Poros Islam, Cita-Cita atau Angan-Angan Belaka?
Minggu, 25 April 2021 - 10:46 WIB
JAKARTA - Wacana Poros Partai Islam atau Poros Islam muncul setelah pertemuan petinggi PKS dan PPP. Wacana ini menuai polemik, terutama di kalangan parpol Islam sendiri.
Sejumlah partai politik sudah mulai ancang-ancang menghadapi Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024. Beberapa di antaranya melakukan kunjungan ke partai lain.
Pada Rabu 14 April 2021, jajaran DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) bertandang ke Kantor Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan.
Seusai pertemuan, Koalisi Poros Partai Islam diwacanakan mereka. Jumlah partai Islam memang tidak sedikit. Misalnya, yang menjadi peserta Pemilu 2019 lalu ada PKS, PPP, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Bulan Bintang (PBB). Wacana Koalisi Poros Partai Islam itu pun menuai pro dan kontra di antara mereka sendiri.
Semisal PAN melalui Juru bicaranya, Viva Yoga Mauladi sudah menyatakan tidak ikut dalam wacana tersebut. Di sisi lain, wacana itu disambut baik oleh Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra, walaupun diakuinya bahwa tidaklah mudah untuk merealisasikannya. Kemudian, Wakil Ketua Umum DPP PKB Jazilul Fawaid atau Gus Jazil berharap agar poros partai Islam tak hanya berhenti sebagai wacana.
Wacana Koalisi Poros Partai Islam sebenarnya pernah muncul di momen pemilu sebelumnya. Lalu, apakah wacana Koalisi Parpol Islam yang digagas PPP dan PKS kini sebagai cita-cita atau hanya angan-angan?
“Poros islam yang terdiri dari parpol-parpol Islam secara teoritis mungkin terbentuk karena ada empat partai Islam (PKS, PPP, PKB, PAN) yang memiliki kursi di parlemen. Empat parpol ini menguasai sekitar 30 persen kursi DPR, cukup untuk modal mencalonkan presiden,” ujar Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan kepada SINDOnews, Sabtu (24/4/2021).
Djayadi mengatakan, minima tiga dari parpol-parpol tersebut harus bersatu agar memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden. "Tapi ini tidak mudah karena PAN dan PKB tampaknya lebih suka bekerja sama dengan parpol nasionalis seperti PDIP dan Golkar,” katanya.
Sejumlah partai politik sudah mulai ancang-ancang menghadapi Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024. Beberapa di antaranya melakukan kunjungan ke partai lain.
Pada Rabu 14 April 2021, jajaran DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) bertandang ke Kantor Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan.
Seusai pertemuan, Koalisi Poros Partai Islam diwacanakan mereka. Jumlah partai Islam memang tidak sedikit. Misalnya, yang menjadi peserta Pemilu 2019 lalu ada PKS, PPP, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Bulan Bintang (PBB). Wacana Koalisi Poros Partai Islam itu pun menuai pro dan kontra di antara mereka sendiri.
Baca Juga
Semisal PAN melalui Juru bicaranya, Viva Yoga Mauladi sudah menyatakan tidak ikut dalam wacana tersebut. Di sisi lain, wacana itu disambut baik oleh Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra, walaupun diakuinya bahwa tidaklah mudah untuk merealisasikannya. Kemudian, Wakil Ketua Umum DPP PKB Jazilul Fawaid atau Gus Jazil berharap agar poros partai Islam tak hanya berhenti sebagai wacana.
Wacana Koalisi Poros Partai Islam sebenarnya pernah muncul di momen pemilu sebelumnya. Lalu, apakah wacana Koalisi Parpol Islam yang digagas PPP dan PKS kini sebagai cita-cita atau hanya angan-angan?
“Poros islam yang terdiri dari parpol-parpol Islam secara teoritis mungkin terbentuk karena ada empat partai Islam (PKS, PPP, PKB, PAN) yang memiliki kursi di parlemen. Empat parpol ini menguasai sekitar 30 persen kursi DPR, cukup untuk modal mencalonkan presiden,” ujar Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan kepada SINDOnews, Sabtu (24/4/2021).
Djayadi mengatakan, minima tiga dari parpol-parpol tersebut harus bersatu agar memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden. "Tapi ini tidak mudah karena PAN dan PKB tampaknya lebih suka bekerja sama dengan parpol nasionalis seperti PDIP dan Golkar,” katanya.
tulis komentar anda