Pengembangan Vaksin Covid-19 Butuh Waktu Panjang, Begini Prosesnya

Selasa, 06 Oktober 2020 - 20:22 WIB
Ilustrasi/SINDOnews
JAKARTA - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan bahwa butuh waktu yang panjang untuk mengembangkan vaksin . Hal ini untuk memastikan bahwa vaksin yang dikembangkan aman bagi manusia.

"Vaksin yang nantinya akan masuk ke Indonesia harus dipastikan secara data dan penelitian aman bagi masyarakat. Karena vaksin ini akan disuntikkan ke jutaan orang yang sehat. Pengembangan vaksin umumnya membutuhkan waktu dan proses yang cukup panjang," katanya saat konferensi pers di Kantor Presiden, Selasa (6/10/2020).

Dia mengatakan bahwa pengembangan vaksin dimulai dari penelitan dasar. Pada tahap ini ilmuwan menelusuri mekanisme potensial berdasarkan ilmu sains biomedis. Kemudian vaksin akan dibuat dalam jumlah terbatas untuk bisa memasuki pre klinis dan uji klinis I, II, dan III.

"Setelah penelitian dasar, vaksin masuk tahap uji pre klinis. Studi sel di laboratorium yakni studi in vitro dan in vivo," ungkapnya

Setelah melewati tahap uji pre klinis, vaksin akan masuk uji klinis fase I. Pada uji klinis tahap I ini, vaksin akan diberikan ke sekelompok kecil orang untuk melihat respons imun dan kekebalan yang dipicu. Sementara, pada fase II, vaksin diberikan kepada ratusan orang sehingga ilmuwan bisa mempelajari lebih lanjut tentang keamanan dan dosis yang tepat.



"Pada uji klinis fase III, vaksin diberikan kepada ribuan orang untuk memastikan keamanannya termasuk efek samping yang jarang terjadi dan keefektifannya. Uji coba ini melibatkan kelompok kontrol yang diberi plasebo. Artinya, kelompok kontrol adalah masyarakat yang disuntik tapi tidak dengan vaksin," ujarnya

Wiku menyebut bahwa melalui proses uji klinis ini ilmuwan dapat mengetahui apakah vaksin akan menimbulkan efek samping atau tidak. Hal ini mengingat sampai saat ini belum ada vaksin Covid-19 yang sudah lulus uji klinis fase III. "Jadi kewaspadaan dan monitoring terhadap kemaanan vaksin tetap harus dilakukan," katanya.

( ).

Lebih lanjut Wiku mengatakan yang menjadi fokus pada uji klinis adalah kemungkinan adanya Antibody Dependent Enhancement (ADE). Menurutnya, ADE adalah kondisi dari reaksi tubuh karena antibodi tubuh dalam melawan antigen. Dalam hal ini, bisa berupa virus atau bakteri.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More