'Impact Ranking' dan Peran Universitas dalam Pencapaian SDGs

Kamis, 29 April 2021 - 12:31 WIB
ITS yang baru bergabung tahun lalu dengan peringkat terakhir di Indonesia, kini telah menempati peringkat #1 di Indonesia dan peringkat #64 di dunia. ITS telah mengalahkan pemain lama, seperti UI, Undip, UGM, IPB, dan ITB. Capaian mengesankan juga diraih Unhas yang baru bergabung tahun ini dengan perolehan peringkat #2 di Indonesia dan #79 di dunia. Sama seperti ITS, Unhas juga mengalahkan para pemain lama.

Di samping capaian mengesankan, yang perlu menjadi perhatian kita bersama adalah rendahnya partisipasi perguruan tinggi di Indonesia. Dari 2.136 perguruan tinggi di Indonesia (Kemendikbud, 2020), hanya 18 perguruan tinggi yang masuk dalam radar pemeringkatan Impact Rankings 2021. Padahal, jika semua kampus berbondong-bondong untuk berpartisipasi dalam pemeringkatan ini, ketercapaian SDGs 2030 menjadi sebuah keniscayaan. Lantas, apa yang perlu dipersiapkan oleh perguruan tinggi yang belum masuk radar Impact Rankings?

Akselerasi Kinerja Publikasi Bertema SDGs

Agar dapat masuk dalam radar Impact Rankings, universitas perlu meningkatkan jumlah publikasi internasional terindeks scopus yang membahas isu-isu SDGs. Penelitian tersebut perlu memasukkan keywords SDG dalam judul, abstrak, dan kata kunci paper. Misalnya, SDG 1 dapat memasukkan "extreme poverty'', "poverty alleviation", atau kata lain yang masuk dalam daftar keywords masing-masing SDG yang telah diklasifikasikan oleh Elsevier. Selain kuantitas, kualitas publikasi juga menjadi poin penting penilaian. Kualitas publikasi dilihat dari jumlah sitasi yang dihasilkan oleh luaran publikasi. Untuk meningkatkan jumlah sitasi, para peneliti dapat melakukan riset kolaborasi bersama top scientits, melakukan publikasi di jurnal top tier, atau bisa juga mengangkat hot issues dalam publikasinya.

Program dan Kerja Sama Kegiatan SDGs

Selain meningkatkan kinerja publikasi, universitas juga harus memperbanyak program kegiatan yang berfokus pada penanganan isu-isu SDGs. Program tersebut dapat dilakukan oleh universitas itu sendiri maupun bekerja sama dengan komunitas, lembaga swadaya masyarakat (LSM), atau pemerintah setempat. Adapun wujud program tersebut dapat berupa dialog lintas sektoral SDGs, pengembangan kebijakan SDGs pemerintah, program relawan mahasiswa, ataupun program lain yang berkaitan dengan tema SDGs. Universitas juga dapat berkolaborasi dengan organisasi mahasiswa (ormawa) agar program kerja mereka dapat diupayakan beririsan dengan isu-isu SDGs. Selain itu, melimpahnya jumlah SDM mahasiswa dan kecerdasan pola pikirnya mampu memberikan daya dukung dalam rangka keberhasilan pencapaian SDGs 2030.

Task Force Team sebagai Nerve Center

Pembentukan tim kerja yang fokus pada isu-isu SDGs dapat membantu pimpinan institusi untuk melakukan perencanaan dan pengelolaan program SDGs. Tugas dan tanggung jawab tim ini adalah melakukan sosialisasi program-program yang berkaitan dengan SDGs kepada seluruh civitas akademika, menjadi pelopor beragam agenda penanganan isu-isu SDGs, melakukan rekap kegiatan SDGs yang nantinya dilaporkan dalam Laporan SDGs Tahunan Universitas, sekaligus menjadi tim yang bertugas melakukan submit data pada portal THE Impact Rankings.

Banyaknya jenis SDGs dan beragamnya kebijakan/program berkaitan dengan SDGs menjadi urgensi pembentukan tim ini. Oleh karena itu, pembentukan tim SDGs diharapkan dapat memberikan masukan perumusan kebijakan universitas, meningkatkan kesadaran pentingnya berkolaborasi dalam upaya tercapainya keberhasilan SDGs, serta melakukan kontrol agenda SDGs universitas agar tepat sasaran.
(bmm)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More