Kunjungan Prabowo ke Washington Perkuat Hubungan Indonesia-AS
Selasa, 20 Oktober 2020 - 07:30 WIB
JAKARTA - Kunjungan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto ke Washington DC, Amerika Serikat dinilai memiliki sejumlah arti penting, baik bagi diplomasi pertahanan Indonesia, maupun bagi Prabowo sendiri.
Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) Fadli Zon menilai dari sisi diplomasi pertahanan, ada sejumlah arti strategis dan taktis dari kunjungan tersebut.
Pertama, kata dia, kunjungan tersebut akan meningkatkan kerja sama pertahanan Indonesia-AS ke level yang lebih tinggi.
"Sejak 2005, hubungan militer kedua negara telah mengalami proses normalisasi. Sejumlah komitmen kerja sama pertahanan telah berhasil dicapai, mulai dari penyelenggaraan forum Indonesia-US Security Dialogue, International Military Education and Training (IMET), Foreign Military Financing (FMF), dan Foreign Military Sales (FMS), sehingga hubungan kemitraan strategis antara kedua negara sebenarnya sudah terbentuk," tutur Fadli melalui keterangan tertulisnya, Senin 19 Oktober 2020.
Namun, lanjut dia, kemitraan strategis bukanlah sesuatu yang ‘taken for granted’. Relasi perlu dirawat melalui jalinan komunikasi politik intensif. Sebagai tokoh militer terdidik dan memiliki wawasan serta jaringan internasional luas, kata dia, relasi antara Prabowo dengan AS akan memberi banyak manfaat bagi kepentingan pertahanan Indonesia.
Kedua, dari sisi taktis, kunjungan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto ke AS dinilai menjadi bagian dari upaya penguatan alat utama sistem pertahanan (alutsista) Indonesia.
"Sebelum diundang ke Pentagon, kita tahu Menteri Pertahanan telah lebih dahulu melakukan kunjungan kerja ke Prancis, China, Rusia, dan Turki. Kunjungan-kunjungan itu erat kaitannya dengan diplomasi pertahanan dan rencana penguatan alutsista kita," tutur politikus Partai Gerindra ini.( )
Namun, sambung dia, rencana pembelian sejumlah pesawat tempur dari Rusia, atau kapal laut dari Cina, ternyata telah disambut reaktif oleh AS. Indonesia terancam dikenai sanksi CAATSA (Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act) oleh Amerika jika meneruskan niat dan proses pembelian alutsista dari kedua negara tadi.
"Sebagai negara berdaulat dan menganut politik luar negeri bebas aktif, kunjungan ke Washington DC ini sangat penting dan diperlukan. Selain untuk menjaga kedekatan yang sama dengan semua negara, terutama dengan negara-negara besar, kunjungan ini juga diperlukan menjaga kepentingan kita dalam peningkatan kapasitas alutsista," tutur anggota Komisi I DPR ini.
Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) Fadli Zon menilai dari sisi diplomasi pertahanan, ada sejumlah arti strategis dan taktis dari kunjungan tersebut.
Pertama, kata dia, kunjungan tersebut akan meningkatkan kerja sama pertahanan Indonesia-AS ke level yang lebih tinggi.
"Sejak 2005, hubungan militer kedua negara telah mengalami proses normalisasi. Sejumlah komitmen kerja sama pertahanan telah berhasil dicapai, mulai dari penyelenggaraan forum Indonesia-US Security Dialogue, International Military Education and Training (IMET), Foreign Military Financing (FMF), dan Foreign Military Sales (FMS), sehingga hubungan kemitraan strategis antara kedua negara sebenarnya sudah terbentuk," tutur Fadli melalui keterangan tertulisnya, Senin 19 Oktober 2020.
Namun, lanjut dia, kemitraan strategis bukanlah sesuatu yang ‘taken for granted’. Relasi perlu dirawat melalui jalinan komunikasi politik intensif. Sebagai tokoh militer terdidik dan memiliki wawasan serta jaringan internasional luas, kata dia, relasi antara Prabowo dengan AS akan memberi banyak manfaat bagi kepentingan pertahanan Indonesia.
Kedua, dari sisi taktis, kunjungan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto ke AS dinilai menjadi bagian dari upaya penguatan alat utama sistem pertahanan (alutsista) Indonesia.
"Sebelum diundang ke Pentagon, kita tahu Menteri Pertahanan telah lebih dahulu melakukan kunjungan kerja ke Prancis, China, Rusia, dan Turki. Kunjungan-kunjungan itu erat kaitannya dengan diplomasi pertahanan dan rencana penguatan alutsista kita," tutur politikus Partai Gerindra ini.( )
Namun, sambung dia, rencana pembelian sejumlah pesawat tempur dari Rusia, atau kapal laut dari Cina, ternyata telah disambut reaktif oleh AS. Indonesia terancam dikenai sanksi CAATSA (Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act) oleh Amerika jika meneruskan niat dan proses pembelian alutsista dari kedua negara tadi.
"Sebagai negara berdaulat dan menganut politik luar negeri bebas aktif, kunjungan ke Washington DC ini sangat penting dan diperlukan. Selain untuk menjaga kedekatan yang sama dengan semua negara, terutama dengan negara-negara besar, kunjungan ini juga diperlukan menjaga kepentingan kita dalam peningkatan kapasitas alutsista," tutur anggota Komisi I DPR ini.
tulis komentar anda