Generasi Milenial Merasa Indonesia Kurang Demokratis
Minggu, 25 Oktober 2020 - 16:58 WIB
(Baca: Mardani: Saat Ini Ada Kemunduran Kehidupan Demokrasi)
Kemudian, kata Burhanuddin, semakin tinggi tingkat pendidikan, mereka merasa bahwa situasi sekarang lebih kurang demokratis. Lulusan SD ke bawah menyatakan bahwa kondisinya sama saja atau 43,3%, 30% nyatakan kurang demokratis dan 11,9% nyatakan lebih demokratis. Lulusan SMP, 37% nyatakan kurang demokratis, 31,3% sama saja dan 21,7% lebih demokratis. Lulusan SMA, 37% nyatakan kurang demokratis, 35,1% sama saja dan 19,6% lebih demokratis. Dan yang kuliah, 41,4% nyatakan kurang demokratis, 42,4% sama saja dan 14,3 lebih demokratis.
"Ini (orang berpendidikan tinggi) kelompok critical mess. Meskipun jumlahnya tidak terlalu besar, tapi merekalah yang menjadi vokal. Jadi harus diwaspadai kekecewaan dari menengah atas terutama dari sisi pendidikan, meskipun secara statistik jumlahnya tidak besar, mereka bagaimana pun punya opini yang mempengaruhi publik secara luas. Jadi kalau nggak segera diantisipasi punya dampak yang besar," terangnya.
Begitu juga dengan pendapatan, menurut surveu, semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi angka yang menyatakan tidak demokratis. Pendapatan kurang dari Rp 2 juta, 34% nyatakan kurang demokratis, 38,9% sama saja dan 14,5% lebih demokratis. Rp 2 juta- >Rp 4 juta, 35,4% nyatakan kurang demokratis, 32,5% sama saja dan 25,1% lebih demokratis. Dan penghasilan di atas Rp 4 juta, 43,4% nyatakan kurang, 37,6% sama saja dan 16,8% lebih demokratis.
"Semakin tinggi tingkat pendapatan kecenderungan menganggap kondisi demokrasi kurang demokratis hari ini dibanding sebelumnya itu lebih besar," tandasnya.
Kemudian, kata Burhanuddin, semakin tinggi tingkat pendidikan, mereka merasa bahwa situasi sekarang lebih kurang demokratis. Lulusan SD ke bawah menyatakan bahwa kondisinya sama saja atau 43,3%, 30% nyatakan kurang demokratis dan 11,9% nyatakan lebih demokratis. Lulusan SMP, 37% nyatakan kurang demokratis, 31,3% sama saja dan 21,7% lebih demokratis. Lulusan SMA, 37% nyatakan kurang demokratis, 35,1% sama saja dan 19,6% lebih demokratis. Dan yang kuliah, 41,4% nyatakan kurang demokratis, 42,4% sama saja dan 14,3 lebih demokratis.
"Ini (orang berpendidikan tinggi) kelompok critical mess. Meskipun jumlahnya tidak terlalu besar, tapi merekalah yang menjadi vokal. Jadi harus diwaspadai kekecewaan dari menengah atas terutama dari sisi pendidikan, meskipun secara statistik jumlahnya tidak besar, mereka bagaimana pun punya opini yang mempengaruhi publik secara luas. Jadi kalau nggak segera diantisipasi punya dampak yang besar," terangnya.
Begitu juga dengan pendapatan, menurut surveu, semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi angka yang menyatakan tidak demokratis. Pendapatan kurang dari Rp 2 juta, 34% nyatakan kurang demokratis, 38,9% sama saja dan 14,5% lebih demokratis. Rp 2 juta- >Rp 4 juta, 35,4% nyatakan kurang demokratis, 32,5% sama saja dan 25,1% lebih demokratis. Dan penghasilan di atas Rp 4 juta, 43,4% nyatakan kurang, 37,6% sama saja dan 16,8% lebih demokratis.
"Semakin tinggi tingkat pendapatan kecenderungan menganggap kondisi demokrasi kurang demokratis hari ini dibanding sebelumnya itu lebih besar," tandasnya.
(muh)
Lihat Juga :
tulis komentar anda