Peneliti UGM: Peningkatan Kasus di Kudus Karena Varian Delta COVID-19
Selasa, 15 Juni 2021 - 08:21 WIB
JAKARTA - Para peneliti dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) telah mengeluarkan hasil penelitian Whole Genome Sequencing (WGS). Hasil ini juga digunakan rujukan Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan (Balitbangkes).
Penelitian ini dilakukan menyusul terjadi lonjakan kasus COVID-19 di Kudus, Jawa Tengah setelah libur Idul Fitri.
"UGM ditunjuk karena lokasinya dekat dengan Kudus dan UGM juga memiliki kapasitas untuk melakukan uji WGS. Dari 70 spesimen yang diuji, 37 sampel dikirim ke UGM sementara sisanya dikirim ke Salatiga. Dari total 37 sampel, 34 sampel telah keluar hasilnya dan yang tidak keluar hasilnya ada 3," kata Ketua Tim Peneliti WGS SARS-CoV-2, FK-KMK UGM, Gunadi dikutip dari laman resmi Kemenkes, Selasa (15/6/2021).
Gunadi mengungkapkan, dalam penelitian tersebut ditemukan 28 dari 34 atau sekitar 82% merupakan varian Delta (B1617) dari COVID-19. Dia menegaskan bahwa varian ini terbukti meningkat setelah adanya transmisi antarmanusia.
Baca juga: Moeldoko Pelopori Ivermectin, Bupati Kudus Sebarkan ke RS dan Puskesmas
"Varian Delta ini terbukti meningkat setelah adanya transmisi antarmanusia. Dan sudah terbukti di populasi di India dan di Kudus. Hal tersebut juga memperkuat hipotesis para peneliti bahwa peningkatan kasus di Kudus tersebut adalah karena adanya varian Delta," katanya.
Gunadi juga menambahkan hipotesanya dengan penelitian terbaru dari The Lancet, yaitu varian Delta berhubungan dengan usia pasien. "Semakin tua pasien COVID-19 maka varian Delta ini akan memperburuk kekebalan tubuh pasien tersebut," ujarnya.
Lebih buruk lagi, masih dari The Lancet, diketahui varian Delta ini bisa menginfeksi kembali pasien COVID-19 dan semakin memperlemah kekebalan tubuh pasien. Padahal seharusnya apabila sudah terinfeksi COVID-19 pasien mendapatkan antibodi secara alami. Kemudian varian Delta ini bisa menurunkan kekebalan tubuh seseorang dengan usia yang lebih tua meskipun sudah divaksin dua dosis.
Penelitian ini dilakukan menyusul terjadi lonjakan kasus COVID-19 di Kudus, Jawa Tengah setelah libur Idul Fitri.
"UGM ditunjuk karena lokasinya dekat dengan Kudus dan UGM juga memiliki kapasitas untuk melakukan uji WGS. Dari 70 spesimen yang diuji, 37 sampel dikirim ke UGM sementara sisanya dikirim ke Salatiga. Dari total 37 sampel, 34 sampel telah keluar hasilnya dan yang tidak keluar hasilnya ada 3," kata Ketua Tim Peneliti WGS SARS-CoV-2, FK-KMK UGM, Gunadi dikutip dari laman resmi Kemenkes, Selasa (15/6/2021).
Gunadi mengungkapkan, dalam penelitian tersebut ditemukan 28 dari 34 atau sekitar 82% merupakan varian Delta (B1617) dari COVID-19. Dia menegaskan bahwa varian ini terbukti meningkat setelah adanya transmisi antarmanusia.
Baca juga: Moeldoko Pelopori Ivermectin, Bupati Kudus Sebarkan ke RS dan Puskesmas
"Varian Delta ini terbukti meningkat setelah adanya transmisi antarmanusia. Dan sudah terbukti di populasi di India dan di Kudus. Hal tersebut juga memperkuat hipotesis para peneliti bahwa peningkatan kasus di Kudus tersebut adalah karena adanya varian Delta," katanya.
Gunadi juga menambahkan hipotesanya dengan penelitian terbaru dari The Lancet, yaitu varian Delta berhubungan dengan usia pasien. "Semakin tua pasien COVID-19 maka varian Delta ini akan memperburuk kekebalan tubuh pasien tersebut," ujarnya.
Lebih buruk lagi, masih dari The Lancet, diketahui varian Delta ini bisa menginfeksi kembali pasien COVID-19 dan semakin memperlemah kekebalan tubuh pasien. Padahal seharusnya apabila sudah terinfeksi COVID-19 pasien mendapatkan antibodi secara alami. Kemudian varian Delta ini bisa menurunkan kekebalan tubuh seseorang dengan usia yang lebih tua meskipun sudah divaksin dua dosis.
tulis komentar anda