Jangan Lengah! Corona Kini Masuk ke Desa
Jum'at, 13 Agustus 2021 - 08:26 WIB
JAKARTA - Saat bangun pagi di hari minggu pekan kedua Juni lalu, tubuh Sonya Sanjaya Nainggolan terasa pegal. Ia menganggap itu sesuatu yang biasa, karena sejak pandemi Covid-19 ia sudah lama tak beraktivitas. Cara sederhana diambilnya, minum obat warung untuk membuat badannya bugar kembali. Namun, sakitnya tak kunjung hilang.
Keesokan harinya, ia memutuskan berobat ke dokter di kampungnya di Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. Diagnosa dokter, Sonya hanya kelelahan. Dengan menggenggam obat dari dokter, ia berharap fisiknya segera pulih. Menjelang tengah malam, ia malah muntah-muntah. “Seumur hidup, baru kali ini sakit sampai muntah,” kenangnya saat berbincang dengan Koran SINDO, belum lama ini.
Sonya mengaku tak tau persis kapan dan di mana ia ketularan Covid-19. Sebagai Ketua Karang Taruna dirinya memang cukup aktif melakukan bakti sosial (baksos), membagikan masker, dan mengedukasi masyarakat untuk taat prokes. Pada masa awal pandemi, Desa Setu membagikan 5.000 masker. Gelombang kedua dan ketiga sebanyak 3.000 dan 1.500 buah. Pembagian dilakukan melalui perangkat rukun warga dan tetangga. Sebagian lagi, perangkat desa dan karang taruna membagikan di jalanan desa dan door to door ke rumah warga.
Setelah dirunut-runut, pria lulusan Universitas Pendidikan Bandung (UPI) Bandung itu menduga virus Sars Cov-II menjangkiti tubuhnya saat melakukan baksos di kecamatan tetangga, Cigudeg, untuk membantu warga korban banjir bandang pada 6 Juni 2021. Berdasarkan data Pikobar besutan Pemprov Jabar, total yang terkonfirmasi positif di wilayah itu sebanyak 217 orang dan 24 di antaranya kasus aktif. “Di situ ruang lingkupnya banyak berinteraksi dengan orang luar,” katanya.
Sonya bercerita, dirinya terdeteksi Covid-19 pada 16 Juni, saat ia dibawa orang tuanya ke klinik di Kota Bogor, yang berjarak sekitar 40 kilometer (km) dari kediamannya. “Selama 1,5 jam perjalanan, sekujur tubuh terasa ngilu dan kepala pusing seperti ditusuk-tusuk,” ucapnya.
Awalnya, dokter menduga Sonya menderita sakit tipes. Namun, dokter meminta pemeriksaan lanjutan, darah dan swab antigen. Rasa was-was mulai menghampiri. Terbayang sakitnya mulai mengarah ke Covid-19. Benar saja, selepas 30 menit menunggu, dokter menyatakan Sonya positif Covid-19.
Dengan segala pertimbangan, kedua orang tuanya meminta izin kepada dokter, agar Sonya bisa melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah. Dokter pun mengizinkan dengan catatan harus disiplin menggunakan masker, pakaian, tempat makan, dan minum terpisah.
Keesokan harinya, ia memutuskan berobat ke dokter di kampungnya di Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. Diagnosa dokter, Sonya hanya kelelahan. Dengan menggenggam obat dari dokter, ia berharap fisiknya segera pulih. Menjelang tengah malam, ia malah muntah-muntah. “Seumur hidup, baru kali ini sakit sampai muntah,” kenangnya saat berbincang dengan Koran SINDO, belum lama ini.
Sonya mengaku tak tau persis kapan dan di mana ia ketularan Covid-19. Sebagai Ketua Karang Taruna dirinya memang cukup aktif melakukan bakti sosial (baksos), membagikan masker, dan mengedukasi masyarakat untuk taat prokes. Pada masa awal pandemi, Desa Setu membagikan 5.000 masker. Gelombang kedua dan ketiga sebanyak 3.000 dan 1.500 buah. Pembagian dilakukan melalui perangkat rukun warga dan tetangga. Sebagian lagi, perangkat desa dan karang taruna membagikan di jalanan desa dan door to door ke rumah warga.
Setelah dirunut-runut, pria lulusan Universitas Pendidikan Bandung (UPI) Bandung itu menduga virus Sars Cov-II menjangkiti tubuhnya saat melakukan baksos di kecamatan tetangga, Cigudeg, untuk membantu warga korban banjir bandang pada 6 Juni 2021. Berdasarkan data Pikobar besutan Pemprov Jabar, total yang terkonfirmasi positif di wilayah itu sebanyak 217 orang dan 24 di antaranya kasus aktif. “Di situ ruang lingkupnya banyak berinteraksi dengan orang luar,” katanya.
Sonya bercerita, dirinya terdeteksi Covid-19 pada 16 Juni, saat ia dibawa orang tuanya ke klinik di Kota Bogor, yang berjarak sekitar 40 kilometer (km) dari kediamannya. “Selama 1,5 jam perjalanan, sekujur tubuh terasa ngilu dan kepala pusing seperti ditusuk-tusuk,” ucapnya.
Awalnya, dokter menduga Sonya menderita sakit tipes. Namun, dokter meminta pemeriksaan lanjutan, darah dan swab antigen. Rasa was-was mulai menghampiri. Terbayang sakitnya mulai mengarah ke Covid-19. Benar saja, selepas 30 menit menunggu, dokter menyatakan Sonya positif Covid-19.
Dengan segala pertimbangan, kedua orang tuanya meminta izin kepada dokter, agar Sonya bisa melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah. Dokter pun mengizinkan dengan catatan harus disiplin menggunakan masker, pakaian, tempat makan, dan minum terpisah.
tulis komentar anda