Shamsi Ali Ungkap Bill Clinton Kagumi Keberadaan Kemenag RI
Rabu, 10 Maret 2021 - 07:16 WIB
JAKARTA - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Bill Clinton ternyata mengagumi kehidupan beragama di Indonesia. Hal ini diungkapkan Imam Masjid New York Shamsi Ali saat bertemu Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas di Kantor Kementerian Agama , Jakarta.
"Bahkan Clinton sempat menyatakan kekagumannya terhadap Kementerian Agama Republik Indonesia," kata Shamsi Ali, Selasa (9/3/2021).
Menurut Shamsi, peristiwa itu terjadi kala dirinya menjadi narasumber dalam sebuah dialog antaragama di negeri Paman Sam tersebut. "Kebetulan moderatornya adalah Chelsea Clinton. Sang ayah datang untuk memberikan dukungan kepada Chelsea. Tapi kami yang ada di panggung pun tidak tahu kehadiran beliau," tutur pria kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan ini.
Baca juga: Toleransi Beragama Tumbuh Subur di Keluarga Calon Wali Kota Beragama Konghucu Andrei Angouw
"Usai acara, beliau menghampiri saya dan bertanya. 'Kamu dari Indonesia? Wah Indonesia bagus. Di sana ada Kementerian Agama yang bertugas mengurus kebutuhan kelompok agama minoritas'. Saya jelaskan, bahwa Kemenag mengurus seluruh umat beragama, bukan hanya kelompok minoritas saja," sambung Shamsi yang disambut senyuman oleh Menag Yaqut.
Kepada Menag, ia juga mengisahkan bagaimana perjuangannya sebagai seorang muslim di negeri asing. Ia menceritakan pengalamannya saat pertama kali bertemu tokoh Yahudi Rabbi March Schneier.
"Saat pertama kali bertemu, beliau tidak mau salaman dengan saya. Tapi saya ingat, sebagai muslim kita harus mengutamakan akhlak. Sehingga tetap bersikap santun. Setelah banyak berdialog, saya malah akhirnya menyusun buku bersama dengan Rabbi Marc," kata Shamsi yang kemudian mendirikan Yayasan Nusantara (Nusantara Foundation) di Amerika.
Baca juga: Pendataan lewat FKUB, Cara Kemenag Atasi Intoleransi Beragama
"Bahkan Clinton sempat menyatakan kekagumannya terhadap Kementerian Agama Republik Indonesia," kata Shamsi Ali, Selasa (9/3/2021).
Menurut Shamsi, peristiwa itu terjadi kala dirinya menjadi narasumber dalam sebuah dialog antaragama di negeri Paman Sam tersebut. "Kebetulan moderatornya adalah Chelsea Clinton. Sang ayah datang untuk memberikan dukungan kepada Chelsea. Tapi kami yang ada di panggung pun tidak tahu kehadiran beliau," tutur pria kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan ini.
Baca juga: Toleransi Beragama Tumbuh Subur di Keluarga Calon Wali Kota Beragama Konghucu Andrei Angouw
"Usai acara, beliau menghampiri saya dan bertanya. 'Kamu dari Indonesia? Wah Indonesia bagus. Di sana ada Kementerian Agama yang bertugas mengurus kebutuhan kelompok agama minoritas'. Saya jelaskan, bahwa Kemenag mengurus seluruh umat beragama, bukan hanya kelompok minoritas saja," sambung Shamsi yang disambut senyuman oleh Menag Yaqut.
Kepada Menag, ia juga mengisahkan bagaimana perjuangannya sebagai seorang muslim di negeri asing. Ia menceritakan pengalamannya saat pertama kali bertemu tokoh Yahudi Rabbi March Schneier.
"Saat pertama kali bertemu, beliau tidak mau salaman dengan saya. Tapi saya ingat, sebagai muslim kita harus mengutamakan akhlak. Sehingga tetap bersikap santun. Setelah banyak berdialog, saya malah akhirnya menyusun buku bersama dengan Rabbi Marc," kata Shamsi yang kemudian mendirikan Yayasan Nusantara (Nusantara Foundation) di Amerika.
Baca juga: Pendataan lewat FKUB, Cara Kemenag Atasi Intoleransi Beragama
tulis komentar anda