Karena Presiden 2 Periode Sibuk Dagang Sapi dengan Parpol
Rabu, 17 Maret 2021 - 13:05 WIB
JAKARTA - Berlawanan dengan banyak orang, mantan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono justru mewacanakan perlunya masa jabatan presiden ditambah menjadi tiga periode. Menurut dia, tiga periode itu itulah batasannya masa kekuasaan presiden, bukan berarti tidak dibatasi.
"Atau seumur hidup untuk jabatan presiden. Jadi kalau otoriter sangat tidak mungkin. Apalagi sekarang sudah zamannya politik 4.0, aktivitas politik dalam berekspresi dan berpendapat sangat bebas dan banyak media yang bisa digunakan seperti platform digital medsos," ujar Arief Poyuono kepada SINDOnews, Rabu (17/3/2021).
(Baca: Amien Rais Jelaskan Kecurigaannya Soal Jokowi Ingin Tiga Periode)
Arief membantah pendapat bahwa lamanya masa jabatan presiden potensial membuat kekuasaan korup. Baginya korupsi itu tidak ada hubungannya dengan masa jabatan presiden, baik dua maupun tiga periode.
Di era reformasi sekarang pun, lanjut Arief, korupsi justru lebih subur dibandingkan dengan Orde Lama dan Orde Baru. Dia juga melihat tidak ada pembangunan jangka panjang yang konsisten dilaksanakan, terlebih bila presiden berganti figur.
"Di era reformasi dengan masa jabatan presiden 2 periode malah menghasilkan deindustrialisasi dan minimnya investasi jangka panjang," katanya.
(Baca: Soal Presiden 3 Periode, Eks Waketum Gerindra Sebut Banyak yang Baper)
Sebaliknya, yang ada saat ini cuma investasi jangka pendek, mengeksploitasi sumber daya alam. Mengapa ini terjadi? Arief mengatakan penyebabnya tidak ada stabilitas politik yang memungkinkan pembangunan dilaksanakan dengan mulus.
"Hal ini disebabkan tidak adanya stabilitas kepemimpinan nasional dan waktu sangat pendek dengan 2 periode jabatan presiden karena presiden disibukan dengan dagang sapi antar parpol. Jadi investor enggan masuk dengan investasi jangka panjang," pungkasnya.
"Atau seumur hidup untuk jabatan presiden. Jadi kalau otoriter sangat tidak mungkin. Apalagi sekarang sudah zamannya politik 4.0, aktivitas politik dalam berekspresi dan berpendapat sangat bebas dan banyak media yang bisa digunakan seperti platform digital medsos," ujar Arief Poyuono kepada SINDOnews, Rabu (17/3/2021).
(Baca: Amien Rais Jelaskan Kecurigaannya Soal Jokowi Ingin Tiga Periode)
Arief membantah pendapat bahwa lamanya masa jabatan presiden potensial membuat kekuasaan korup. Baginya korupsi itu tidak ada hubungannya dengan masa jabatan presiden, baik dua maupun tiga periode.
Di era reformasi sekarang pun, lanjut Arief, korupsi justru lebih subur dibandingkan dengan Orde Lama dan Orde Baru. Dia juga melihat tidak ada pembangunan jangka panjang yang konsisten dilaksanakan, terlebih bila presiden berganti figur.
"Di era reformasi dengan masa jabatan presiden 2 periode malah menghasilkan deindustrialisasi dan minimnya investasi jangka panjang," katanya.
(Baca: Soal Presiden 3 Periode, Eks Waketum Gerindra Sebut Banyak yang Baper)
Sebaliknya, yang ada saat ini cuma investasi jangka pendek, mengeksploitasi sumber daya alam. Mengapa ini terjadi? Arief mengatakan penyebabnya tidak ada stabilitas politik yang memungkinkan pembangunan dilaksanakan dengan mulus.
"Hal ini disebabkan tidak adanya stabilitas kepemimpinan nasional dan waktu sangat pendek dengan 2 periode jabatan presiden karena presiden disibukan dengan dagang sapi antar parpol. Jadi investor enggan masuk dengan investasi jangka panjang," pungkasnya.
(muh)
Lihat Juga :
tulis komentar anda