Waspadai Potensi Gempa-Tsunami di Selatan Jatim

Rabu, 09 Juni 2021 - 05:50 WIB
Mitigasi bencana alam harus dikedepankan untuk mengurangi risiko terburuk. FOTO/DOK SINDO
JAKARTA - Gempa berkekuatan Magnitudo 8,7 dan tsunami 29 meter mengancam pantai selatan Jawa Timur? Walaupun belum tentu terjadi, potensi tersebut perlu dimitigasi dengan mengkondisikan masyarakat agar selalu siap dan membangun infrastruktur untuk meminimalkan dampak bencana tersebut.

Potensi bencana besar tersebut disampaikan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati setelah lembaganya melakukan pemodelan matematika, untuk mengukur potensi besaran gempa dan ketinggian tsunami di wilayah tersebut. Hasil pemodelan itu menemukan potensi tsunami maksimum pada seluruh pesisir ada di Kabupaten Trenggalek dengan kisaran 26-29 meter, sedangkan waktu tercepat berada di Kabupaten Blitar yang berada di angka 20-24 menit.

Dwikorita menegaskan, potensi gempa dan tsunami di wilayah tersebut sebatas acuan, bukan prediksi. Dengan demikian belum tentu terjadi. Karena itu dia meminta masyarakat tidak panik.



“Tetapi kenapa kami lakukan? Karena untuk kepentingan mitigasi, berjaga-jaga kondisi terburuk. Kenapa yang dipilih kondisi terburuk? Kalau kondisi terburuk itu sudah disiapkan, sudah dilatihkan, dan fasilitasnya sudah disiapkan, Insya Allah itu tidak terjadi, yang terjadi lebih lebih ringan,” kata Dwikorita.



Namun di sisi laian dia meminta tidak menyepelekan ancaman tersebut. Menurut dia, perlu antisipasi yang dilakukan oleh warga dan juga kepala daerah setempat. Khususnya menyiapkan masyarakat agar rutin melakukan latihan evakuasi agar ketika terjadi kondisi darurat masyarakat tetap waspada.

“Jadi kami sudah berkoordinasi dengan mulai dari Gubernur sampai Bupati Walikota yang perlu dilakukan, yakni menyiapkan masyarakatnya untuk lebih rutin melakukan latihan evakuasi karena pemerintah daerah sudah menyiapkan jalur-jalur evakuasi itu itu sudah ada,” paparnya.

Pakar Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Amien Widodo menuturkan, pemodelan yang dilakukan BMKG merupakan langkah awal yang tepat. Apalagi daerah Jawa Timur terbentuk karena adanya tumbukan lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Dengan demikian menjadi suatu keharusan untuk meneliti bab kegempaan di Jawa Timur.

‘’BMKG bukan tanpa alasan menyebutkan skenario terburuk yang mungkin menimpa. Pemodelan ini menunjukkan worst scenario kemudian diumumkan, karena dalam lima bulan terakhir diketahui frekuensi gempa yang terjadi di Jawa Timur sangat tinggi,” kata Amien, Kamis (3/6/2021).
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More