Jenderal Kopassus Ini Cabut Pistolnya Tak Tega Lihat Prajurit TNI Kritis Kena Ranjau
Senin, 13 September 2021 - 05:56 WIB
JAKARTA - Operasi Seroja di Timor Timur yang saat ini bernama Timor Leste menyisakan kenangan memilukan bagi Letjen TNI (Purn) Johannes Suryo Prabowo (JSP). Bagaimana tidak, operasi militer berskala besar yang digelar untuk menyatukan wilayah itu ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merenggut banyak korban jiwa. Tidak sedikit prajurit terbaik TNI gugur dalam operasi tersebut.
Dalam buku biografinya berjudul “Si Bengal Jadi Jenderal” yang diunggah dalam akun Instagramnya @SuryoPrabowo, mantan Kasum TNI ini menceritakan bagaimana kengerian peperangan melawan anggota Front Revolusi Kemerdekaan Timor-Leste (Fretilin) yang berhaluan ideologi komunis.
Saat itu, Suryo Prabowo yang tengah memimpin peletonnya membersihkan lapangan ranjau musuh bersama Peleton Zeni Tempur (Tonzipur) di celah Lariguto, Ossu, Timor Timur dikejutkan dengan suara ledakan keras. Mendengar ledakan itu, spontan Suryo Prabowo langsung merebahkan diri dan membeku.
Beberapa saat setelah kepulan asap menghilang, mantan Pangdam Jaya ini mendapati enam prajurit terduduk dan seorang prajurit bernama Kopral Amin tergeletak dengan kondisi mengenaskan karena sebagian tubuhnya hancur terkena ranjau yang ditanam musuh. ”Tarik prajurit mu dan evakuasi korban,” teriak Suryo Prabowo kepada Dantonzipur di sebelahnya yang terlihat shock.
Para prajurit yang selamat dari ledakan pun langsung mengevakuasi prajurit Tonzipur yang terluka ke tempat yang lebih aman. Sementara, Suryo Prabowo langsung menghampiri Kopral Amin yang tergeletak di dekat titik ledakan. “Maaf, Ndan…saya lengah,” rintih Kopral Amin kepada Suryo Prabowo yang tiba di dekatnya.
Abituren AKABRI yang kini bernama Akademi Militer (Akmil) 1976 ini melihat kondisi Kopral Amin dan mencegahnya untuk duduk. Tindakan itu terpaksa dilakukan karena dirinya tidak ingin Kopral Amin tahu bahwa bagian bawah tubuhnya hancur terkena ranjau. ”Sudah jangan pikirkan yang tidak-tidak. Berdoa ya Pak, agar semua ini cepat berlalu dan selesai,” ucap Suryo Prabowo.
Tidak hanya itu, Suryo Prabowo juga membisikan sesuatu kepada Kopral Amin. Tak lama kemudian, Kopral Amin pun menitipkan pesan kepada Suryo Prabowo. ”Saya paham sekali, Komandan. Dan mohon dapat dilakukan dengan cepat. Tolong sampaikan kepada istri dan anakku bahwa saya gagal dalam tugas tetapi saya bukan pengecut,” kata Suryo Prabowo menirukan ucapan Kopral Amin.
Suryo Prabowo pun mencabut pistol dari sarungnya. Rupanya beberapa prajurit yang berada di dekatnya dengan cepat menyadari dan menahan tangan Suryo Prabowo yang sudah memegang pistol. Para prajurit berupaya mencegah dirinya untuk mengambil sebuah tindakan. ”Tetapi itu harus dilakukan agar teman kita tidak tersiksa terlalu lama,” teriak Suryo Prabowo kepada para prajurit yang memegang tangannya.
Dalam buku biografinya berjudul “Si Bengal Jadi Jenderal” yang diunggah dalam akun Instagramnya @SuryoPrabowo, mantan Kasum TNI ini menceritakan bagaimana kengerian peperangan melawan anggota Front Revolusi Kemerdekaan Timor-Leste (Fretilin) yang berhaluan ideologi komunis.
Saat itu, Suryo Prabowo yang tengah memimpin peletonnya membersihkan lapangan ranjau musuh bersama Peleton Zeni Tempur (Tonzipur) di celah Lariguto, Ossu, Timor Timur dikejutkan dengan suara ledakan keras. Mendengar ledakan itu, spontan Suryo Prabowo langsung merebahkan diri dan membeku.
Beberapa saat setelah kepulan asap menghilang, mantan Pangdam Jaya ini mendapati enam prajurit terduduk dan seorang prajurit bernama Kopral Amin tergeletak dengan kondisi mengenaskan karena sebagian tubuhnya hancur terkena ranjau yang ditanam musuh. ”Tarik prajurit mu dan evakuasi korban,” teriak Suryo Prabowo kepada Dantonzipur di sebelahnya yang terlihat shock.
Para prajurit yang selamat dari ledakan pun langsung mengevakuasi prajurit Tonzipur yang terluka ke tempat yang lebih aman. Sementara, Suryo Prabowo langsung menghampiri Kopral Amin yang tergeletak di dekat titik ledakan. “Maaf, Ndan…saya lengah,” rintih Kopral Amin kepada Suryo Prabowo yang tiba di dekatnya.
Abituren AKABRI yang kini bernama Akademi Militer (Akmil) 1976 ini melihat kondisi Kopral Amin dan mencegahnya untuk duduk. Tindakan itu terpaksa dilakukan karena dirinya tidak ingin Kopral Amin tahu bahwa bagian bawah tubuhnya hancur terkena ranjau. ”Sudah jangan pikirkan yang tidak-tidak. Berdoa ya Pak, agar semua ini cepat berlalu dan selesai,” ucap Suryo Prabowo.
Tidak hanya itu, Suryo Prabowo juga membisikan sesuatu kepada Kopral Amin. Tak lama kemudian, Kopral Amin pun menitipkan pesan kepada Suryo Prabowo. ”Saya paham sekali, Komandan. Dan mohon dapat dilakukan dengan cepat. Tolong sampaikan kepada istri dan anakku bahwa saya gagal dalam tugas tetapi saya bukan pengecut,” kata Suryo Prabowo menirukan ucapan Kopral Amin.
Suryo Prabowo pun mencabut pistol dari sarungnya. Rupanya beberapa prajurit yang berada di dekatnya dengan cepat menyadari dan menahan tangan Suryo Prabowo yang sudah memegang pistol. Para prajurit berupaya mencegah dirinya untuk mengambil sebuah tindakan. ”Tetapi itu harus dilakukan agar teman kita tidak tersiksa terlalu lama,” teriak Suryo Prabowo kepada para prajurit yang memegang tangannya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda