Prabowo Capres Terkuat atau Bukan, Tergantung Elektabilitas ke Depan
Jum'at, 23 Oktober 2020 - 08:26 WIB
JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menganggap wajar isu yang menyebutkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sebagai calon presiden (Capres) terkuat pada Pilpres 2024 mendatang. Adapun isu Prabowo Subianto menjadi capres terkuat itu muncul setelah Amerika Serikat menghapus Prabowo Subianto dari daftar hitam negara itu.
Untuk diketahui, Prabowo Subianto belum lama ini melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat (AS) atas undangan Menteri Pertahanan AS Mark Esper. "Wajar jika ada isu Prabowo menjadi salah satu capres kuat," ujar Ujang Komarudin kepada SINDOnews, Jumat (23/10/2020).
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini mengakui bahwa dukungan Amerika Serikat kepada pencalonan Prabowo Subianto di Pilpres mendatang begitu penting. "Namun yang paling penting itu dukungan rakyat," tuturnya. ( )
Ujang berpendapat, jika restu Amerika Serikat (AS) dapat, maka restu rakyat juga harus dikantongi. "Karena jika hanya dapat restu AS, dan restu rakyat nihil, sama saja bohong. Kuat atau tidak," ujarnya.
Menurut dia, terkuat atau tidak itu tergantung dari popularitas dan elektabilitas Prabowo ke depan. "Jika popularitas dan elektabilitasnya tinggi, artinya rakyat merestui. Namun jika sebaliknya, maka rakyat tak merestui," katanya. ( )
Untuk diketahui, Prabowo Subianto belum lama ini melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat (AS) atas undangan Menteri Pertahanan AS Mark Esper. "Wajar jika ada isu Prabowo menjadi salah satu capres kuat," ujar Ujang Komarudin kepada SINDOnews, Jumat (23/10/2020).
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini mengakui bahwa dukungan Amerika Serikat kepada pencalonan Prabowo Subianto di Pilpres mendatang begitu penting. "Namun yang paling penting itu dukungan rakyat," tuturnya. ( )
Ujang berpendapat, jika restu Amerika Serikat (AS) dapat, maka restu rakyat juga harus dikantongi. "Karena jika hanya dapat restu AS, dan restu rakyat nihil, sama saja bohong. Kuat atau tidak," ujarnya.
Menurut dia, terkuat atau tidak itu tergantung dari popularitas dan elektabilitas Prabowo ke depan. "Jika popularitas dan elektabilitasnya tinggi, artinya rakyat merestui. Namun jika sebaliknya, maka rakyat tak merestui," katanya. ( )
(abd)
tulis komentar anda