Masih Banyak Kerumunan, Kapan Covid-19 Pergi dari Indonesia?
Selasa, 17 November 2020 - 10:25 WIB
JAKARTA - Indonesia telah delapan bulan menghadapi pandemi Covid-19. Kasus positif Covid-19 di Indonesia pertama kali diumumkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2 Maret 2020.
Saat itu, dua warga Depok, Jawa Barat dikabarkan tertular virus Corona atau Covid-19 dari seorang warga negara Jepang yang sedang berkunjung ke Jakarta.
Saat memimpin rapat kabinet terbatas melalui video conference, Kamis 16 April 2020, Presiden Jokowi pernah memprediksi pandemi Covid-19 berakhir pada akhir tahun 2020. Namun, siapa pun tidak ada yang bisa memastikan kapan pandemi virus asal Wuhan, China itu berakhir di Indonesia.
Berdasarkan data terakhir dari pemerintah, hingga Senin 16 November 2020, kasus positif Covid-19 bertambah 3.535 menjadi 470.648 kasus. Kemudian yang sembuh bertambah 3.452 menjadi 395.443 dan yang meninggal dunia bertambah 85 orang menjadi 15.296.( )
Kendati demikian, melajunya kasus Covid-19 seolah tidak membuat sebagian orang takut. Kerumunan banyak ditemui. Bahkan dalam jumlah massa besar seperti aksi-aksi demonstrasi, kegiatan pilkada, sampai terakhir aksi massa terkait kegiatan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab belakangan ini.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat, dr Hermawan Saputra mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. "Iya, turut prihatin. Sekarang semua aktivitas sosial dan keagamaan sangat longgar terkait dengan Covid-19," ujar Hermawan Saputra kepada SINDOnews Senin (16/11/2020).
Menurut Hermawan, banyak faktor penentu untuk mengakhiri Pandemi Covid-19 di Indonesia. "Tapi bila permisivisme pemerintah dan masyarakat masih seperti ini, boleh jadi hingga akhir 2021 nanti kita masih disibukkan oleh Covid-19," kata Hermawan.
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian dan Konsultasi Pembangunan Kesehatan (LK2PK) dr Ardiansyah Bahar mengatakan, hingga kini strategi memutus mata rantai penularan Covid-19 adalah dengan pemberlakuan protokol kesehatan secara baik.
"Oleh karena itu, apa pun kegiatan di masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan tentu akan meningkatkan potensi penularan virus yang juga akan meningkatkan kasus Covid-19 di Indonesia," ujar Ardiansyah kepada SINDOnews secara terpisah.
Saat itu, dua warga Depok, Jawa Barat dikabarkan tertular virus Corona atau Covid-19 dari seorang warga negara Jepang yang sedang berkunjung ke Jakarta.
Saat memimpin rapat kabinet terbatas melalui video conference, Kamis 16 April 2020, Presiden Jokowi pernah memprediksi pandemi Covid-19 berakhir pada akhir tahun 2020. Namun, siapa pun tidak ada yang bisa memastikan kapan pandemi virus asal Wuhan, China itu berakhir di Indonesia.
Berdasarkan data terakhir dari pemerintah, hingga Senin 16 November 2020, kasus positif Covid-19 bertambah 3.535 menjadi 470.648 kasus. Kemudian yang sembuh bertambah 3.452 menjadi 395.443 dan yang meninggal dunia bertambah 85 orang menjadi 15.296.( )
Kendati demikian, melajunya kasus Covid-19 seolah tidak membuat sebagian orang takut. Kerumunan banyak ditemui. Bahkan dalam jumlah massa besar seperti aksi-aksi demonstrasi, kegiatan pilkada, sampai terakhir aksi massa terkait kegiatan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab belakangan ini.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat, dr Hermawan Saputra mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. "Iya, turut prihatin. Sekarang semua aktivitas sosial dan keagamaan sangat longgar terkait dengan Covid-19," ujar Hermawan Saputra kepada SINDOnews Senin (16/11/2020).
Menurut Hermawan, banyak faktor penentu untuk mengakhiri Pandemi Covid-19 di Indonesia. "Tapi bila permisivisme pemerintah dan masyarakat masih seperti ini, boleh jadi hingga akhir 2021 nanti kita masih disibukkan oleh Covid-19," kata Hermawan.
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian dan Konsultasi Pembangunan Kesehatan (LK2PK) dr Ardiansyah Bahar mengatakan, hingga kini strategi memutus mata rantai penularan Covid-19 adalah dengan pemberlakuan protokol kesehatan secara baik.
"Oleh karena itu, apa pun kegiatan di masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan tentu akan meningkatkan potensi penularan virus yang juga akan meningkatkan kasus Covid-19 di Indonesia," ujar Ardiansyah kepada SINDOnews secara terpisah.
Lihat Juga :
tulis komentar anda