Jenderal Bintang 2 Ini Ungkap Perintah KSAD Andika Perkasa saat Jadi Pangdam, Mengejutkan!
Minggu, 26 September 2021 - 12:13 WIB
"Akhirnya kami laporkan kepada beliau (Pangdam Andika) bahwa perbatasan ini apa pun harus mempunyai suatu kebanggan. Salah satunya lahir tentara-tentara dari perbatasan,” kata Widodo dalam video bertajuk 'Mantan Pangdam Ngomongin KSAD' yang diunggah akun resmi TNI AD di YouTube, dikutip Minggu (26/9/2021).
Mendapat laporan itu, Mayjen TNI Andika Perkasa memerintahkan agar daerah perbatasan diberi kuota lebih banyak untuk seleksi calon anggota TNI. Persoalannya, kata Widodo, meski kuota ditambah faktanya tidak pernah terpenuhi.
Minimnya calon tentara yang memenuhi syarat itu karena faktor kesehatan tak sesuai standar. Hal ini bisa dimaklumi, kemungkinan karena faktor gizi, kalori, maupun sarana olahraga yang tidak ada. Maklum daerah perbatasan sangat minim fasilitas.
Mengingat tentara dari daerah perbatasan sangat dibutuhkan, Widodo pun kembali melapor kepada Pangdam Andika. Dia menceritakan rata-rata tinggi badan calon prajurit di bawah 163 cm, syarat minimal yang biasa digunakan dalam seleksi AD.
Di sinilah terobosan diambil Andika. Keputusan cepat itu sampai membuat Widodo terkejut. "Yang luar biasa dan saya kaget, petunjuk Pangdam waktu itu,'Sudah masukkan saja, yang penting dia sehat, yang penting mentalnya kuat, yang penting dia betul-betul NKRI'," kata Widodo.
Widodo Iryansyah dan Andika Perkasa ketika bertugas di Kodam Tanjungpura. Foto/Tangkapan layar YouTube TNI AD
Benar saja. Kebijakan taktis itu membawa dampak nyata. Menurut Widodo, saat anak daerah menjadi tentara, dia menjadi kebanggaan masyarakat. "Itu yang namanya kepala suku-kepala suku Dayak di perbatasan itu mengelu-elukan dandim, danrem, karena putra-putranya yang terbaik diberikan kesempatan untuk menjadi tentara," kata jenderal kelahiran Surabaya ini.
Belajar dari pengalaman ini, Widodo menyebut betapa pentingnya diperlukan terobosan-terobosan berani. Keputusan itu pula yang dicontohkan langsung oleh atasannya, Mayjen Andika yang kini telah menjadi KSAD.
Mendapat laporan itu, Mayjen TNI Andika Perkasa memerintahkan agar daerah perbatasan diberi kuota lebih banyak untuk seleksi calon anggota TNI. Persoalannya, kata Widodo, meski kuota ditambah faktanya tidak pernah terpenuhi.
Minimnya calon tentara yang memenuhi syarat itu karena faktor kesehatan tak sesuai standar. Hal ini bisa dimaklumi, kemungkinan karena faktor gizi, kalori, maupun sarana olahraga yang tidak ada. Maklum daerah perbatasan sangat minim fasilitas.
Mengingat tentara dari daerah perbatasan sangat dibutuhkan, Widodo pun kembali melapor kepada Pangdam Andika. Dia menceritakan rata-rata tinggi badan calon prajurit di bawah 163 cm, syarat minimal yang biasa digunakan dalam seleksi AD.
Di sinilah terobosan diambil Andika. Keputusan cepat itu sampai membuat Widodo terkejut. "Yang luar biasa dan saya kaget, petunjuk Pangdam waktu itu,'Sudah masukkan saja, yang penting dia sehat, yang penting mentalnya kuat, yang penting dia betul-betul NKRI'," kata Widodo.
Widodo Iryansyah dan Andika Perkasa ketika bertugas di Kodam Tanjungpura. Foto/Tangkapan layar YouTube TNI AD
Benar saja. Kebijakan taktis itu membawa dampak nyata. Menurut Widodo, saat anak daerah menjadi tentara, dia menjadi kebanggaan masyarakat. "Itu yang namanya kepala suku-kepala suku Dayak di perbatasan itu mengelu-elukan dandim, danrem, karena putra-putranya yang terbaik diberikan kesempatan untuk menjadi tentara," kata jenderal kelahiran Surabaya ini.
Belajar dari pengalaman ini, Widodo menyebut betapa pentingnya diperlukan terobosan-terobosan berani. Keputusan itu pula yang dicontohkan langsung oleh atasannya, Mayjen Andika yang kini telah menjadi KSAD.
Lihat Juga :
tulis komentar anda