Pacu Aktivitas Fisik untuk Jaga Kesehatan Anak di Masa Pandemi

Kamis, 24 Juni 2021 - 06:05 WIB
Kemendikbud pun menerbitkan buku saku yang berisi panduan belajar dari rumah (BDR) bagi tenaga pendidik dan orang tua. “Membuat video pembelajaran daring yang mengajak anak terlibat aktivitas fisik, seperti mencuci tangan bersama-sama, membersihkan rumah, dan aktivitas yang melibatkan fisiknya lainnya secara virtual,” katanya.

Pria kelahiran 1973 itu memprediksi pola pendidikan dan pengajaran akan berubah setelah pandemi. Penerapan protokol kesehatan (prokes) sudah pasti. Lalu, pembelajarannya akan luring dan daring. Para guru akan memanfaatkan teknologi informasi (TI) dalam merancang, melaksanakan pembelajaran, dan asesmen pertumbuhan dan perkembangan anak.



Vaksinasi sudah berjalan dan diharapkan dapat melandai kasus positif Covid-19. Setelah itu, kebiasaan anak-anak di rumah harus kembali diubah. Hasbi mengatakan normalisasi dilakukan dengan pembelajaran tatap muka (PTM) secara bertahap. Orang tua diberikan pilihan, yakni bisa belajar secara daring dan luring sesuai keperluannya. “Dengan opsi ini, kita berharap anak-anak dapat mulai beradaptasi dengan keadaan baru dan kembali belajar secara normal,” pungkasnya.

Sekjen Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Husein Habsyi membenarkan pandemi ini bisa mengganggu mental anak-anak. Mereka selama ini bebas bermain dan berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah dan lingkungan rumah, tiba-tiba dibatasi. “Pengaruhnya membuat ada rasa yang kurang dari anak, misalnya keceriaan dan (tingginya) tingkat stress,” ujarnya.

Husein menjelaskan secara natural anak-anak itu tidak bisa diam. Mereka aktif bergerak dan itu merupakan hal yang baik untuk tumbuh kembangnya. Segala aktivitasnya itu akan merangsang aspek motorik dan kesehatan fisik anak. Namun, pandemi membuat anak-anak terkungkung di rumah. ‘’Ini fenomena yang cukup mengkhawatirkan,’’ tandasnya

Menghadapi kondisi yang ada, orang tua dan anak-anak harus bisa beradaptasi dengan situasi ini karena pandemi ini belum diketahui kapan berakhirnya. Dia lantas mengingatkan bahawa anak-anak bisa semakin stres jika terus “dibombardir” dengan tugas-tugas dari sekolah selama pembelajaran jauh jauh (PJJ). Husein mengungkapkan beberapa anak, terutama yang baru masuk sekolah, kehilangan kesenangan masa awal masuk sekolah.

“Romantisme itu hilang. Itu sebenarnya sebuah experience hidup yang penting. Berinteraksi dengan teman dan guru baru. Kemudian, kompetisi yang sehat bersama teman di lingkungan sekolah. Itu hilang. Bisa jadi ini mengganggu anak-anak dalam setahun atau dua tahun ini,” tuturnya.

Dalam pandangannya, situasi sekarang seperti maju-mundur kena bagi anak-anak. Di satu sisi, virus mengancam kesehatan dan nyawa. Di sisi lain, mereka membutuhkan kegiatan. Husein menyarankan para orang tua untuk mengajak anaknya berolahraga pagi di sekitar rumah, misalnya bersepeda dan jalan santai, pada pagi hari.

Setelah sholat subuh, situasi biasanya masih sepi. Ini akan meminimalisir pertemuan dengan orang lain atau kerumunan. “Kemudian mengurangi yang terlalu banyak duduk dan bermain game. Itu perilaku yang jika terlalu sering tidak sehat. Mata sering berinteraksi dengan layar gadget pin kurang sehat,” tegasnya.

Kecanduan game, menurutnya, dalam jangka panjang bisa merusak sensor otak. Orang tua sebaiknya memanfaatkan halam rumah untuk mengajak anak berkebun. Anak-anak bisa diminta membantu menggali, menanam, dan menyiram tanaman. Anak-anak perlu dilatih untuk mendapatkan kesehatan yang baru dan baik untuk tumbuh kembangnya.

Alternatif lain, orang tua bisa mengajari anak-anak memelihara hewan, seperti kucing dan ikan cupang. Husein mengungkapkan ada hal yang kerap luput dari perhatian banyak pihak terkait kesehatan dan tumbuh kembang anak. Pada awal pandemi, layanan imunisasi wajib dan rutin sempat tidak berjalan. Lonjakan kasus Covid-19 saat ini dikhawatirkan akan membuat layanan imunisasi di posyandu-posyandu tidak berjalan. “Kalau mereka enggak dapat akan berpengaruh di masa mendatang untuk mencegah penyakit pada anak,” kata dia.

Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyonio meminta para orang tua harus kreatif dalam menciptakan aktivitas di tengah pandemi ini. Yang paling utama, harus berani membatasi anak-anak bermain menggunakan gawai. Menurutnya, anak-anak itu harus diajarkan tentang manajemen waktu. “Jadi kalau (anaknya) main terus, ya (kasih tahu) jangan main terus,” ujarnya kepada Koran SINDO, Rabu (23/6/2021).

Tri Yunis menegaskan anak-anak bukan berarti boleh keluar rumah sama sekali. Mereka tetap boleh keluar asal taat akan protokol kesehatan (prokes), seperti menggunakan masker. Para orang tua bisa mengajak mereka ke taman-taman yang ada di sekitar rumah. “Apa (kegiatan) yang menyenangkan buat orang tua dan anaknya. Ayo jalan-jalan, ke tempat yang ada mainanya di luar bukan di mall,” katanya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More