Kepala Daerah Diminta Waspadai Bencana di Tengah Pandemi Covid-19
Kamis, 08 Oktober 2020 - 07:01 WIB
“Jadi, kita sudah menghadapi tadi Covid-19 itu sendiri, kita menghadapi lagi hujan ini akan dampaknya 40% lebih tinggi. Kita menghadapi lagi demo, kita menghadapi lagi pilkada, jadi lengkaplah itu barang itu. Jadi memang kita semua harus bersinergi. Tidak boleh saling salah-menyalahkan lagi dalam ini,” tambah Luhut.
Sementara itu, Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan mengatakan, antisipasi bencana harus dilakukan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek perlu disiapkan peta potensi bencana. (Baca juga: Batal Demo di DPR, Ribuan Buruh Tanjung Priok Akan Geruduk Istana)
Saat ini BNPB bersama beberapa kementerian dan lembaga terkait telah mengeluarkan peta risiko bencana yang dimasukkan dalam satu aplikasi bernama InaRISK. “Dalam aplikasi termuat peta gempa bumi, peta potensi tsunami, peta potensi banjir, hingga peta potensi tanah longsor,” katanya.
Lilik mengatakan, dalam InaRISK ini ada semua informasi bencana. Informasi tersebut terus di-update secara berkala sehingga bisa menjadi referensi para pengambil kebijakan. Dalam jangka panjang para pengambil kebijakan semua informasi awal bencana bisa dikroscek dengan InaRISK untuk melihat dampak dan alternatif solusinya.
“Ini ada di sini satu informasi. Kami terus meng-update begitu ada informasi terbaru, kami selalu update ini. Dan, ini bisa menjadi referensi kita pada saat ada informasi-informasi terkait dengan ancaman bencana,” katanya.
Lilik menjelaskan, misalnya jika ada potensi hujan yang cukup ekstrem di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur, maka dengan InaRISK akan diinformasikan wilayah-wilayah mana saja yang harus siap siaga. Pemangku kepentingan kemudian bisa menganalisis apa yang harus disiapkan sehingga potensi jatuhnya korban bisa diminimalkan. (Lihat videonya: Buruh Blokir Pintu Tol di Tangerang Menolak UU Cipta Kerja)
“Ini menjadi satu bagian untuk unit analisis sehingga kalau kemudian kita masuk dalam pemantauan dan integrasi data yang ujungnya adalah informasi potensi bencana bisa sampai ke masyarakat,” katanya. (Binti Mufarida)
Sementara itu, Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan mengatakan, antisipasi bencana harus dilakukan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek perlu disiapkan peta potensi bencana. (Baca juga: Batal Demo di DPR, Ribuan Buruh Tanjung Priok Akan Geruduk Istana)
Saat ini BNPB bersama beberapa kementerian dan lembaga terkait telah mengeluarkan peta risiko bencana yang dimasukkan dalam satu aplikasi bernama InaRISK. “Dalam aplikasi termuat peta gempa bumi, peta potensi tsunami, peta potensi banjir, hingga peta potensi tanah longsor,” katanya.
Lilik mengatakan, dalam InaRISK ini ada semua informasi bencana. Informasi tersebut terus di-update secara berkala sehingga bisa menjadi referensi para pengambil kebijakan. Dalam jangka panjang para pengambil kebijakan semua informasi awal bencana bisa dikroscek dengan InaRISK untuk melihat dampak dan alternatif solusinya.
“Ini ada di sini satu informasi. Kami terus meng-update begitu ada informasi terbaru, kami selalu update ini. Dan, ini bisa menjadi referensi kita pada saat ada informasi-informasi terkait dengan ancaman bencana,” katanya.
Lilik menjelaskan, misalnya jika ada potensi hujan yang cukup ekstrem di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur, maka dengan InaRISK akan diinformasikan wilayah-wilayah mana saja yang harus siap siaga. Pemangku kepentingan kemudian bisa menganalisis apa yang harus disiapkan sehingga potensi jatuhnya korban bisa diminimalkan. (Lihat videonya: Buruh Blokir Pintu Tol di Tangerang Menolak UU Cipta Kerja)
“Ini menjadi satu bagian untuk unit analisis sehingga kalau kemudian kita masuk dalam pemantauan dan integrasi data yang ujungnya adalah informasi potensi bencana bisa sampai ke masyarakat,” katanya. (Binti Mufarida)
(ysw)
tulis komentar anda