Kota Sehat, Solusi Tepat Menghadapi Pandemi
Jum'at, 19 Februari 2021 - 06:37 WIB
“Program kota sehat seharusnya mempromosikan pemberdayaan masyarakat dan memperkuat partisipasi masyarakat,” kata Sadriya Al Kohji, Kepala Jaringan Kota Sehat WHO.
“Kota sehat juga bisa menciptakan struktur organisasi untuk implementasi program kesehatan publik dan memperkuat sinergisitas lintas sektoral serta membangun masa depan yang lebih sehat bagi anak-anak,” ujarnya.
Kota-kota di dunia selama ini mengabaikan upaya pencegahan terhadap terjadinya pandemi. Pertumbuhan kota di dunia juga masih berfokus pada Revolusi Industri yang menyebabkan jalanan dipenuhi polusi, seperti London dan New York. Pertumbuhan kota maju juga tidak mampu membendung berbagai wabah di mana sistem sanitasi menjadi hal utama.
“Banyak orang tinggal di kota yang menjadi jebakan kematian karena mengurangi ekspektasi kehidupan,” kata penulis buku The Fever and Pandemic, Sonia Shah. Menurut dia, justru banyak kota yang mengundang kematian dan wabah.
Dalam beberapa tahun terakhir, juga banyak kota fokus pada kesehatan dalam perencanaan dan pertumbuhannya.
“Untuk daya tahan dan keberlanjutan, kota memerlukan desain dan evaluasi berbasis lensa kesehatan,” kata Layla McCay, direktur Centre for Urban Design and Mental Health.
Banyak kota yang sudah memberikan contoh. Sejak 2016, Singapura membangun banyak taman untuk terapi dan meningkatkan kesehatan mental dan emosi. Di Tokyo, penduduk juga bekerja sama dengan desainer untuk mendesain lingkungan yang lebih hijau.
Di masa pandemi, kota yang padat dan sibuk menjadi permasalahan besar. Tanpa langkah kesehatan publik untuk melawan penyebaran infeksi, maka kota itu akan menghadapi masalah.
“Kota yang menjadi pusat dan penghubung komersial dan mobiltas umumnya berpenduduk padat dan terkoneksi sehingga memunculkan risiko pandemi,” kata Rebecca Katz, direktur Centre for Global Health Science and Security dan Robert Muggah, direktur Igarapé Institute.
“Kota sehat juga bisa menciptakan struktur organisasi untuk implementasi program kesehatan publik dan memperkuat sinergisitas lintas sektoral serta membangun masa depan yang lebih sehat bagi anak-anak,” ujarnya.
Kota-kota di dunia selama ini mengabaikan upaya pencegahan terhadap terjadinya pandemi. Pertumbuhan kota di dunia juga masih berfokus pada Revolusi Industri yang menyebabkan jalanan dipenuhi polusi, seperti London dan New York. Pertumbuhan kota maju juga tidak mampu membendung berbagai wabah di mana sistem sanitasi menjadi hal utama.
“Banyak orang tinggal di kota yang menjadi jebakan kematian karena mengurangi ekspektasi kehidupan,” kata penulis buku The Fever and Pandemic, Sonia Shah. Menurut dia, justru banyak kota yang mengundang kematian dan wabah.
Dalam beberapa tahun terakhir, juga banyak kota fokus pada kesehatan dalam perencanaan dan pertumbuhannya.
“Untuk daya tahan dan keberlanjutan, kota memerlukan desain dan evaluasi berbasis lensa kesehatan,” kata Layla McCay, direktur Centre for Urban Design and Mental Health.
Banyak kota yang sudah memberikan contoh. Sejak 2016, Singapura membangun banyak taman untuk terapi dan meningkatkan kesehatan mental dan emosi. Di Tokyo, penduduk juga bekerja sama dengan desainer untuk mendesain lingkungan yang lebih hijau.
Di masa pandemi, kota yang padat dan sibuk menjadi permasalahan besar. Tanpa langkah kesehatan publik untuk melawan penyebaran infeksi, maka kota itu akan menghadapi masalah.
“Kota yang menjadi pusat dan penghubung komersial dan mobiltas umumnya berpenduduk padat dan terkoneksi sehingga memunculkan risiko pandemi,” kata Rebecca Katz, direktur Centre for Global Health Science and Security dan Robert Muggah, direktur Igarapé Institute.
tulis komentar anda