Memanfaatkan Peluang La Nina untuk Menggenjot Produksi Beras

Jum'at, 30 Oktober 2020 - 05:51 WIB
Peluang Fenomena La Nina

Pengalaman pada 2018 telah membuktikan bahwa fenomena La Nina intensitas lemah hingga sedang dengan durasi cukup lama adalah kesempatan besar untuk meningkatkan produksi padi. Produksi padi pada 2018 adalah yang paling tinggi dalam tiga tahun terakhir. Angka sementara produksi padi tahun 2020 sebesar 55,16 lebih rendah 7,22% dari produksi pada tahun 2018 yang mencapai 59,20 juta ton.

Jika ditelaah lebih jauh, permasalahan pokok produksi padi pada 2019 dan 2020 adalah penurunan luas panen musim hujan (MH) pada periode Januari- Juni yang merupakan hasil dari luas tanam pada periode Oktober-Maret. Sebagai gambaran, luas panen pada MH 2018 mencapai 6,686 juta hektare (ha) yang kemudian menurun 5,05% menjadi 6,348 juta ha pada 2019, lalu anjlok lagi 9,81% menjadi hanya 5,725 juta ha pada 2020. Luas panen MH 2020 lebih rendah 14,37% dari pada 2018. Dengan demikian, jika capaian pada masa La Nina 2017/2018 dapat diulang pada masa La Nina 2020/2021 maka produksi beras Indonesia akan melimpah pada 2021.

Anjloknya luas panen pada MH 2019 dan MH 2020, termasuk di sentra-sentra produksi beririgasi teknis hanya oleh ganguan El Nino lemah berdurasi pendek, merupakan pertanda kerusakan parah dalam sistem irigasi kita. Saya memandang, program restorasi sistem irigasi persawahan nasional eksisting jauh lebih efektif serta memberikan hasil lebih besar dan lebih cepat daripada program Lumbung Pangan di lahan-lahan pertanian sub optimal.

Selain berdampak positif terhadap luas tanam, La Nina juga menimbulkan beberapa ancaman, seperti peningkatan intensitas serangan organisme pengganggu tanaman dan banjir yang dapat menimbulkan gagal tanam dan gagal panen. Dampak lainnya juga terjadinya gagal panen tepat waktu akibat curah hujan tinggi, sehingga produktivitas padi menurun.

Upaya untuk memanfaatkan peluang dan mengelola ancaman fenomena La Nina sudah harus dimulai pada Oktober ini. Kementerian Pertanian perlu mencanangkan Upaya Khusus Pemanfaatan Peluang Fenomena La Nina Genjot Produksi Padi 2021 dengan elemen kegiatan utama berikut. Pertama, segera mengaktifkan Konstratani sebagai ujung tombak manajemen operasional terpadu. Ini adalah masa yang tepat untuk menunjukkan bahwa Konstratani adalah terobosan pendekatan manajemen pembangunan pertanian yang sungguh jitu.

Kedua, menyediakan benih unggul padi tahan rendaman seperti Inpari 30 (Ciherang Sub1), Inpara 5 (IR64-sub1), Inpara 29, dan Inpara karya Badan Litbang Pertanian serta varietas karya lembaga penelitian lainnya. Momentum ini hendaknya digunakan untuk membangun sistem perbenihan terstruktur, berbasis pada Kawasan mandiri benih dan terkoneksi dengan lembaga penelitian penelitian sebagai sumber inovasi. Ketiga, menjamin ketersediaan pupuk subsidi 6 T (tepat jenis, jumlah, harga, tempat, waktu dan mutu). Masalah penyaluran pupuk subsidi melalui Kartu Tani perlu segera dituntaskan.

Keempat, mengaktifkan brigade alat dan mesin pertanian yang sudah terbangun beberapa tahun ini. Kelima, membangun sistem peringatan dan mitigasi bencana. Termasuk dalam hal ini adalah pembenahan sistem irigasi dan tanggap banjir, tanggap serangan hama dan penyakit, dan penyediaan fasilitasi asuransi gagal panen.
(bmm)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More