Partisipasi Pemilih di Pemilu Sejumlah Negara Merosot saat Pandemi
Minggu, 17 Mei 2020 - 13:41 WIB
JAKARTA - Pandemi virus Corona (Covid-19) mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. pandemi juga memaksa banyak negara menunda agenda penting, salah satunya pemilihan umum.
Penundaan pemilu termasuk pemilihan kepala daerah terjadi di hampir 60 negara. Sementara itu adapula penyelenggara pemilu di enam negara yang memutuskan untuk melanjutkan pemilu saat pandemi.
Dari pemilihan yang digelar enam negara, terjadi penurunan drastis partisipasi pemilihan. Jumlah pemilih mengalamai penurunan dibandingkan pemilu sebelumnya.
Berdasarkan data International Institute for Democracy and Electoral Assistance (IDEA), enam negara yang bersikukuh melakukan pemilu, Australia, Perancis, Iran, Mali, Bavaria dan Korea Selatan (Korsel). Hanya Bavaria dan Korsel yang partisipasi pemilihnya meningkat.
“Beberapa KPU yang memutuskan untuk melanjutkan pemilihan di tengah krisis, sebagian besar gagal untuk mengatasi kekhawatiran publik tentang kesehatan, yang menyebabkan rendahnya jumlah pemilih, masalah kredibilitas, berhentinya pekerja TPS (tempat pemungutan suara), dan bahkan petugas pemilihan yang terpapar Covid-19,” tutur Direktur Eksekutif Peludem Titi Anggraini dalam diskusi virtual yang bertajuk Buru-buru melaksanakan Pilkada untuk (Si)apa? Minggu (17/5/2020).
Mengutip data IDEA, Titi mengatakan pemilihan lokal di Queensland, Australia pada 28 Maret 2020 atau saat pandemi membuat partisipasi publik mengalami penurunan dari 83% menjadi 77,5%.
Pemilihan lokal di Perancis pada 15 Maret 2020 terjadi penurunan partisipasi pemilih dari 63,6% menjadi 44,7%. Pemilihan legislatif di Iran pada 21 Februari 2020, tingkat partisipasi publik menjadi 42,32% dari pemilihan sebelumnya sebesar 60,09%. Pemilihan legislatif di Mali pada 29 Maret 2020, partisipasi pemilihnya sangat merosot dari 42,7% menjadi 7,5%.
“Dua negara mengalami peningkatan partisipasi pemilih, Bavaria pada 15 Maret pemilu lokal dan Korsel yang melakukan pemilu parlemen,” katanya.( )
Jika Indonesia hendak mencontoh keberhasilan Korsel melakukan pemilu saat pandemi, Titi menyebut ada enam hal yang biasa dipelajari dari Pemilu Korsel.
Penundaan pemilu termasuk pemilihan kepala daerah terjadi di hampir 60 negara. Sementara itu adapula penyelenggara pemilu di enam negara yang memutuskan untuk melanjutkan pemilu saat pandemi.
Dari pemilihan yang digelar enam negara, terjadi penurunan drastis partisipasi pemilihan. Jumlah pemilih mengalamai penurunan dibandingkan pemilu sebelumnya.
Berdasarkan data International Institute for Democracy and Electoral Assistance (IDEA), enam negara yang bersikukuh melakukan pemilu, Australia, Perancis, Iran, Mali, Bavaria dan Korea Selatan (Korsel). Hanya Bavaria dan Korsel yang partisipasi pemilihnya meningkat.
“Beberapa KPU yang memutuskan untuk melanjutkan pemilihan di tengah krisis, sebagian besar gagal untuk mengatasi kekhawatiran publik tentang kesehatan, yang menyebabkan rendahnya jumlah pemilih, masalah kredibilitas, berhentinya pekerja TPS (tempat pemungutan suara), dan bahkan petugas pemilihan yang terpapar Covid-19,” tutur Direktur Eksekutif Peludem Titi Anggraini dalam diskusi virtual yang bertajuk Buru-buru melaksanakan Pilkada untuk (Si)apa? Minggu (17/5/2020).
Mengutip data IDEA, Titi mengatakan pemilihan lokal di Queensland, Australia pada 28 Maret 2020 atau saat pandemi membuat partisipasi publik mengalami penurunan dari 83% menjadi 77,5%.
Pemilihan lokal di Perancis pada 15 Maret 2020 terjadi penurunan partisipasi pemilih dari 63,6% menjadi 44,7%. Pemilihan legislatif di Iran pada 21 Februari 2020, tingkat partisipasi publik menjadi 42,32% dari pemilihan sebelumnya sebesar 60,09%. Pemilihan legislatif di Mali pada 29 Maret 2020, partisipasi pemilihnya sangat merosot dari 42,7% menjadi 7,5%.
“Dua negara mengalami peningkatan partisipasi pemilih, Bavaria pada 15 Maret pemilu lokal dan Korsel yang melakukan pemilu parlemen,” katanya.( )
Jika Indonesia hendak mencontoh keberhasilan Korsel melakukan pemilu saat pandemi, Titi menyebut ada enam hal yang biasa dipelajari dari Pemilu Korsel.
tulis komentar anda