Soal Penemuan Seaglider Asing di Selayar, KSAL: Patut Diwaspadai
Senin, 04 Januari 2021 - 16:35 WIB
JAKARTA - Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono memastikan TNI AL akan terus bersikap waspada pasca penemuan seaglider di perairan Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.
Sea glider tersebut awalnya disebut sebagai drone. "Tentunya yang kita waspadai patut dan harus waspada dengan adanya alat-alat ini, berarti ada yang mengendalikan dan ada yang kapal mengendalikan," tutur Yudo saat konferensi pers, Senin (4/1/2021). ( )
Yudo memaparkan, seaglider merupakan alat yang dapat dikendalikan dengan dua metode, baik dikontrol secara otomatis atau pun manual. Nantinya, pihaknya akan mengecek terlebih dulu seaglider tersebut kepunyaan siapa.
"Akan kita cek apakah dalam mengoperasikan ini ada kerja sama dengan kementerian/lembaga terkait. Nanti kalau tidak ada berarti legal di wilayah kita tapi kalau dia mengoperasikannya di perairan internasional. Nah ini kita enggak mengklaim," tuturnya. ( )
Yudo memaparkan, di dalam sea glider bisanya turut dipasangkan GPS. Hal tersebut yang akan didalami oleh TNI AL, termasuk di mana saja alat itu disebar dan akan mengarah ke wilayah mana saja.
"Jadi, alat ini ada GPS-nya. Nah nanti akan kita cek, karena belum kita bongkar tadi. Mudah-mudahan nanti bisa kita trek. Point pertamanya di mana saja, terus arahnya ke mana saja. Tentunya nanti bisa kita cek untuk itu. Karena mohon maaf belum kita bongkar ini jadi ini masih utuh," ujarnya.
Dia menjelaskan, ada beragam dugaan mengenai awal mula kedatangan seaglider ini. Pertama, berasal dari Laut Jawa. Kedua, dari arah utara yang kemudian terkena arus barat dan masuk Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).
"Sekarang ini kan musim barat. Bisa jadi dari Laut Jawa bisa sampai Selayar mengikuti arus tadi. Selat Selayar kan ada arusnya yang arusnya sangat kuat. Bisa jadi dari Utara melalui ALKI kemudian kena arus barat menuju ke Selayar. Karena kalau melihat ini kelihatannya sudah lama juga barangnua di laut, kalau lihat fisik warnanya," katanya.
Sea glider tersebut awalnya disebut sebagai drone. "Tentunya yang kita waspadai patut dan harus waspada dengan adanya alat-alat ini, berarti ada yang mengendalikan dan ada yang kapal mengendalikan," tutur Yudo saat konferensi pers, Senin (4/1/2021). ( )
Yudo memaparkan, seaglider merupakan alat yang dapat dikendalikan dengan dua metode, baik dikontrol secara otomatis atau pun manual. Nantinya, pihaknya akan mengecek terlebih dulu seaglider tersebut kepunyaan siapa.
"Akan kita cek apakah dalam mengoperasikan ini ada kerja sama dengan kementerian/lembaga terkait. Nanti kalau tidak ada berarti legal di wilayah kita tapi kalau dia mengoperasikannya di perairan internasional. Nah ini kita enggak mengklaim," tuturnya. ( )
Yudo memaparkan, di dalam sea glider bisanya turut dipasangkan GPS. Hal tersebut yang akan didalami oleh TNI AL, termasuk di mana saja alat itu disebar dan akan mengarah ke wilayah mana saja.
"Jadi, alat ini ada GPS-nya. Nah nanti akan kita cek, karena belum kita bongkar tadi. Mudah-mudahan nanti bisa kita trek. Point pertamanya di mana saja, terus arahnya ke mana saja. Tentunya nanti bisa kita cek untuk itu. Karena mohon maaf belum kita bongkar ini jadi ini masih utuh," ujarnya.
Dia menjelaskan, ada beragam dugaan mengenai awal mula kedatangan seaglider ini. Pertama, berasal dari Laut Jawa. Kedua, dari arah utara yang kemudian terkena arus barat dan masuk Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).
"Sekarang ini kan musim barat. Bisa jadi dari Laut Jawa bisa sampai Selayar mengikuti arus tadi. Selat Selayar kan ada arusnya yang arusnya sangat kuat. Bisa jadi dari Utara melalui ALKI kemudian kena arus barat menuju ke Selayar. Karena kalau melihat ini kelihatannya sudah lama juga barangnua di laut, kalau lihat fisik warnanya," katanya.
(dam)
tulis komentar anda