Penjelasan Kemenkes tentang Fakta dan Mitos Imunisasi
Sabtu, 21 November 2020 - 11:40 WIB
JAKARTA - Banyak sekali mitos yang beredar seputar imunisasi , hal ini menimbulkan kekhawatiran dan stigma di masyarakat. Namun apakah mitos tersebut benar? Yuk kita cek faktanya.
(Baca juga: KPAI Minta Pemda Tak Langsung Buka Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah)
Bisanya orang tua menganggap bayi atau anak akan mengalami demam pasca imunisasi. Ternyata itu hanyalah mitos. Faktanya, demam merupakan salah satu reaksi imun tubuh terhadap antigen yang dimasukkan melalui proses imunisasi.
(Baca juga: Massa Penjemput Habib Rizieq Diimbau Tes Covid-19, Ada Apa?)
"Demam ringan, ruam merah, bengkak merah, dan nyeri di tempat suntikan setelah imunisasi adalah reaksi normal dari tubuh, biasanya akan menghilang dalam 2-3 hari. Jika ada Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang serius seperti demam tinggi dan kejang, segera bawa anak ke Fasyankes (Fasilitas Pelayanan Kesehatan)," dalam cuitan akun media sosial Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Sabtu (21/11/2020).
Mitos atau fakta? Asi bisa menggantikan vaksin. Ternyata mitos. Nah, faktanya ASI dan vaksin saling melengkapi dalam membangun kekebalan tubuh bayi dan anak. Pemerian ASI eksklusif, disertai gizi yang cukup dan berimbang, memberikan anak perlindungan terhadap penyakit secara umum.
Sementara itu, perlindungan terhadap penyakit yang bisa dicegah oleh vaksin didapatkan secara spesifik melalui pemberian imunisasi lengkap. Lalu, apakah imunisasi menyebabkan autisme? Tidak, itu hanya mitos.
Faktanya, vaksin yang digunakan imunisasi nasional aman dan berkualitas karena harus melalui lulus uji Badan Pengawas Obat dan Makanan dan rekomendasi para ahli. Semua vaksin yang digunakan dalam program imunisasi nasional aman, karena sudah melalui proses pengujian yang ketat.
Terkahir, kandungan vaksin membahayakan kesehatan? Mitos. Faktanya, semua vaksin yang digunakan dalam program imunisasi nasional aman. Vaksin-vaksin tersebut telah melewati proses pengujian yang ketat sebelum diijinkan untuk digunakan oleh masyarakat.
Sementara, antigen yang terbentuk dari vaksinasi merangsang pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu, sehingga bisa terpapar virus atau kuman penyebab penyakit tidak akan sakit dan hanya sakit ringan saja.
(Baca juga: KPAI Minta Pemda Tak Langsung Buka Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah)
Bisanya orang tua menganggap bayi atau anak akan mengalami demam pasca imunisasi. Ternyata itu hanyalah mitos. Faktanya, demam merupakan salah satu reaksi imun tubuh terhadap antigen yang dimasukkan melalui proses imunisasi.
(Baca juga: Massa Penjemput Habib Rizieq Diimbau Tes Covid-19, Ada Apa?)
"Demam ringan, ruam merah, bengkak merah, dan nyeri di tempat suntikan setelah imunisasi adalah reaksi normal dari tubuh, biasanya akan menghilang dalam 2-3 hari. Jika ada Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang serius seperti demam tinggi dan kejang, segera bawa anak ke Fasyankes (Fasilitas Pelayanan Kesehatan)," dalam cuitan akun media sosial Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Sabtu (21/11/2020).
Mitos atau fakta? Asi bisa menggantikan vaksin. Ternyata mitos. Nah, faktanya ASI dan vaksin saling melengkapi dalam membangun kekebalan tubuh bayi dan anak. Pemerian ASI eksklusif, disertai gizi yang cukup dan berimbang, memberikan anak perlindungan terhadap penyakit secara umum.
Sementara itu, perlindungan terhadap penyakit yang bisa dicegah oleh vaksin didapatkan secara spesifik melalui pemberian imunisasi lengkap. Lalu, apakah imunisasi menyebabkan autisme? Tidak, itu hanya mitos.
Faktanya, vaksin yang digunakan imunisasi nasional aman dan berkualitas karena harus melalui lulus uji Badan Pengawas Obat dan Makanan dan rekomendasi para ahli. Semua vaksin yang digunakan dalam program imunisasi nasional aman, karena sudah melalui proses pengujian yang ketat.
Terkahir, kandungan vaksin membahayakan kesehatan? Mitos. Faktanya, semua vaksin yang digunakan dalam program imunisasi nasional aman. Vaksin-vaksin tersebut telah melewati proses pengujian yang ketat sebelum diijinkan untuk digunakan oleh masyarakat.
Sementara, antigen yang terbentuk dari vaksinasi merangsang pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu, sehingga bisa terpapar virus atau kuman penyebab penyakit tidak akan sakit dan hanya sakit ringan saja.
(maf)
tulis komentar anda