Perempuan Penjaga Sumber Daya Alam Berbagi Cerita di IWD 2021

Kamis, 25 Maret 2021 - 23:45 WIB
Sementara itu ada juga Subiyanti, perempuan yang tinggal di sebuah desa dengan dikelilingi wilayah gambut. Hampir setiap tahun di sekitarnya mengalami kebakaran hutan dan lahan. Kabut pekat dan udara yang buruk seolah manjadi makanan sehari-hari.

Bersama perempuan-perempuan di desanya, Subiyanti mengelola lahan-lahan bekas kebakaran dengan tanaman pangan dan herbal. Dia juga menjadi penggerak perempuan untuk melakukan kampanye untuk tidak melakukan pembakaran ketika suaminya hendak mengolah lahan pertanian.

“Sebagai ketua KWT, kami selalu mengajak ibu-ibu untuk menanam di kebun yang kami kelola karena hampir setiap tahun kami menjadi korban kebakaran. Dengan menanam setiap tahun, kami berharap kelompok tani yang lain, kepada bapak-bapaknya, juga ikut menjaga kelestarian lahan,” tandasnya.

Lain lagi dengan Sumini, ranger perempuan dari kampung Damaran Baru, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh. Ibu rumah tangga ini membuktikan tekad dan keberaniannya menggerakkan perempuan untuk menjadi ranger dan berpatroli rutin pada areal hutan kampung.

“Kampung Damaran Baru mendapatkan izin areal hutan kampung 251 Ha. Kami 11 orang perempuan dibantu 2 orang laki-laki setiap bulan berpatroli mencegah terjadinya perambahan di hutan kami,” cerita Ibu Sumini.

Sementara itu, Mama Asnat Iha dan Mama Rahma dari Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Keduaya menceritakan awal perjuangannya untuk menanam kembali komoditas unggulan pohon pala dan kayu besi yang sebagian besar telah rusak, juga penanaman tanaman pangan sejak tahun 2005 dengan 20 orang perempuan.

“Sejak 2005 kami telah menanam pohon pala dan kayu besi, karena banyak yang rusak. Selain itu mama-mama juga menanam di pekarangan agar dapat memenuhi kebutuhan pangan,” jelas Mama Iha.

Begitu juga dengan Asnir Umar, dari Gunung Talang, Solok, Sumatera Barat. Perempuan 75 tahun itu mengaku hidupnya dan masyarakat di Gunung talang terancam bahaya dengan adanya proyek Geothermal.

“Proyek Geothermal telah mengancam keselamatan masyarakat di Gunung Talang. Sawah dan kebun kami akan mereka rampas untuk proyek. Karena itulah kami menolak proyek tersebut,” tuturnya.

Dia meminta Presiden Jokowi, Gubernur Sumatera Barat dan Bupati Solok untuk mencabut izin proyek Gethermal di Gunung Talang.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More