Modal Sosial dalam Pandemi
Selasa, 02 Juni 2020 - 06:48 WIB
Peran serta masyarakat mutlak diperlukan agar masa PSBB tidak terus berlarut-larut. Pemberlakuan kebijakan PSBB merupakan salah satu upaya baik yang dilakukan pemerintah untuk menghentikan laju pertumbuhan dari Covid-19. Akan tetapi, di balik itu, PSBB dapat memberi dampak atau efek samping negatif khususnya pada kegiatan ekonomi. Pada skenario sangat berat, Indef memprediksi ekonomi bisa minus 0,20% dan tumbuh hanya 1,40% pada skenario ringan. Per 20 April 2020, Kementerian Tenaga Kerja mencatat sudah ada 2,2 juta pekerja yang dipecat dan dirumahkan, angka ini akan terus bertambah hingga pandemi usai.
Ribuan perusahaan juga akan gulung tikar jika pandemi tidak berakhir dalam tiga bulan. Jumlah orang miskin bahkan diprediksi bertambah pada kisaran 1,1 juta hingga 3,78 juta orang.
Modal Sosial Solusi Hadapi Pandemi
Sesuai teori modal sosial, bahwa suatu masalah besar di dalam masyarakat membutuhkan nilai-nilai sosial. Suatu kerja sama seluruh kelompok sosial dalam menyelesaikan masalah tersebut melalui tindakan bersama untuk mencapai tujuan bersama. Kepercayaan, keterbukaan informasi, saling menghargai adalah faktor-faktor yang berpengaruh pada modal sosial. Semakin baik rasa saling percaya, rasa saling menghargai, serta terbukanya informasi, nilai modal sosial semakin tinggi dan menjadi faktor penting dalam keberhasilan kebijakan publik.
Modal sosial yang dimiliki masyarakat Indonesia sejatinya telah terbukti mempercepat pemulihan bencana, seperti saat tsunami Aceh 2004, gempa bumi Yogyakarta pada 2006, dan erupsi Merapi pada 2010. Karena itu, modal sosial tersebut kini juga mampu menjadi solusi bagi Indonesia dalam menghadapi bencana Covid-19.
Melalui modal sosial yang sudah ada, seharusnya masyarakat mampu membangun rasa kebersamaan, rasa senasib sepenanggungan, dan empati yang tinggi untuk masyarakat yang terdampak langsung pandemi ini. Gerakan ini, seperti Kampung Tangguh yang diinisiasi masyarakat dan dibantu oleh Universitas Brawijaya, Malang, terbukti mampu menahan sebaran, serta mengedukasi masyarakat tentang bahaya pandemi dan bagaimana masyarakat harus bersikap.
Dari aspek itu juga PSBB di beberapa wilayah bisa berhasil dan ada wilayah PSBB yang tidak berjalan efektif. Kesadaran masyarakat, sikap gotong-royong, serta contoh-contoh yang baik dari para pengambil kebijakan dan pemimpin, akan membangun koneksitas rasa, yang berujung pada collective actions untuk bersama-sama memerangi Covid-19 ini.
Kita berharap berdasarkan modal sosial yang kita miliki saat ini, serta segala usaha yang sudah dikerahkan, pandemi sesegera mungkin berlalu dan kita mampu bangkit bersama untuk mengejar ketertinggalan yang diakibatkan oleh Covid-19 ini. Semoga.
Ribuan perusahaan juga akan gulung tikar jika pandemi tidak berakhir dalam tiga bulan. Jumlah orang miskin bahkan diprediksi bertambah pada kisaran 1,1 juta hingga 3,78 juta orang.
Modal Sosial Solusi Hadapi Pandemi
Sesuai teori modal sosial, bahwa suatu masalah besar di dalam masyarakat membutuhkan nilai-nilai sosial. Suatu kerja sama seluruh kelompok sosial dalam menyelesaikan masalah tersebut melalui tindakan bersama untuk mencapai tujuan bersama. Kepercayaan, keterbukaan informasi, saling menghargai adalah faktor-faktor yang berpengaruh pada modal sosial. Semakin baik rasa saling percaya, rasa saling menghargai, serta terbukanya informasi, nilai modal sosial semakin tinggi dan menjadi faktor penting dalam keberhasilan kebijakan publik.
Modal sosial yang dimiliki masyarakat Indonesia sejatinya telah terbukti mempercepat pemulihan bencana, seperti saat tsunami Aceh 2004, gempa bumi Yogyakarta pada 2006, dan erupsi Merapi pada 2010. Karena itu, modal sosial tersebut kini juga mampu menjadi solusi bagi Indonesia dalam menghadapi bencana Covid-19.
Melalui modal sosial yang sudah ada, seharusnya masyarakat mampu membangun rasa kebersamaan, rasa senasib sepenanggungan, dan empati yang tinggi untuk masyarakat yang terdampak langsung pandemi ini. Gerakan ini, seperti Kampung Tangguh yang diinisiasi masyarakat dan dibantu oleh Universitas Brawijaya, Malang, terbukti mampu menahan sebaran, serta mengedukasi masyarakat tentang bahaya pandemi dan bagaimana masyarakat harus bersikap.
Dari aspek itu juga PSBB di beberapa wilayah bisa berhasil dan ada wilayah PSBB yang tidak berjalan efektif. Kesadaran masyarakat, sikap gotong-royong, serta contoh-contoh yang baik dari para pengambil kebijakan dan pemimpin, akan membangun koneksitas rasa, yang berujung pada collective actions untuk bersama-sama memerangi Covid-19 ini.
Kita berharap berdasarkan modal sosial yang kita miliki saat ini, serta segala usaha yang sudah dikerahkan, pandemi sesegera mungkin berlalu dan kita mampu bangkit bersama untuk mengejar ketertinggalan yang diakibatkan oleh Covid-19 ini. Semoga.
(ysw)
tulis komentar anda