Menyiapkan Talenta Digital, Menyongsong Peradaban 5G
Minggu, 11 April 2021 - 10:55 WIB
Bambang Soesatyo
Ketua MPR RI/Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia
TEKNOLOGI telekomunikasi seluler generasi lima atau 5G yang akan mewujud peradaban baru butuh dukungan dan peran signifikan sumber daya manusia (SDM) bertalenta digital dalam jumlah memadai. Maka, program pembangunan SDM yang dicanangkan Presiden Joko Widodo hendaknya memasukan kerja penyiapan talenta digital sebagai prioritas agenda.
Transformasi digital di dalam negeri yang sedang berproses saat ini masih menghadirkan dua masalah strategis. Pertama, ada desakan secara tidak langsung untuk mempercepat tersedianya Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang mumpuni.
Masih ada belasan ribu desa atau kelurahan belum terjangkau jaringan internet, sehingga Pemerintah harus mempercepat realisasi infrastruktur TIK dengan memperluas pembangunan base transceiver station (BTS) untuk menyediakan akses internet di semua desa. Dengan tersedianya jaringan internet, warga di semua pelosok negeri akan punya akses untuk masuk dalam arus otomasi dan digitalisasi sekarang ini.
Masalah kedua, menyiapkan talenta digital pun menjadi persoalan lain yang juga harus direspons negara sejak kini agar generasi anak-cucu kompeten dan kompetitif melakoni perubahan zaman, utamanya di era teknologi 5G. Soalnya, ketika Indonesia mulai melakoni era Industri 4.0 sekarang ini, kesenjangan talenta digital masih menjadi persoalan nyata dan dialami di berbagai sektor dan sub-sektor.
Masalah tersebut telah banyak dibahas para ahli dan praktisi TIK diberbagai forum. Talenta atau bakat digital dipahami sebagai pekerja spesialis yang mampu dengan cepat beradaptasi dengan pembaruan teknologi digital yang berkelanjutan. Kalau kesenjangan ini tidak segera diatasi mulai sekarang, kebutuhan riel akan talenta digital mungkin saja akan dipenuhi dengan mendatangkan pekerja dari negara lain.
Para praktisi TIK menghitung kebutuhan Indonesia yang mencapai sembilan (9) juta SDM bertalenta digital hingga 2030. Berarti, harus disiapkan dan tersedia sedikitnya 600 ribu pekerja spesialis digital per tahunnya. Untuk mengatasi masalah kesenjangan itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pun mengambil inisiatif dengan menyelenggarakan program Digital Talent Scholarship (DTS) sejak 2018.
Program DTS Kominfo itu patut dipahami sebagai respons cepat pemerintah untuk mengatasi kesenjangan itu. Program DTS pun digelar di 25 kota di 20 provinsi, termasuk di Jayapura dan Lhokseumawe, melibatkan 28 perguruan tinggi, termasuk 18 perguruan tinggi negeri. Program ini memberi kesempatan peserta mendalami 78 bidang, antara lain Artificial Intelligent (AI), Internet of Things (IoT), cloud computing, coding, programming hingga cyber security.
Ketua MPR RI/Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia
TEKNOLOGI telekomunikasi seluler generasi lima atau 5G yang akan mewujud peradaban baru butuh dukungan dan peran signifikan sumber daya manusia (SDM) bertalenta digital dalam jumlah memadai. Maka, program pembangunan SDM yang dicanangkan Presiden Joko Widodo hendaknya memasukan kerja penyiapan talenta digital sebagai prioritas agenda.
Transformasi digital di dalam negeri yang sedang berproses saat ini masih menghadirkan dua masalah strategis. Pertama, ada desakan secara tidak langsung untuk mempercepat tersedianya Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang mumpuni.
Masih ada belasan ribu desa atau kelurahan belum terjangkau jaringan internet, sehingga Pemerintah harus mempercepat realisasi infrastruktur TIK dengan memperluas pembangunan base transceiver station (BTS) untuk menyediakan akses internet di semua desa. Dengan tersedianya jaringan internet, warga di semua pelosok negeri akan punya akses untuk masuk dalam arus otomasi dan digitalisasi sekarang ini.
Masalah kedua, menyiapkan talenta digital pun menjadi persoalan lain yang juga harus direspons negara sejak kini agar generasi anak-cucu kompeten dan kompetitif melakoni perubahan zaman, utamanya di era teknologi 5G. Soalnya, ketika Indonesia mulai melakoni era Industri 4.0 sekarang ini, kesenjangan talenta digital masih menjadi persoalan nyata dan dialami di berbagai sektor dan sub-sektor.
Masalah tersebut telah banyak dibahas para ahli dan praktisi TIK diberbagai forum. Talenta atau bakat digital dipahami sebagai pekerja spesialis yang mampu dengan cepat beradaptasi dengan pembaruan teknologi digital yang berkelanjutan. Kalau kesenjangan ini tidak segera diatasi mulai sekarang, kebutuhan riel akan talenta digital mungkin saja akan dipenuhi dengan mendatangkan pekerja dari negara lain.
Para praktisi TIK menghitung kebutuhan Indonesia yang mencapai sembilan (9) juta SDM bertalenta digital hingga 2030. Berarti, harus disiapkan dan tersedia sedikitnya 600 ribu pekerja spesialis digital per tahunnya. Untuk mengatasi masalah kesenjangan itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pun mengambil inisiatif dengan menyelenggarakan program Digital Talent Scholarship (DTS) sejak 2018.
Program DTS Kominfo itu patut dipahami sebagai respons cepat pemerintah untuk mengatasi kesenjangan itu. Program DTS pun digelar di 25 kota di 20 provinsi, termasuk di Jayapura dan Lhokseumawe, melibatkan 28 perguruan tinggi, termasuk 18 perguruan tinggi negeri. Program ini memberi kesempatan peserta mendalami 78 bidang, antara lain Artificial Intelligent (AI), Internet of Things (IoT), cloud computing, coding, programming hingga cyber security.
tulis komentar anda