Lompatan Kekuatan Laut Indonesia

Senin, 14 Juni 2021 - 06:01 WIB
Menambah kekuatan militer di laut merupakan keharusan untuk menjaga wilayah RI. FOTO/WIN CAHYONO
JAKARTA - Indonesia memborong delapan unit kapal fregat dari Italia? Sejauh ini belum ada konfirmasi resmi dari Kementerian Pertahanan (Kemhan) mengenai belanja alusista besar-besaran tersebut.

Namun, dari sisi kebutuhan, TNI memang membutuhkan dukungan alusista gahar dan canggih demi mengamankan kedaulatan negarai di wilayah laut.

Pembelian kapal perang yang terdiri dari enam fregat kelas FREMM dan dua fregat bekas kelas maestrale tersebut bukan hanya akan menghadirkan daya tangkal yang mumpuni di tengah konflik di laut China Selatan (LCS), tetapi juga meningkatkan kapabilitas sekaligus mewujudkan TNI AL sebagai kekuatan kelas dunia. Walaupun TNI AL menempati posisi 10 besar dunia versi Global Fire Power,sejatinya dukungan kekuatan masih masih jomplang bila dibanding dengan tanggung jawab yang diembannya.



Sebagai informasi, sebagai salah satu negara dengan wilayah laut terluas –70% wilayah terdiri dari laut, memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km, dan memiliki Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 3,1 km2 yang menambah luas wilayah laut Indonesia menjadi 5,8 juta km2- kekuatan armada laut masih jauh dari mencukupi.



Sejauh ini, TNI hanya memiliki 8 kapal fregat, yang terdiri dari kelas Ahmad Yani dan kelas Martadinata. Dari 8 kapal yang masih beroperasi tersebut, yang benar-benar baru hanya 2 kelas Martadinata yang merupakan fregat jenis PKR10514 SIGMA. Sisanya sudah bersiap memasuki masa pensiun dan rencananya secara bertahap akan diganti dengan fregat kelas Iver Huitfeldt.



Beni menilai fregat FREMM dari Fincantieri sangat canggih dengan panjang 140 meter dan lebar 20 meter. Kapal tersebut dilengkapi dengan senjata misil, torpedo, peralatan peperangan anti kapal selam (anti-submarine warfare ASW system), sonar, alat deteksi kapal permukaan dan lainnya. Dia bahkan menandaskan fregat FREMM lebih canggih dari kelas sama yang dibuat negara lain, termasuk Belanda.

“Fregat FREMM Fincantieri lebih canggih karena memiliki kemampuan setingkat kapal destroyer dengan kemampuan tempur laut dan juga sistem anti kapal selamnya yang belapis dan bisa mengangkut helikoper untuk operasi SAR dan operasi anti kapal selam juga. Dibanding yang Belanda, jelas fregat ini sangat canggih,” terang dia.

Beni menjelaskan, untuk menghadapi pelanggaran wilayah lautan di Indonesia oleh kapal asing, kapal fregat FREMM yang canggih ini merupakan pilihan tepat dan bisa menjadi deterrent bagi pihak asing yang mencoba melanggar wilayah maritim Indonesia.

Di sisi lain Beni juga melihat pembelian fregat ini erat juga dikaitkan sebagai bentuk antisipasi terhadap kelanjutan eskalasi Laut Cina Selatan, terutama di sekitar Kepulauan Natuna.

Menurut Beni, dengan adanya ancaman aktual di wilayah Natuna Utara dan wilayah lainnya terutama ancaman pencurian ikan oleh kapal asing, pelanggaran wilayah oleh peralatan asing (seaglider) dan kapal asing, penyelundupan narkoba, penyelundupan orang, serta juga pembajakan kapal dan penculikan ABK Indonesia di laut Sulu, maka kapal Fregat multi misi ini sudah sangat tepat.

“Karena karakter ancaman non tradisional lintas negara (non traditional threats) seperti diatas harus dihadapi dengan kapal yang mumpuni dan tentunya memiliki peralatan deteksi dini dan pengawasan canggih justru bisa menjadi andalan utama kita. Kemudian, ancaman potensial yaitu kemungkinan pecah konflik akibat perseteruan geopolitik antara AS dan China di LCS, tentu menjadi perhitungan Indonesia dalam melakukan pengadaan alutsista.

Dia menandaskan, kendati Indonesia tidak berpihak pada kedua negara tersebut, namun spillover konflik di wilayah Natuna Utara atau LCS jelas bisa mengganggu stabilitas keamanan wilayah, serta sekaligus mengganggu jalur dagang (ekonomi) dan investasi seperti minyak dan gas (migas) di sekitar Natuna.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More