Kisah Heroik Hendropriyono Lolos dari Maut Meski Dikepung Musuh di Belantara Kalimantan

Jum'at, 07 Mei 2021 - 07:06 WIB
Makanan buat berapa hari?” sambung Sintong.

“Masih ada Pak untuk dua hari,” jawab Hendropriyono.

“Cukup itu,” kata Sintong dengan tegas.

Mendapat jawaban itu, Komandan Tim Parako Hendropriyono kemudian mengirimkan partroli ke utara, tetapi terjadi kontak senjata. Patroli ke barat juga terjadi kontak senjata. Patroli ke timur menemukan jejak-jejak kaki. Kemudian Hendropriyono memanggil perwira bawahan dan menyampaikan “Kesimpulan saya kita terkepung, kita harus bisa keluar dari sini,”

Hendropriyono kemudian memanggil para perwira yang menjadi komandan patroli untuk memperoleh perkiraan-perkiraan jumlah kekuatan musuh. Ternyata kepungan gerombolan yang paling tipis untuk ditembus adalah ke selatan menuju bivak karena hanya terlihat empat orang musuh. Hendropriyono kemudian memutuskan untuk menerobos ke selatan. Tetapi sampai ke lereng bukti, mereka tidak menemukan gerombolan. Hendropriyono tidak mau turun ke lembah karena sudah sore. Diperkirakan kalau tim yang dipimpin bermalam di lembah, pagi-pagi akan ditembaki habis dari ketinggian.



Hendropriyono melaporkan posisinya, kemudian mendapat perintah dari Sintong agar pasukan terus mendaki menuju puncak bukit. Pada waktu pasukan sedang mendaki terjadi pertempuran. Hasilnya cukup menggembirakan. Dua orang gerombolan tewas, tiga orang menyerah dan lainnya melarikan diri.

Di Kemudian hari Hendropriyono menayakan kepada Sintong mengapa sebagai komandan tidak mau mengirim helikopter. Sebagai anak buah, Hendropriyono tidak mungkin marah kepada Sintong sebagai atasannya. Tetapi ia merasa sakit hati. Sebaliknya, Sintong yakin Hendropriyono dapat mengatasi keadaan dan keluar dari kepungan.

Kesimpulan itu setelah Sintong mengolah situasi berdasarkan pada laporan Hendropriyono dan membaca peta. Sintong menyadari situasi sangat kritis, tetapi kalau Sintong minta helikopter, berapa lama waktunya? Tidak dapat dihitung. “Keberadaan helikopter itu di Pontianak, kapan akan sampai? Pada waktu helikopter datang, mungkin kalian sudah mati,” kata Sintong.

Mendengar jawaban itu Hendropriyono senang. “Ini orang saya benci bener dulu itu. Tetapi sekarang saya salut!” Kata Jenderal TNI (Purn) Hendropriyono 35 tahun kemudian.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More