MUI Imbau Dermawan Bantu Korban Bencana di NTT
Rabu, 07 April 2021 - 15:40 WIB
JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas bencana alam berupa banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai dampak cuaca ekstrem yang ditandai munculnya Siklon Tropis Seroja yang terjadi pada hari Minggu, 4 April 2021.
Siklon tropis ini berdampak di delapan wilayah administrasi kabupaten dan kota di antaranya Kota Kupang, Kabupaten Flores Timur, Malaka, Lembata, Ngada, Sumba Barat, Sumba Timur, Rote Ndao, dan Alor. "MUI mengimbau pada masyarakat luas, khususnya umat Islam dan para aghniya (dermawan) agar mengulurkan tangan guna meringankan beban masyarakat akibat bencana. Saluran bantuan bisa disalurkan melalui berbagai lembaga yang kredibel dan dipercaya," kata Sekjen MUI Amirsyah Tambunan, Rabu (7/4/2021).
MUI menyampaikan duka yang mendalam atas banyaknya korban jiwa dalam bencana alam di NTT. "Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun, sesungguhnya kita semua milik Allah Subhanahu wa Ta'ala dan kepada-Nya kita akan kembali. Bencana ini semua merupakan musibah, ujian (bala) atau cobaan (fitnah). Bagi masyarakat NTT yang terkena bencana, diharapkan untuk bersabar, ridha dan berserah diri kepada Allah semata seraya berdoa memohon kekuatan dalam menghadapinya," tambahnya.
Selain itu, bencana ini merupakan peringatan untuk kita semua agar senantiasa mawas diri, berserah diri dan memperbaiki diri. Bisa jadi, bencana alam muncul karena ada faktor perilaku manusia. Di antaranya, pudar dan menurunnya etika dalam memperlakukan alam seperti penebangan hutan secara liar dan semana mena. Hutan menjadi gundul dan tanaman berkurang secara signifikan. Akibatnya, suhu, iklim dan kecepatan angin menjadi ekstrem yang disebabkan karena rusaknya ekosistem dalam skala kecil maupun skala yang luas.
Masih dalam suasana pandemi Covid 19, MUI mengajak masyarakat maupun korban bencana NTT agar tetap mematuhi protokol kesehatan, yaitu dengan tetap menjaga jarak, menghindari kerumunan, sering mencuci tangan, dan tetap menggunakan masker.
Kepatuhan menerapkan protokol kesehatan dimulai dari aparatur dan tokoh masyarakat, petugas medis dan para relawan serta masyarakat di daerah bencana. Dengan demikian, maka akan terhindar dari efek kerugian yang lebih besar.
Selain itu, MUI melalui Lembaga Penanggulangan Bencana Majelis Ulama Indonesia akan turut serta dalam menangani penanggulangan bencana di NTT.
Pertama, yaitu melakukan koordinasi dan berkolaborasi dengan berbagai lembaga dan badan yang menangani penanggulangan bencana, khususnya yang berbasis pada Ormas Islam maupun berbasis pada masyarakat.
Kedua, akan berkoordinasi dengan MUI Provinsi dan MUI Kabupaten/Kota yang berada di daerah bencana. "Ketiga, MUI akan menyalurkan bantuan berupa sejumlah uang dari donasi masyarakat, kurma dan obat obatan," jelasnya.
Keempat, MUI juga membuka rekening donasi bagi masyarakat yang ingin menyalurkan bantuan. "Semoga AllahSubhanahu wa Ta'ala memberikan kesabaran dan ketabahan bagi korban bencana alam di NTT."
Siklon tropis ini berdampak di delapan wilayah administrasi kabupaten dan kota di antaranya Kota Kupang, Kabupaten Flores Timur, Malaka, Lembata, Ngada, Sumba Barat, Sumba Timur, Rote Ndao, dan Alor. "MUI mengimbau pada masyarakat luas, khususnya umat Islam dan para aghniya (dermawan) agar mengulurkan tangan guna meringankan beban masyarakat akibat bencana. Saluran bantuan bisa disalurkan melalui berbagai lembaga yang kredibel dan dipercaya," kata Sekjen MUI Amirsyah Tambunan, Rabu (7/4/2021).
MUI menyampaikan duka yang mendalam atas banyaknya korban jiwa dalam bencana alam di NTT. "Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun, sesungguhnya kita semua milik Allah Subhanahu wa Ta'ala dan kepada-Nya kita akan kembali. Bencana ini semua merupakan musibah, ujian (bala) atau cobaan (fitnah). Bagi masyarakat NTT yang terkena bencana, diharapkan untuk bersabar, ridha dan berserah diri kepada Allah semata seraya berdoa memohon kekuatan dalam menghadapinya," tambahnya.
Selain itu, bencana ini merupakan peringatan untuk kita semua agar senantiasa mawas diri, berserah diri dan memperbaiki diri. Bisa jadi, bencana alam muncul karena ada faktor perilaku manusia. Di antaranya, pudar dan menurunnya etika dalam memperlakukan alam seperti penebangan hutan secara liar dan semana mena. Hutan menjadi gundul dan tanaman berkurang secara signifikan. Akibatnya, suhu, iklim dan kecepatan angin menjadi ekstrem yang disebabkan karena rusaknya ekosistem dalam skala kecil maupun skala yang luas.
Masih dalam suasana pandemi Covid 19, MUI mengajak masyarakat maupun korban bencana NTT agar tetap mematuhi protokol kesehatan, yaitu dengan tetap menjaga jarak, menghindari kerumunan, sering mencuci tangan, dan tetap menggunakan masker.
Kepatuhan menerapkan protokol kesehatan dimulai dari aparatur dan tokoh masyarakat, petugas medis dan para relawan serta masyarakat di daerah bencana. Dengan demikian, maka akan terhindar dari efek kerugian yang lebih besar.
Selain itu, MUI melalui Lembaga Penanggulangan Bencana Majelis Ulama Indonesia akan turut serta dalam menangani penanggulangan bencana di NTT.
Pertama, yaitu melakukan koordinasi dan berkolaborasi dengan berbagai lembaga dan badan yang menangani penanggulangan bencana, khususnya yang berbasis pada Ormas Islam maupun berbasis pada masyarakat.
Kedua, akan berkoordinasi dengan MUI Provinsi dan MUI Kabupaten/Kota yang berada di daerah bencana. "Ketiga, MUI akan menyalurkan bantuan berupa sejumlah uang dari donasi masyarakat, kurma dan obat obatan," jelasnya.
Keempat, MUI juga membuka rekening donasi bagi masyarakat yang ingin menyalurkan bantuan. "Semoga AllahSubhanahu wa Ta'ala memberikan kesabaran dan ketabahan bagi korban bencana alam di NTT."
(zik)
Lihat Juga :
tulis komentar anda