Waspadai Potensi Gempa-Tsunami di Selatan Jatim
Rabu, 09 Juni 2021 - 05:50 WIB
Demi memitigasi bencana gempa dan tsunami, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah mengembangkan sejumlah alat deteksi dan mitigasi bencana. Upaya itu sejalan dengan amanat Perpres No. 93 Tahun 2019 tentang Penguatan dan Pengembangan Sistem Informasi Peringatan Dini Gempa dan Tsunami; dan Perpres No. 18 Tahun 2020 terkait Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV Penguatan Sistem Peringatan Dini Bencana.
Kepala BPPT Hammam Riza mengungkapkan telah mengembangkan beberapa peralatan teknologi kebencanaan. Di lingkup bencana tsunami, BPPT mengembangkan sistem inovasi teknologi sistem peringatan dini tsunami atau lebih dikenal dengan InaTEWS. Sistem tersebut berfungsi mendeteksi kejadian gempa dan tsunami yang terjadi di laut dengan menggunakan sensor perubahan tekanan air laut yang ditempatkan di dalam komponen OBU (Ocean Bottom Unit).
Komponen itu berada di sistem pendeteksian tsunami berbasis pressure sensor buoy bernama Indonesia Buoy atau InaBuoy yang kini sudah dikembangkan hingga empat generasi. Sensor pada OBU ini mengukur perubahan tinggi muka air laut saat terjadi gempa yg berpotensi membangkitkan tsunami.
Data tersebut dikirimkan ke InaTOC di Pusat Pengamatan Tsunami di BPPT, baik melalui satelit (InaBuoy) maupun kabel optik (InaCBT). Data tersebut selanjutnya diteruskan ke BMKG untuk menjadi data yang memverifikasi lebih cepat. Model prediksi InaTEWS BMKG ini berbasis data seismograf. “Dengan InaTEWS BPPT termasuk mampu memantau tsunami non tektonik atau longsoran bawah laut yang tidak dapat diprediksi oleh model BMKG,” papar Hammam kepada Koran SINDO, Senin (7/6).
Selain InaBuoy, BPPT mengembangkan InaCAT (Indonesia Coastal Acoustic Tomography) sebagai salah satu pilihan sistem observasi tsunami. Sistem ini mengukur gelombang anomali, termasuk gelombang yang terjadi akibat tsunami berbasis akustik coastal tomografi.
Inovasi lain yang dikembangkan untuk mendeteksi dini tsunami adalah InaCBT (Indonesia Cable Based Tsunameter) yaitu peringatan dini tsunami berbasis platform jaringan kabel sebagai media pengiriman data dari sensor pendeteksi gelombang tsunami berupa pressure gauge dan akselerometer.
Deteksi tsunami itu pun dilengkapi dengan memadukan kecerdasan artifisial (AI) sehingga bisa analisis data sistem observasi tsunami maupun parameter data lain terkait tsunami. Sistem ini melakukan analisis prediksi tsunami berbasis big data, lebih cepat, dan lebih akurat.
“Saat ini kami telah membuat 11 unit InaBuoy, 2 unit InaCBT yg akan dipasang di Rokatenda dan Labuan Bajo. 1 set InaCAT di Selat Lombok, dan 1 pengembangan sistem kecerdasan artifisial (AI) tsunami sebagai decision support system. Adapun InaBuoy akan ditempatkan di 11 lokasi tahun 2021 dan 15 lokasi ditargetkan pada 2024,” urai Hammam.
Dalam produksi atau pengembangan alat tersebut, BPPT berkolaborasi dengan PT CCSI yang memproduksi kabel InaCBT, PT PAL dalam pengembangan InaBuoy, pihak penggelar kabel dalam negeri, pemerintah daerah, BMKG, hingga kerjasama dengan pihak dari luar negeri seperti Jamstec Jepang dan Hawaii University – Amerika Serikat.
Di bagian lain, Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Ganip Warsito menyatakan bahwa BNPB mendukung pengembangan dan pengelolaan sistem peringatan dini cuaca. Dalam konteks tersebut, BMKG sebagai lembaga teknis yang memberikan informasi peringatan dini yang kemudian diinformasikan kepada beberapa pihak, seperti BNPB dan pemerintah daerah.
Kepala BPPT Hammam Riza mengungkapkan telah mengembangkan beberapa peralatan teknologi kebencanaan. Di lingkup bencana tsunami, BPPT mengembangkan sistem inovasi teknologi sistem peringatan dini tsunami atau lebih dikenal dengan InaTEWS. Sistem tersebut berfungsi mendeteksi kejadian gempa dan tsunami yang terjadi di laut dengan menggunakan sensor perubahan tekanan air laut yang ditempatkan di dalam komponen OBU (Ocean Bottom Unit).
Komponen itu berada di sistem pendeteksian tsunami berbasis pressure sensor buoy bernama Indonesia Buoy atau InaBuoy yang kini sudah dikembangkan hingga empat generasi. Sensor pada OBU ini mengukur perubahan tinggi muka air laut saat terjadi gempa yg berpotensi membangkitkan tsunami.
Data tersebut dikirimkan ke InaTOC di Pusat Pengamatan Tsunami di BPPT, baik melalui satelit (InaBuoy) maupun kabel optik (InaCBT). Data tersebut selanjutnya diteruskan ke BMKG untuk menjadi data yang memverifikasi lebih cepat. Model prediksi InaTEWS BMKG ini berbasis data seismograf. “Dengan InaTEWS BPPT termasuk mampu memantau tsunami non tektonik atau longsoran bawah laut yang tidak dapat diprediksi oleh model BMKG,” papar Hammam kepada Koran SINDO, Senin (7/6).
Selain InaBuoy, BPPT mengembangkan InaCAT (Indonesia Coastal Acoustic Tomography) sebagai salah satu pilihan sistem observasi tsunami. Sistem ini mengukur gelombang anomali, termasuk gelombang yang terjadi akibat tsunami berbasis akustik coastal tomografi.
Inovasi lain yang dikembangkan untuk mendeteksi dini tsunami adalah InaCBT (Indonesia Cable Based Tsunameter) yaitu peringatan dini tsunami berbasis platform jaringan kabel sebagai media pengiriman data dari sensor pendeteksi gelombang tsunami berupa pressure gauge dan akselerometer.
Deteksi tsunami itu pun dilengkapi dengan memadukan kecerdasan artifisial (AI) sehingga bisa analisis data sistem observasi tsunami maupun parameter data lain terkait tsunami. Sistem ini melakukan analisis prediksi tsunami berbasis big data, lebih cepat, dan lebih akurat.
“Saat ini kami telah membuat 11 unit InaBuoy, 2 unit InaCBT yg akan dipasang di Rokatenda dan Labuan Bajo. 1 set InaCAT di Selat Lombok, dan 1 pengembangan sistem kecerdasan artifisial (AI) tsunami sebagai decision support system. Adapun InaBuoy akan ditempatkan di 11 lokasi tahun 2021 dan 15 lokasi ditargetkan pada 2024,” urai Hammam.
Dalam produksi atau pengembangan alat tersebut, BPPT berkolaborasi dengan PT CCSI yang memproduksi kabel InaCBT, PT PAL dalam pengembangan InaBuoy, pihak penggelar kabel dalam negeri, pemerintah daerah, BMKG, hingga kerjasama dengan pihak dari luar negeri seperti Jamstec Jepang dan Hawaii University – Amerika Serikat.
Di bagian lain, Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Ganip Warsito menyatakan bahwa BNPB mendukung pengembangan dan pengelolaan sistem peringatan dini cuaca. Dalam konteks tersebut, BMKG sebagai lembaga teknis yang memberikan informasi peringatan dini yang kemudian diinformasikan kepada beberapa pihak, seperti BNPB dan pemerintah daerah.
Lihat Juga :
tulis komentar anda