Platform Media Sosial, Sarana Pelanggengan Industri Kebencian?
Jum'at, 18 September 2020 - 09:51 WIB
Sayang dalam realitasnya, ini semua belum tersentuh dan dapat ditapis lewat mekanisme negara. Harusnya lewat pengaturan dan pengawasan berbasis undang-undang, produksi dan distribusi konten buruk dapat dicegah.
Hari ini, konten yang bertentangan dengan kepentingan nilai-nilai yang dianut masyarakat, berseliweran bebas setiap menit lewat platform. Sementara pendapatan iklan terus dinikmati pengembang platform, banyak negara diambang segregasi sosial. Ini termasuk diakibatkan pertikaian tak berkesudahan, pasca pemilu yang telah lama berlangsung: Amerika, Indonesia, Brasil. Maupun pertikaian-pertikaian lain akibat terjebat dalam filter bubble dan echo chamber, yang didalangi algoritma.
Dalam The business of Hate Media: How Google and Facebook Make Online Harassment and Disinformation Both Possible and Profitable, Kris Shaffer, 2017 menyatakan hal senada.
“Ada jaringan besar platform dan arsitektur periklanan, yang membuat media kebencian jadi mungkin dan menguntungkan. Perusahaan platform global seperti Google dan Facebook berada di pusat jaringan itu. Perusahaan-perusahaan itu menyediakan sebagian besar sumber daya keuangan yang menopangnya. Ini membawa pada pemahaman, bagaimana kebencian-dan sepupu dekatnya, disinformasi- menyebar. Dengan memahami mekanismenya, berarti kita dapat memberikan tekanan pada orang yang tepat dan mengurangi kemampuan kelompok pembenci, untuk mengatur, mempublikasikan, dan memobilisasi kebencian secara online”.
Maka kemudian, masih ingin terus kecanduan platform digital, atau mulai mempertimbangkan meninggalkannya ?
Hari ini, konten yang bertentangan dengan kepentingan nilai-nilai yang dianut masyarakat, berseliweran bebas setiap menit lewat platform. Sementara pendapatan iklan terus dinikmati pengembang platform, banyak negara diambang segregasi sosial. Ini termasuk diakibatkan pertikaian tak berkesudahan, pasca pemilu yang telah lama berlangsung: Amerika, Indonesia, Brasil. Maupun pertikaian-pertikaian lain akibat terjebat dalam filter bubble dan echo chamber, yang didalangi algoritma.
Dalam The business of Hate Media: How Google and Facebook Make Online Harassment and Disinformation Both Possible and Profitable, Kris Shaffer, 2017 menyatakan hal senada.
“Ada jaringan besar platform dan arsitektur periklanan, yang membuat media kebencian jadi mungkin dan menguntungkan. Perusahaan platform global seperti Google dan Facebook berada di pusat jaringan itu. Perusahaan-perusahaan itu menyediakan sebagian besar sumber daya keuangan yang menopangnya. Ini membawa pada pemahaman, bagaimana kebencian-dan sepupu dekatnya, disinformasi- menyebar. Dengan memahami mekanismenya, berarti kita dapat memberikan tekanan pada orang yang tepat dan mengurangi kemampuan kelompok pembenci, untuk mengatur, mempublikasikan, dan memobilisasi kebencian secara online”.
Maka kemudian, masih ingin terus kecanduan platform digital, atau mulai mempertimbangkan meninggalkannya ?
(dam)
tulis komentar anda