KNKT : Sriwijaya Air SJ 182 Pecah Saat Menabrak Air
Senin, 11 Januari 2021 - 08:28 WIB
JAKARTA - Mesin pesawat Boeing 737-500 Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ 182 yang jatuh di Kepulauan Seribu diketahui masih hidup hingga ketinggian 250 kaki. Data yang dikumpulkan Komite Nasional Keselamatan transportasi (KNKT) menyebutkan, pesawat nahas dengan nomor registrasi PK-CLC tersebut pecah setelah membentur permukaan air laut.
(Baca Juga : Nahas 6 Kru NAM Air Ikut Sriwijaya Air SJ 182, Jadwal Terbang Hari Ini )
“Data yang kami kumpulkan seperti itu, karena serpihannya mengumpul di satu titik, dengan lebar sekitar 100 meter dan panjang 300 meter. Bisa dikatakan bahwa pesawat saat menabrak air dalam kondisi utuh,”ungkap Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono kepada SINDOnews di Jakarta Senin (11/1/2021).
KNKT masih terus mengumpulkan data apakah pesawat tersebut meledak setelah menghantam permukaan air laut. Menurut Soerjanto, akan berbeda jika pesawat meledak di udara. Serpihan-serpihan pesawat akan berserakan di area yang lebih luas. Dari serpihan yang dikumpulkan, belum ada indikasi sesuatu yang tidak normal. Hancurnya pesawat karena benturan dengan air bukan meledak di udara.
(Baca Juga : Usia Pakai Boeing 737-500 Sriwijaya Air yang Jatuh 26,7 Tahun )
“Kalau meledak di udara serpihannya bisa berserakan sepanjang dua kilometer,”ungkapnya. Data lainnya yang dikumpulkan KNKT yakni mesin pesawat yang berusia 26,7 tahun tersebut masih hidup di ketinggian 250 kaki (sekitar 76,2 meter) sehingga posisi pesawat masih bisa terdeteksi oleh radar. ‘’Termasuk oleh Flightradar24 yang bisa diakses oleh masyarakat. Apa yang terjadi setelah ketinggian 250 kaki, harus dianalisa dari black box nya, KNKT tidak bisa menduga-duga,”cetusnya.
(Baca Juga : Keluarga Pramugari NAM Air: “Setiap Mau Terbang dan Mendarat Selalu Telepon, Kali Ini Sudah 3 Jam Terbang Gak Ada Kabar )
Dengan masih menyalanya mesin di ketinggian 250 kaki tersebut, artinya, pesawat masih mampu mengirimkan sinyal karena mendapatkan pasokan listrik dari mesin yang menyala. Soerjanto menegaskan, KNKT terus mengumpulkan data untuk mengetahui penyebab pasti jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 tersebut. Dia berharap masyarakat Indonesia memberikan doa agar proses evaluasi berjalan lancar. “Doa dari masyarakat untuk kelancaran semuanya,”pintanya.
(Baca Juga : Nahas 6 Kru NAM Air Ikut Sriwijaya Air SJ 182, Jadwal Terbang Hari Ini )
“Data yang kami kumpulkan seperti itu, karena serpihannya mengumpul di satu titik, dengan lebar sekitar 100 meter dan panjang 300 meter. Bisa dikatakan bahwa pesawat saat menabrak air dalam kondisi utuh,”ungkap Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono kepada SINDOnews di Jakarta Senin (11/1/2021).
KNKT masih terus mengumpulkan data apakah pesawat tersebut meledak setelah menghantam permukaan air laut. Menurut Soerjanto, akan berbeda jika pesawat meledak di udara. Serpihan-serpihan pesawat akan berserakan di area yang lebih luas. Dari serpihan yang dikumpulkan, belum ada indikasi sesuatu yang tidak normal. Hancurnya pesawat karena benturan dengan air bukan meledak di udara.
(Baca Juga : Usia Pakai Boeing 737-500 Sriwijaya Air yang Jatuh 26,7 Tahun )
“Kalau meledak di udara serpihannya bisa berserakan sepanjang dua kilometer,”ungkapnya. Data lainnya yang dikumpulkan KNKT yakni mesin pesawat yang berusia 26,7 tahun tersebut masih hidup di ketinggian 250 kaki (sekitar 76,2 meter) sehingga posisi pesawat masih bisa terdeteksi oleh radar. ‘’Termasuk oleh Flightradar24 yang bisa diakses oleh masyarakat. Apa yang terjadi setelah ketinggian 250 kaki, harus dianalisa dari black box nya, KNKT tidak bisa menduga-duga,”cetusnya.
(Baca Juga : Keluarga Pramugari NAM Air: “Setiap Mau Terbang dan Mendarat Selalu Telepon, Kali Ini Sudah 3 Jam Terbang Gak Ada Kabar )
Dengan masih menyalanya mesin di ketinggian 250 kaki tersebut, artinya, pesawat masih mampu mengirimkan sinyal karena mendapatkan pasokan listrik dari mesin yang menyala. Soerjanto menegaskan, KNKT terus mengumpulkan data untuk mengetahui penyebab pasti jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 tersebut. Dia berharap masyarakat Indonesia memberikan doa agar proses evaluasi berjalan lancar. “Doa dari masyarakat untuk kelancaran semuanya,”pintanya.
(ton)
tulis komentar anda