunia karena kelaparan, Senin (20/4/2020). Sebelum meninggal, Yuli dan keempat anaknya tidak bisa makan. Untuk menahan rasa lapar, dia bersama keluarganya hanya minum air isi ulang galon. Sementara anak bungsunya yang berumur tujuh bulan, kerap menangis karena ASI yang diberikan hambar.
Dengan keadaannya tertekan dalam hal ekonomi, dia tetap berusaha mencari sesuap nasi dan rezeki untuk menghilangkan lapar anak-anaknya. Dia juga sempat mengadu kepada RT setempat untuk meminta bantuan sembako. Namun, pihak aparatur pemerintah tersebut menyatakan belum menerima ada bantuan. Dalam masa sulit, untuk menyambung hidup, sang suami kerap mencari barang bekas, yang bisa membawa uang ke rumah kisaran Rp25.000-30.000
Sebelum ada virus corona, kehidupan Yuli terbantu oleh anak sulung yang telah bekerja. Saat ini harapan itu musnah lantaran anaknya sudah tidak bekerja karena dirumahkan pihak perusahaan. Keluarga Yuli sempat mendapatkan bantuan dari relawan, Pemerintah Kota Serang, bahkan dari Provinsi Banten, setelah terdapat kabar keluarga tersebut tidak makan selama dua hari. Suami Yuli mengatakan, berdasarkan keterangan dokter, istrinya itu banyak pikiran. Sebelum dibawa ke puskesmas sempat mengalami pingsan hingga akhirnya meninggal dunia.
tulis komentar anda