19 September 76 Tahun Lalu: Rapat Raksasa Lapangan Ikada dan Pidato Soekarno yang Menenangkan Massa
Minggu, 19 September 2021 - 06:32 WIB
Di sisi lain, pada tanggal 17 September 1945, Kabinet mengadakan sidang khusus untuk membahas rencana para pemuda dan pelajar/mahasiswa untuk menyelenggarakan rapat raksasa di Lapangan Ikada. Keputusannya adalah meminta kepada para pemuda dan pelajar/mahasiswa untuk membatalkan rencana rapat raksasa tersebut karena risikonya terlalu besar.
Pada 18 September 1945 siang, Menteri Luar Negeri Ahmad Subardjo mengadakan pertemuan resmi dengan para wartawan. Para pemuda, pelajar/mahasiswa juga hadir. Subardjo kemudian menjelaskan alasan pemerintah menolak rapat raksasa tersebut. Pemerintah khawatir terjadi bentrokan dengan militer Jepang dan terjadi pertumpahan darah. Para pemuda, pelajar, dan mahasiswa meminta agar Kabinet bersidang lagi. Subardjo pun berjanji membahas sikap para pemuda dan mahasiswa tersebut dalam rapat kabinet.
Rapat kabinet kembali digelar malam hari hingga 19 September 1945 pukul 04.00 WIB. Namun, belum juga ada keputusan. Sementara, rakyat mulai membanjiri Lapangan Ikada. Banyaknya tank militer Jepang dan tentara Jepang yang ada di sekitar lapangan tersebut tak membuat gentar rakyat.
Akhirnya, Presiden Soekarno memutuskan rapat raksasa tetap dilangsungkan. "Saudara-saudara Menteri, dengarkan keputusan saya, saya akan pergi ke lapangan Ikada untuk menenteramkan rakyat yang sudah berjam-jam menunggu. Saya tidak akan memaksa Saudara-saudara untuk ikut saya. Siapa yang mau tinggal di rumah boleh, terserah kepada Saudara masing-masing," demikian kata Bung Karno, dikutip dari buku Museum dan Sejarah yang diunggah http://repositori.kemdikbud.go.id/.
Saat Bung Karno naik mimbar, Lapangan Ikada bergemuruh. Sekitar 200 ribu rakyat rakyat menyambut kedatangan Bung Karno dengan teriakan 'Merdeka'. Bung Karno pun menyambut teriakan massa dengan salam Nasional 'Merdeka, Merdeka, Merdeka'.
Bung Kamo berpidato sekitar lima menit. Isi pidatonya antara lain sebagai berikut, seperti dikutip dari buku Museum dan Sejarah yang diunggah http://repositori.kemdikbud.go.id/: "Saudara-saudara harap tinggal tenang dan tenteram, dengarkanlah perkataan saya. Sebenarnya Pemerintah Republik lndonesia telah memberi perintah untuk membatalkan rapat ini, tetapi karena Saudara-saudara memaksa, maka saya datang ke sini lengkap dengan menteri-menteri Pemerintah Republik lndonesia. Saya bicara sekarang sebagai saudaramu, Bung Karno. Saya minta Saudara-saudara tinggal tenang dan mengerti akan pimpinan yang diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Saudara-saudara, saya sebagai Presiden, saudara Hatta sebagai Wakil Presiden, Menteri-menteri, kita semua bersedia bertanggung jawab kepada seluruh rakyat Indonesia. Karena itu kami minta kepercayaan rakyat Indonesia.
Kita sudah memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Proklamasi itu, tetap kami pertahankan, sepatah pun tidak kami cabut. Tetapi dalam pada itu, kami sudah menyusun suatu rancangan. Tenang, tenteram, tetap siap sedia menerima perintah yang kami berikan. Kalau Saudara-saudara percaya kepada Pemerintah Republik Indonesia, yang akan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan itu walaupun dada kami akan robek karenanya, maka berikanlah kepercayaan itu kepada kami, dengan tunduk kepada perintah-perintah kami dengan disiplin. Sanggupkah Saudara-saudara? Perintah kami hari ini, marilah sekarang pulang semua dengan tenang dan tenteram, tetapi dengan tetap siap sedia. Saya tutup rapat ini dengan salam nasional "Merdeka"."
Massa yang hadir pun tunduk pada perintah Bung Karno . Mereka membubarkan diri. Tak muncul insiden yang dikhawatirkan.
Soal pidato Bung Karno yang singkat dan hanya sekitar lima menit ini, budayawan Betawi Ridwan Saidi menyebut karena Proklamator RI tersebut juga akan menghadiri acara serupa di Klender.
Pada 18 September 1945 siang, Menteri Luar Negeri Ahmad Subardjo mengadakan pertemuan resmi dengan para wartawan. Para pemuda, pelajar/mahasiswa juga hadir. Subardjo kemudian menjelaskan alasan pemerintah menolak rapat raksasa tersebut. Pemerintah khawatir terjadi bentrokan dengan militer Jepang dan terjadi pertumpahan darah. Para pemuda, pelajar, dan mahasiswa meminta agar Kabinet bersidang lagi. Subardjo pun berjanji membahas sikap para pemuda dan mahasiswa tersebut dalam rapat kabinet.
Rapat kabinet kembali digelar malam hari hingga 19 September 1945 pukul 04.00 WIB. Namun, belum juga ada keputusan. Sementara, rakyat mulai membanjiri Lapangan Ikada. Banyaknya tank militer Jepang dan tentara Jepang yang ada di sekitar lapangan tersebut tak membuat gentar rakyat.
Akhirnya, Presiden Soekarno memutuskan rapat raksasa tetap dilangsungkan. "Saudara-saudara Menteri, dengarkan keputusan saya, saya akan pergi ke lapangan Ikada untuk menenteramkan rakyat yang sudah berjam-jam menunggu. Saya tidak akan memaksa Saudara-saudara untuk ikut saya. Siapa yang mau tinggal di rumah boleh, terserah kepada Saudara masing-masing," demikian kata Bung Karno, dikutip dari buku Museum dan Sejarah yang diunggah http://repositori.kemdikbud.go.id/.
Saat Bung Karno naik mimbar, Lapangan Ikada bergemuruh. Sekitar 200 ribu rakyat rakyat menyambut kedatangan Bung Karno dengan teriakan 'Merdeka'. Bung Karno pun menyambut teriakan massa dengan salam Nasional 'Merdeka, Merdeka, Merdeka'.
Bung Kamo berpidato sekitar lima menit. Isi pidatonya antara lain sebagai berikut, seperti dikutip dari buku Museum dan Sejarah yang diunggah http://repositori.kemdikbud.go.id/: "Saudara-saudara harap tinggal tenang dan tenteram, dengarkanlah perkataan saya. Sebenarnya Pemerintah Republik lndonesia telah memberi perintah untuk membatalkan rapat ini, tetapi karena Saudara-saudara memaksa, maka saya datang ke sini lengkap dengan menteri-menteri Pemerintah Republik lndonesia. Saya bicara sekarang sebagai saudaramu, Bung Karno. Saya minta Saudara-saudara tinggal tenang dan mengerti akan pimpinan yang diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Saudara-saudara, saya sebagai Presiden, saudara Hatta sebagai Wakil Presiden, Menteri-menteri, kita semua bersedia bertanggung jawab kepada seluruh rakyat Indonesia. Karena itu kami minta kepercayaan rakyat Indonesia.
Kita sudah memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Proklamasi itu, tetap kami pertahankan, sepatah pun tidak kami cabut. Tetapi dalam pada itu, kami sudah menyusun suatu rancangan. Tenang, tenteram, tetap siap sedia menerima perintah yang kami berikan. Kalau Saudara-saudara percaya kepada Pemerintah Republik Indonesia, yang akan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan itu walaupun dada kami akan robek karenanya, maka berikanlah kepercayaan itu kepada kami, dengan tunduk kepada perintah-perintah kami dengan disiplin. Sanggupkah Saudara-saudara? Perintah kami hari ini, marilah sekarang pulang semua dengan tenang dan tenteram, tetapi dengan tetap siap sedia. Saya tutup rapat ini dengan salam nasional "Merdeka"."
Massa yang hadir pun tunduk pada perintah Bung Karno . Mereka membubarkan diri. Tak muncul insiden yang dikhawatirkan.
Soal pidato Bung Karno yang singkat dan hanya sekitar lima menit ini, budayawan Betawi Ridwan Saidi menyebut karena Proklamator RI tersebut juga akan menghadiri acara serupa di Klender.
tulis komentar anda