Profil SBY, Bintang di Era Megawati Hingga Ditikung Anak Buahnya Sendiri

Senin, 08 Maret 2021 - 05:08 WIB
Presiden RI ke 6 sekaligus mantan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko. Foto/SINDOnews
JAKARTA - Partai Demokrat yang selama ini identik dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), kini hendak dikuasai oleh Moeldoko yang terpilih sebagai Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang, Sumatera Utara pada Jumat, 5 Maret 2021.

SBY merupakan Presiden RI ke-6 yang berhasil terpilih selama 2 pemilu, Pemilu 2004 dan Pemilu 2009. Pria kelahiran Arjosari, Pacitan, Jawa Timur, pada 9 September 1949 ini, menapaki karir politik sejak era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Namun, karir politiknya kala itu tidak secemerlang karir militernya yang berhasil menerima penghargaan Tri Sakti Wiratama pada 1973 dan sederet penghargaan lainnya.

Pada 1998, putra Raden Soekotjo dan Siti Habibah itu tampil sebagai juru bicara Fraksi ABRI menjelang Sidang Umum MPR 1998 yang dilaksanakan pada 9 Maret 1998 dan Ketua Fraksi ABRI MPR dalam Sidang Istimewa MPR 1998. Lalu pada 1999, ia diangkat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi oleh Presiden Abdurrahman Wahid, kemudian di-reshuffle menjadi Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polsoskam).



Dengan keluarnya Maklumat Presiden pada 28 Mei 2001, Menko Polsoskam ditugaskan untuk mengambil langkah-langkah khusus mengatasi krisis, menegakkan ketertiban, keamanan, dan hukum secepat-cepatnya lantaran situasi politik darurat yang dihadapi pemerintahan.

Sayangnya, belum genap satu tahun menjabat Menko Polsoskam atau 5 hari setelah memegang mandat, ia didesak mundur pada 1 Juni 2001 oleh pemberi mandat karena ketegangan politik antara Gus Dur dan DPR. Meskipun ditawari jabatan pengganti sebagai Menteri Dalam Negeri atau Menteri Perhubungan, ia menolak.

Lalu, pada Kabinet Gotong Royong pimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri, SBY dilantik sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) di 2001, yang mana karir politik SBY mulai bersinar. Setelah ikut bergabung mendirikan Partai Demokrat pada 9 September 2001, hubungan SBY dan Megawati mulai merenggang, hingga SBY mundur dari jabatannya pada Maret 2004 dan dicalonkan sebagai Calon Presiden (Capres) pada Pemilu 2004.

Jenderal TNI AD itu terpilih bersama dengan Calon Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla di Pemilu 2004. SBY juga berhasil membawa Partai Demokrat duduk di Senayan dengan perolehan suara 7,45% suara. Lalu, pada periode kedua, SBY terpilih kembali dengan Boediono sebagai Cawapresnya dan Demokrat berhasil duduk sebagai parpol pemenang Pemilu 2009.

Dalam perjalanannya, SBY ditetapkan sebagai Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat dalam KLB yang diselenggarakan di Bali pada 30 Maret 2013, SBY menggantikan Anas Urbaningrum yang kala itu tersangkut kasus korupsi. Lalu, pada Mei 2020, SBY kembali terpilih menjadi Ketua Umum untuk periode 2015-2020 hingga pada Maret 2020, kekuasaan Demokrat beralih ke putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono yang didaulat sebagai Ketum dalam Kongres V Demokrat di Jakarta.

Belum genap setahun kepemimpinan putranya, Demokrat diterpa angin kencang yang datang dari sejumlah pendiri, kader dan juga mantan kader Demokrat yang menyerukan diselenggarakannya KLB serta menjadikan Kepala Staf Presiden (KLB) Moeldoko sebagai Ketum Partai Demokrat pada KLB yang diselenggarakan di Deli Serdang, Sumut pada Jumat, 5 Maret kemarin.

Padahal, Moeldoko merupakan mantan Panglima TNI yang kala itu dilantik oleh SBY di periode pemerintahan kedua SBY pada 2013. Moeldoko menjabat posisi itu hingga 2015, dan digantikan oleh Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
(cip)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More