Sebanyak 84,9 % Pesantren di Tanah Air Telah Bentuk Satgas COVID-19
Selasa, 06 Oktober 2020 - 11:57 WIB
JAKARTA - Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan ( Kemenkes ), dr Rizkiyana Sukandhi Putra mengatakan saat ini sebanyak 84,9% pesantren di Tanah Air telah membentuk Gugus Tugas atau kini Satuan Tugas Penanganan COVID-19 .
Data ini berdasarkan hasil survei pelaksanaan protokol kesehatan sesuai dengan SKB 4 menteri Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), dengan responden 146 pesantren perwakilan dari 3 regional (Indonesia Bagian Barat, Tengah dan Timur). (Baca juga: Kemenkes: 69% Pesantren Telah Miliki Surat Kesehatan Aman COVID-19)
“Dari beberapa survei yang dilakukan, kami mencatat bahwa 84,9% pesantren ini sebenarnya telah membentuk Gugus Tugas di pesantren atau Satgas di pesantren,” ujar Rizki dalam rapat koordinasi Pembinaan dalam Upaya Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 di Pesantren secara virtual, Selasa (6/10/2020).
Sementara saat ini masih ada 15,1% yang belum membentuk Satgas. Rizki pun menegaskan ini yang perlu dikejar agar seluruh pesantren di Tanah Air membentuk Satgas agar tidak terjadi klaster pesantren dan tidak menjadi sumber penularan baru COVID-19.
“Masih ada 15,1% yang belum membentuk Gugus Tugas, nah 15,1% inilah yang perlu kita kejar supaya tidak menjadi sumber penularan bagi yang lain,” tegasnya.
Apalagi, kata Rizki, pesantren merupakan tatanan lembaga pendidikan Islam yang luar biasa banyaknya berjumlah 27.722 pesantren dengan santri sebanyak lebih 4,1 juta atau sekitar 4.173.543 orang. “Pangkalannya bisa ada di kota, bisa ada di daerah, biasa ada di daerah-daerah yang pemukimannya padat.”
Rizki pun mengatakan menjadi penting bahwa pesantren harus sehat, bukan menjadi pesantren yang menjadi klaster baru COVID-19. “Pesantrennya sehat maka dapat berpengaruh terhadap lingkungannya yang memberikan pengaruh positif terhadap perilaku-perilaku hidup sehat,” ucap dia. (Baca juga: Pasien Covid-19 di Wisma Atlet dan Rumah Sakit Daerah Menurun)
Selain itu, Rizki menambahkan lingkungan pesantren yang perilakunya tidak mematuhi protokol kesehatan maka akan berpengaruh terhadap kesehatan pesantrennya. “Demikian juga para santri, kalau para santrinya melaksanakan perilaku yang baik, maka kami harapkan pesantren juga bisa menjadi sumber inspirasi, inisiasi kepada masyarakat sekitarnya untuk mampu melakukan tanggap terhadap COVID-19,” tutup dia.
Data ini berdasarkan hasil survei pelaksanaan protokol kesehatan sesuai dengan SKB 4 menteri Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), dengan responden 146 pesantren perwakilan dari 3 regional (Indonesia Bagian Barat, Tengah dan Timur). (Baca juga: Kemenkes: 69% Pesantren Telah Miliki Surat Kesehatan Aman COVID-19)
“Dari beberapa survei yang dilakukan, kami mencatat bahwa 84,9% pesantren ini sebenarnya telah membentuk Gugus Tugas di pesantren atau Satgas di pesantren,” ujar Rizki dalam rapat koordinasi Pembinaan dalam Upaya Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 di Pesantren secara virtual, Selasa (6/10/2020).
Sementara saat ini masih ada 15,1% yang belum membentuk Satgas. Rizki pun menegaskan ini yang perlu dikejar agar seluruh pesantren di Tanah Air membentuk Satgas agar tidak terjadi klaster pesantren dan tidak menjadi sumber penularan baru COVID-19.
“Masih ada 15,1% yang belum membentuk Gugus Tugas, nah 15,1% inilah yang perlu kita kejar supaya tidak menjadi sumber penularan bagi yang lain,” tegasnya.
Apalagi, kata Rizki, pesantren merupakan tatanan lembaga pendidikan Islam yang luar biasa banyaknya berjumlah 27.722 pesantren dengan santri sebanyak lebih 4,1 juta atau sekitar 4.173.543 orang. “Pangkalannya bisa ada di kota, bisa ada di daerah, biasa ada di daerah-daerah yang pemukimannya padat.”
Rizki pun mengatakan menjadi penting bahwa pesantren harus sehat, bukan menjadi pesantren yang menjadi klaster baru COVID-19. “Pesantrennya sehat maka dapat berpengaruh terhadap lingkungannya yang memberikan pengaruh positif terhadap perilaku-perilaku hidup sehat,” ucap dia. (Baca juga: Pasien Covid-19 di Wisma Atlet dan Rumah Sakit Daerah Menurun)
Selain itu, Rizki menambahkan lingkungan pesantren yang perilakunya tidak mematuhi protokol kesehatan maka akan berpengaruh terhadap kesehatan pesantrennya. “Demikian juga para santri, kalau para santrinya melaksanakan perilaku yang baik, maka kami harapkan pesantren juga bisa menjadi sumber inspirasi, inisiasi kepada masyarakat sekitarnya untuk mampu melakukan tanggap terhadap COVID-19,” tutup dia.
(kri)
tulis komentar anda