Menohok, Begini Tanggapan Eks Kader Demokrat Pasek Suardika Soal Curhatan SBY

Jum'at, 19 Maret 2021 - 10:38 WIB
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Foto/Dok SINDO
JAKARTA - Tulisan dan Video podcast Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) berjudul ‘Kebenaran dan Keadilan Datangnya Sering Terlambat, Tapi Pasti', terus mendapatkan tanggapan. Kali ini, mantan Kader Partai Demokrat I Gede Pasek Suardika yang memberikan komentar menohok.

"Cocoknya itu ditempelkan untuk Mas Anas Urbaningrum bukan di SBY menurut saya. Tetapi Mas Anas nggak cengeng," ujar Gede Pasek Suardika kepada SINDOnews, Jumat (19/3/2021).

Pasek mengatakan, Anas Urbaningrum (AU) tetap tegar menjalani dengan tirakat yang ketat. "Sebab ketidakbenaran dan ketidakadilan yang didapat AU selama ini justru karena ada kontribusi langsung dan tidak langsung dari SBY ketika berkuasa dan mengambil alih Demokrat menjadi properti keluarga," kata Pasek.



Diketahui, tulisan curhat yang dibuat pada 15 Maret 2021 itu ditayangkan di media sosial Facebook, Youtube SBY, dan akun Instagram istrinya, Ani Yudhoyono in Memoriam. SBY dalam curhatannya itu dinilai masih menggunakan gaya politik playing victim atau bersikap seolah-olah jadi korban.



"Saya melihatnya model curhat kali ini mencoba gaya playing victim model baru setelah model Drama Korea (Drakor) gagal total. Kalau kembali model buat lagu juga sudah tertinggal, sehingga mencoba dengan gaya puisi," kata Pasek.



Pasek mengaku tidak tahu apakah publik masih terhipnotis atau sudah kebal dengan manuver gaya belas kasihan seperti SBY itu. "Kalau saya yang pernah kena prank saat KLB di Bali sudah tidak mempan lagi. Saya sih yakin publik sudah tidak mempan lagi. Paling yang terenyuh dan sedih tinggal para abdi dalem yang mengabdi dan belum pernah jadi korban prank langsung," tutur Pasek.

Namun, diakui Pasek, sebagai sebuah karya seni puisi, tulisan Curhat SBY itu tentu harus tetap diapresiasi walau pesannya tidak pas. "Karya lagu, Drakor, Puisi untuk menyentuh rasa iba dan belas kasihan publik dari orang yang selama ini menjadikan properti publik Parpol sebagai properti keluarga sendiri, akan sulit diterima oleh mereka yang masih punya akal sehat," kata Pasek.



"Tapi kita lihat saja masih ada berapa yang menangis kasihan setelah mendengar dan membaca puisi tersebut," pungkas Pasek.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(zik)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More