Eijkman Targetkan Deteksi 10.000 Varian Baru Virus COVID-19 Tahun Ini
Sabtu, 13 Maret 2021 - 19:32 WIB
JAKARTA - Kasus COVID-19 yang terkonfirmasi positif di Indonesia saat ini jumlahnya sudah sekitar 1,4 juta. Tapi jumlah genome yang didaftarkan di lembaga GISAID baru sekitar 500-an. GISAID sendiri merupakan institusi internasional untuk mempelajari data genetika virus penyebab pandemi termasuk saat ini virus COVID-19 .
Lalu, bagaimana kemampuan pengawasan genomika melalui Whole Genome Sequencing (WGS) Indonesia untuk mengawasi dan mencari mutasi virus di Indonesia? Padahal hal ini penting dilakukan untuk mengetahui mutasi virus COVID-19.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Amin Soebandrio mengatakan bahwa pada Desember 2020 lalu, genome yang dikirimkan ke GISAID hanya sekitar 150-an genome.
“Jadi sampai dengan Desember yang lalu sebetulnya jumlah-jumlah dalam Whole Genome Sequencing yang disubmit ke GISAID itu masih sedikit. Masih 150-an,” katanya.
Namun, kata Amin, pihaknya juga telah menyiapkan antisipasi dengan mencari genome jika ada varian-varian yang masuk ke Tanah Air. “Tapi kami sudah menyiapkan diri untuk mengantisipasi itu jadi Desember itu kami sudah menyiapkan, waktu itu mencapai 1.000 ya, 1.000 Sequencing tujuannya memang itu untuk mencari kalau ada varian-varian yang masuk itu ya. Ataupun kalau ada mutasi yang terjadi di dalam Indonesia,” katanya.
Amin juga mengatakan bahwa pada 8 Januari 2021 Eijkman bersama dengan Kementerian Riset dan Teknologi BRIN dan Kementerian Kesehatan memperkuat kapasitas kemampuan melakukan Whole Genome Sequencing.
“Nah, bulan Januari tanggal 8, saya ingat itu Menteri Ristek BRIN dan Menteri Kesehatan mengadakan kerja sama untuk memperkuat kapasitas dan kemampuan melakukan Whole Genome Sequencing,” ungkap Amin.
Amin menambahkan ditargetkan dalam tahun ini, disepakati menargetkan 5.000-10.000 pengurutan Whole Genome Sequencing. “Nah, waktu itu disepakati kita targetkan 5.000 sampai 10.000 dalam tahun ini,” tutupnya.
Lalu, bagaimana kemampuan pengawasan genomika melalui Whole Genome Sequencing (WGS) Indonesia untuk mengawasi dan mencari mutasi virus di Indonesia? Padahal hal ini penting dilakukan untuk mengetahui mutasi virus COVID-19.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Amin Soebandrio mengatakan bahwa pada Desember 2020 lalu, genome yang dikirimkan ke GISAID hanya sekitar 150-an genome.
“Jadi sampai dengan Desember yang lalu sebetulnya jumlah-jumlah dalam Whole Genome Sequencing yang disubmit ke GISAID itu masih sedikit. Masih 150-an,” katanya.
Namun, kata Amin, pihaknya juga telah menyiapkan antisipasi dengan mencari genome jika ada varian-varian yang masuk ke Tanah Air. “Tapi kami sudah menyiapkan diri untuk mengantisipasi itu jadi Desember itu kami sudah menyiapkan, waktu itu mencapai 1.000 ya, 1.000 Sequencing tujuannya memang itu untuk mencari kalau ada varian-varian yang masuk itu ya. Ataupun kalau ada mutasi yang terjadi di dalam Indonesia,” katanya.
Amin juga mengatakan bahwa pada 8 Januari 2021 Eijkman bersama dengan Kementerian Riset dan Teknologi BRIN dan Kementerian Kesehatan memperkuat kapasitas kemampuan melakukan Whole Genome Sequencing.
“Nah, bulan Januari tanggal 8, saya ingat itu Menteri Ristek BRIN dan Menteri Kesehatan mengadakan kerja sama untuk memperkuat kapasitas dan kemampuan melakukan Whole Genome Sequencing,” ungkap Amin.
Amin menambahkan ditargetkan dalam tahun ini, disepakati menargetkan 5.000-10.000 pengurutan Whole Genome Sequencing. “Nah, waktu itu disepakati kita targetkan 5.000 sampai 10.000 dalam tahun ini,” tutupnya.
(kri)
tulis komentar anda