Komisi X DPR Minta Kemendikbud Perhatikan Siswa Vokasi Selama Pandemi
Kamis, 07 Mei 2020 - 12:41 WIB
JAKARTA - Panitia Kerja (Panja) Pendidikan Vokasi Komisi X DPR meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tetap memperhatikan siswa volasi selama pandemi COVID-19. (Baca juga: DPD Optimistis Indonesia Cepat Pulih dari Pandemi Corona)
Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Sekretaris Jenderal Kemendikbud, Dirjen Pendidikan Vokasi, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan, serta Kepala Balitbang dan Perbukuan Kemendikbud pada Rabu, 6 Mei 2020, guna membahas mengenai keadaan pendidikan vokasi di Indonesia, serta arah kebijakan dan program vokasi Kemendikbud ke depannya.
“Kita ingin semuanya evidence based. Begitu banyaknya penelitian yang telah dilakukan harus menjadi dasar penentuan pembangunan vokasi yang memang menjadi salah satu fokus utama Kemendikbud di periode ini. Mulai dari penentuan sektor prioritas, jumlah SMK yang akan dibangun, persebaran geografisnya, semua harus ada justifikasi dan argumennya,” kata Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian selaku pimpinan RDP dalam siaran pers kepada SINDO Media, Kamis (7/5/2020).
Kemudian, Hetifah menyampaikan masuknya rencana pembangunan vokasi ke dalam cetak biru sangat penting, demi menjamin keberlangsungan rencana tersebut secara jangka panjang. Karena, jika tidak ada grand designnya yang memiliki kekuatan hukum, ini sangat rentan program tersebut tidak berlanjut di periode selanjutnya jika menterinya berubah.
“Oleh karena itu kita harus sama-sama berkomitmen untuk ini, dan cetak biru tadi harus dibuat dengan benar-benar berkualitas baik,mempertimbangkan arah perkembangan zaman, dan berbasis data,” jelas Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu.
Legislator Dapil Kalimantan Timur ini juga mengingatkan, perlunya Kemendikbud untuk menerbitkan kebijakan khusus pendidikan vokasi selama masa pandemi ini. “Karena masih belum adanya ketidakpastian kapan kita akan keluar dari masa pandemi ini, Kemendikbud harus menyiapkan skenario-skenario juga untuk anak SMK dan pendidikan vokasi lainnya. Karena rata-rata mereka belajar berbasis praktik, tidak bisa hanya teori secara daring. Harus dipikirkan solusinya agar pembelajaran yang dilaksanakan tetap berkualitas,” ucapnya.
Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Sekretaris Jenderal Kemendikbud, Dirjen Pendidikan Vokasi, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan, serta Kepala Balitbang dan Perbukuan Kemendikbud pada Rabu, 6 Mei 2020, guna membahas mengenai keadaan pendidikan vokasi di Indonesia, serta arah kebijakan dan program vokasi Kemendikbud ke depannya.
“Kita ingin semuanya evidence based. Begitu banyaknya penelitian yang telah dilakukan harus menjadi dasar penentuan pembangunan vokasi yang memang menjadi salah satu fokus utama Kemendikbud di periode ini. Mulai dari penentuan sektor prioritas, jumlah SMK yang akan dibangun, persebaran geografisnya, semua harus ada justifikasi dan argumennya,” kata Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian selaku pimpinan RDP dalam siaran pers kepada SINDO Media, Kamis (7/5/2020).
Kemudian, Hetifah menyampaikan masuknya rencana pembangunan vokasi ke dalam cetak biru sangat penting, demi menjamin keberlangsungan rencana tersebut secara jangka panjang. Karena, jika tidak ada grand designnya yang memiliki kekuatan hukum, ini sangat rentan program tersebut tidak berlanjut di periode selanjutnya jika menterinya berubah.
“Oleh karena itu kita harus sama-sama berkomitmen untuk ini, dan cetak biru tadi harus dibuat dengan benar-benar berkualitas baik,mempertimbangkan arah perkembangan zaman, dan berbasis data,” jelas Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu.
Legislator Dapil Kalimantan Timur ini juga mengingatkan, perlunya Kemendikbud untuk menerbitkan kebijakan khusus pendidikan vokasi selama masa pandemi ini. “Karena masih belum adanya ketidakpastian kapan kita akan keluar dari masa pandemi ini, Kemendikbud harus menyiapkan skenario-skenario juga untuk anak SMK dan pendidikan vokasi lainnya. Karena rata-rata mereka belajar berbasis praktik, tidak bisa hanya teori secara daring. Harus dipikirkan solusinya agar pembelajaran yang dilaksanakan tetap berkualitas,” ucapnya.
(cip)
tulis komentar anda