Menakar Dampak Kerja Sama Sister City
Jum'at, 05 Maret 2021 - 05:53 WIB
Selanjutnya, di antara negara bisa saling mempererat hubungan persahabatan kedua belah pihak, baik antara pemerintah (g-to-g) maupun dalam skala masyarakat (p-to-p); dan memunculkan kesempatan transfer of culture berupa enriching the nations culture.
Namun di sisi lain, sister city juga bisa memunculkan negative impact, di antaranya ketidaksetaraan manfaat yang didapat, sehingga lebih menguntungkan salah satu pihak.
‘’Karenanya, dalam kerja sama Sister City dan pelaksanaannya maka berlaku ungkapan "It takes two to tango". Maksudnya, dibutuhkan komitmen dan kerjasama kedua belah pihak agar kerjasama Sister City bisa dikembangkan dan memberikan hasil yang diharapkan,’’ ujar dia.
Dia lantas menuturkan, Indonesia memiliki hubungan diplomatik yang baik dengan berbagai negara. Indonesia juga banyak berperan aktif dalam forum-forum Internasional. Posisi Indonesia yang penting dalam kerja sama internasional antara lain sebagai Anggota G-20, penduduk Muslim terbesar di dunia, Demokrasi terbesar ke-3 di dunia. Posisi penting Indonesia tersebut merupakan magnet bagi negara lain untuk menjalin kerjasama.
Yusron membeberkan, ada tiga aspek yang menjadi potensi peluang pengembangan Sister City di Indonesia. Pertama, Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas, dengan sumber daya alam yang besar. Ruang lingkup kerja sama untuk pengembangan Sister City antara lain pengelolaan laut, manajemen limbah/sampah, konservasi hutan, perikanan, pertanian, dan tata kota. Kedua, dengan jumlah penduduk yang sangat besar, kerja sama di sektor pendidikan, kesehatan, budaya, dan olah raga dapat menjadi alternatif.
Ketiga, pandemi Covid-19 membuka kesempatan untuk pengembangan Sister City secara maksimal dalam dua hal. Satu, transfer of knowledge and sharing best expertise untuk berbagai isu perkotaan, yang muncul akibat pandemi.
Contohnya, kerjasama pemanfaatan teknologi digital untuk pengembangan smart city pasca pandemi. Dua, kerjasama ekonomi yang terukur dan tepat sasaran untuk menunjang pemulihan ekonomi nasional.
"Revolusi digital membuat dua kota dapat terhubung dengan lebih mudah," ujar Yusron.
Anggota Komisi II DPR dari Fraksi PKS Mardani Ali Sera menilai, kerja sama dan program Sister City merupakan program bagus. Dengan program ini, dua kota bisa saling mendekat dan bekerjasama. Dengan demikian kota di Indonesia bisa mengambil pelajaran dari good goverrnace kota sister-nya.
Namun di sisi lain, sister city juga bisa memunculkan negative impact, di antaranya ketidaksetaraan manfaat yang didapat, sehingga lebih menguntungkan salah satu pihak.
‘’Karenanya, dalam kerja sama Sister City dan pelaksanaannya maka berlaku ungkapan "It takes two to tango". Maksudnya, dibutuhkan komitmen dan kerjasama kedua belah pihak agar kerjasama Sister City bisa dikembangkan dan memberikan hasil yang diharapkan,’’ ujar dia.
Dia lantas menuturkan, Indonesia memiliki hubungan diplomatik yang baik dengan berbagai negara. Indonesia juga banyak berperan aktif dalam forum-forum Internasional. Posisi Indonesia yang penting dalam kerja sama internasional antara lain sebagai Anggota G-20, penduduk Muslim terbesar di dunia, Demokrasi terbesar ke-3 di dunia. Posisi penting Indonesia tersebut merupakan magnet bagi negara lain untuk menjalin kerjasama.
Yusron membeberkan, ada tiga aspek yang menjadi potensi peluang pengembangan Sister City di Indonesia. Pertama, Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas, dengan sumber daya alam yang besar. Ruang lingkup kerja sama untuk pengembangan Sister City antara lain pengelolaan laut, manajemen limbah/sampah, konservasi hutan, perikanan, pertanian, dan tata kota. Kedua, dengan jumlah penduduk yang sangat besar, kerja sama di sektor pendidikan, kesehatan, budaya, dan olah raga dapat menjadi alternatif.
Ketiga, pandemi Covid-19 membuka kesempatan untuk pengembangan Sister City secara maksimal dalam dua hal. Satu, transfer of knowledge and sharing best expertise untuk berbagai isu perkotaan, yang muncul akibat pandemi.
Contohnya, kerjasama pemanfaatan teknologi digital untuk pengembangan smart city pasca pandemi. Dua, kerjasama ekonomi yang terukur dan tepat sasaran untuk menunjang pemulihan ekonomi nasional.
"Revolusi digital membuat dua kota dapat terhubung dengan lebih mudah," ujar Yusron.
Anggota Komisi II DPR dari Fraksi PKS Mardani Ali Sera menilai, kerja sama dan program Sister City merupakan program bagus. Dengan program ini, dua kota bisa saling mendekat dan bekerjasama. Dengan demikian kota di Indonesia bisa mengambil pelajaran dari good goverrnace kota sister-nya.
tulis komentar anda