Durasi Pandemi Covid-19 dan Tata Kelola Distribusi Pangan

Jum'at, 08 Mei 2020 - 07:45 WIB
Foto: SINDOnews/Dok
Bambang Soesatyo

Ketua MPR RI/Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia

DEFISIT bahan kebutuhan pokok di sejumlah provinsi mengungkap kembali persoalan klasik tentang tata kelola distribusi yang belum efektif. Karena itu, semua kementerian dan lembaga terkait harus segera memperbaiki tata kelola distribusi agar defisit bahan kebutuhan pokok tidak menambah persoalan baru selama periode pandemi Covid-19.



Peningkatan efektivitas distribusi bahan kebutuhan pokok di tengah periode pandemi Covid-19 sangat jelas urgensinya. Covid-19 sudah mewabah di semua provinsi. Pembatasan sosial dengan segala konsekuensinya menyebabkan masyarakat tidak nyaman. Jangan sampai defisit bahan kebutuhan pokok menambah persoalan. Efektivitas distribusi bahan kebutuhan pokok harus segera ditingkatkan agar tidak ada lagi daerah yang harus mengalami kekurangan bahan kebutuhan pokok. Siapa pun paham bahwa ketika defisit kebutuhan pokok mencapai skala yang ekstrem, persoalan akan melebar tidak karuan.

Semua kementerian dan lembaga (K/L) terkait perlu menggarisbawahi dua pernyataan Presiden Joko Widodo yang sudah dipublikasikan. Pertama , pernyataan tentang defisit kebutuhan pokok di sejumlah daerah itu. Kedua , ketika Presiden mengingatkan potensi gelombang kedua persebaran dan penularan Covid-19 di dalam negeri dan memerintahkan semua aparatur negara memperketat pengawasan pada klaster-klaster baru persebaran Covid-19. Klaster-klaster susulan itu meliputi lalu lintas pekerja migran, jamaah tablig di Gowa (Sulawesi Selatan), dan rembesan pemudik. Presiden sudah menerima data tentang 89.000 pekerja migran yang tiba di Indonesia. Bahkan, ada kemungkinan 16.000 lagi pekerja migran akan tiba.

Siapa pun tidak mengharapkan terjadinya gelombang kedua persebaran dan penularan Covid-19 di dalam negeri. Sebaliknya, kerja nyata memutus rantai penularannya harus semakin diintensifkan. Itu sebabnya Presiden mengajak semua elemen masyarakat menargetkan penurunan jumlah pasien Covid-19 sepanjang Mei 2020 ini.

Namun, skenario terburuk harus tetap diperhitungkan. Jika gelombang kedua penularan itu menjadi kenyataan, durasi pandemi Covid-19 menjadi berlarut-larut. Ketidaknyamanan yang sekarang dirasakan bersama pun akan berkepanjangan pula. Agar tidak mengeskalasi masalah baru sepanjang pandemi Covid-19, persoalan defisit bahan kebutuhan pokok tingkat provinsi tidak boleh terjadi lagi.

Pada masa lalu, faktor konektivitas antarpulau dan transportasi sering mengganggu distribusi bahan kebutuhan pokok di seluruh wilayah. Faktor lain yang juga patut dicermati adalah kemungkinan perbedaan data antarinstitusi atau K/L tentang kebutuhan dan stok. Persoalan ego-sektoral pun tidak jarang menjadi faktor yang merusak koordinasi antarinstitusi.

Kemudian, kalau temanya tentang pengelolaan kebutuhan pokok tingkat provinsi atau wilayah, kepedulian dan kemauan untuk proaktif para kepala daerah menjadi sangat penting. Tinggi-rendahnya permintaan dan stok bahan kebutuhan pokok daerah itu harus menjadi perhatian para kepala daerah dari hari ke hari. Persoalan ini hendaknya segera diatasi semua K/L terkait dan para kepala daerah untuk menghindari defisit bahan kebutuhan pokok masyarakat.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More