87 Tahun Gerakan Pemuda Ansor Bertransformasi untuk Indonesia
Minggu, 25 April 2021 - 11:07 WIB
Visi besar itu tengah dikawal dengan baik terutama dalam 10 tahun terakhir ini, melalui empat misinya, yaitu: Pertama, merevitalisasi nilai dan tradisi Islam ahlussunnah wal jama’ah melalui internalisasi nilai dan sifatur rasul dalam Gerakan Pemuda Ansor. Kita bisa melihat betapa misi ini tercermin dalam berbagai program, di antaranya Ansor bersholawat, halaqah kiai muda, peringatan PHBI, sorban nusantara travel haji dan umroh, nahi munkar peredaran narkoba, penegakan hukum dan keadilan melalui LBH Ansor, dakwah di kawasan perkotaan, dakwah via medsos, dakwah ke publik internasional dan daurah kiai muda.
Hal yang sangat menonjol implementasi dari misi pertama ini adalah adanya terobosan deklarasi GP Ansor tentang Islam untuk kemanusiaan (humanitarian of Islam) dan deklarasi GP Ansor tentang manifesto Nusantara. GP Ansor hadir untuk mewujudkan Islam yang rahmatan lil alamin dalam bumi Nusantara.
Kedua, memperkuat sistem kaderisasi dengan membangun disiplin organisasi dan kaderisasi berbasis profesi. Program kaderisasi idiologis seperti PKD, PKL dan PKN untuk kalangan Ansor dan Diklatsar, Susbalan dan Susbanpim untuk Banser, massif dilakukan.
Sementara kaderisasi berbasis profesi dilakukan dengan cara mendistribusikan kader ke pelbagai sektor khidmah berbangsa, seperti di lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Partisipasi aktif kader dan anggota Ansor dalam kegiatan sosial keagamaan menjadi kebanggaan tersendiri. KH. Abdul Wahab Chasbullah sebagai pendiri tentu berbangga, melihat generasi penerusnya terus berjuang menebarkan kebaikan. Banser Riyanto adalah salah satunya yang berjuang mewujudkan harmonisasi dan toleransi antarumat beragama di Indonesia.
Inovasi yang dilakukan dalam misi ini adalah proyek sosial dalam Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN), nation caracter building via Ansor football competition, dan latihan instruktur media sosial.
Ketiga, memberdayakan potensi kader dengan menjadikan organisasi sebagai sentrum lalu lintas informasi dan peluang usaha antarkader dan dengan stakeholder. Program-program yang dilakukan, di antaranya sekolah pasar saham syariah, kursus kuliner Nusantara, kursus barista, magang 1.000 anggota ke Jepang, hingga membuka akses beasiswa ke China.
Keempat, mengakselerasi kemandirian organisasi melalui pemanfaatan teknologi informasi, optimalisasi jaringan dan amal usaha organisasi. Hal ini bisa dilihat dalam program-program seperti Ansor Mart, Kowina, Lembaga Wakaf Ansor, program pelatihan kerja, program penanaman jagung di NTB. Inovasi yang dilakukan adalah program kopi jalu garut, air minum kemasan lampung, toko retail di Jogjakarta, Ansor retail dan lain-lain.
87 tahun kelahiran GP Ansor harus dimaknai sebagai bentuk penegasan eksistensi kaum muda berkhidmah untuk bangsa. Dalam konteks ini berada dalam dua dunia, yaitu antara dunia nyata dan dunia maya, antara online dan offline atau media luring dan daring.
Transformasi program dan model khidmah GP Ansor ke media digital juga sebagai bukti bahwa organisasi ini sedang berubah menuju organisasi yang modern, walau di tengah kader dan anggota yang konon oleh Cliffort Geert sebagai kaum tradisional. Anggapan ini nampaknya perlu ditinjau ulang, karena walau dicap sebagai kaum sarungan faktanya kader Ansor telah mengenal teknologi informasi dengan sangat masif.
Selain itu di usianya yang ke-87 Ansor semakin matang menjadi pengawal ulama dan pengawal NKRI. Gempuran-gempuran yang dihadapi nyaris tanpa jeda oleh kelompok intoleran dan radikal telah menjadikan Ansor kebal dan tambah kuat. Baginya tak boleh mundur walau sejengkal untuk menyelamatkan bangsa dan negara ini. Karena menyelematkan Indonesia adalah bagian dari ajaran Islam hubbul wathan minal iman.
Hal yang sangat menonjol implementasi dari misi pertama ini adalah adanya terobosan deklarasi GP Ansor tentang Islam untuk kemanusiaan (humanitarian of Islam) dan deklarasi GP Ansor tentang manifesto Nusantara. GP Ansor hadir untuk mewujudkan Islam yang rahmatan lil alamin dalam bumi Nusantara.
Kedua, memperkuat sistem kaderisasi dengan membangun disiplin organisasi dan kaderisasi berbasis profesi. Program kaderisasi idiologis seperti PKD, PKL dan PKN untuk kalangan Ansor dan Diklatsar, Susbalan dan Susbanpim untuk Banser, massif dilakukan.
Sementara kaderisasi berbasis profesi dilakukan dengan cara mendistribusikan kader ke pelbagai sektor khidmah berbangsa, seperti di lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Partisipasi aktif kader dan anggota Ansor dalam kegiatan sosial keagamaan menjadi kebanggaan tersendiri. KH. Abdul Wahab Chasbullah sebagai pendiri tentu berbangga, melihat generasi penerusnya terus berjuang menebarkan kebaikan. Banser Riyanto adalah salah satunya yang berjuang mewujudkan harmonisasi dan toleransi antarumat beragama di Indonesia.
Inovasi yang dilakukan dalam misi ini adalah proyek sosial dalam Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN), nation caracter building via Ansor football competition, dan latihan instruktur media sosial.
Ketiga, memberdayakan potensi kader dengan menjadikan organisasi sebagai sentrum lalu lintas informasi dan peluang usaha antarkader dan dengan stakeholder. Program-program yang dilakukan, di antaranya sekolah pasar saham syariah, kursus kuliner Nusantara, kursus barista, magang 1.000 anggota ke Jepang, hingga membuka akses beasiswa ke China.
Keempat, mengakselerasi kemandirian organisasi melalui pemanfaatan teknologi informasi, optimalisasi jaringan dan amal usaha organisasi. Hal ini bisa dilihat dalam program-program seperti Ansor Mart, Kowina, Lembaga Wakaf Ansor, program pelatihan kerja, program penanaman jagung di NTB. Inovasi yang dilakukan adalah program kopi jalu garut, air minum kemasan lampung, toko retail di Jogjakarta, Ansor retail dan lain-lain.
87 tahun kelahiran GP Ansor harus dimaknai sebagai bentuk penegasan eksistensi kaum muda berkhidmah untuk bangsa. Dalam konteks ini berada dalam dua dunia, yaitu antara dunia nyata dan dunia maya, antara online dan offline atau media luring dan daring.
Transformasi program dan model khidmah GP Ansor ke media digital juga sebagai bukti bahwa organisasi ini sedang berubah menuju organisasi yang modern, walau di tengah kader dan anggota yang konon oleh Cliffort Geert sebagai kaum tradisional. Anggapan ini nampaknya perlu ditinjau ulang, karena walau dicap sebagai kaum sarungan faktanya kader Ansor telah mengenal teknologi informasi dengan sangat masif.
Selain itu di usianya yang ke-87 Ansor semakin matang menjadi pengawal ulama dan pengawal NKRI. Gempuran-gempuran yang dihadapi nyaris tanpa jeda oleh kelompok intoleran dan radikal telah menjadikan Ansor kebal dan tambah kuat. Baginya tak boleh mundur walau sejengkal untuk menyelamatkan bangsa dan negara ini. Karena menyelematkan Indonesia adalah bagian dari ajaran Islam hubbul wathan minal iman.
tulis komentar anda