Dulu, Kini dan Esok: Bincang Reflektif Asosiasi Pematung Indonesia Jakarta
Kamis, 10 September 2020 - 08:06 WIB
Bambang Asrini Widjanarko
Kurator Seni
Asosiasi Pematung Indonesia (API), cabang Jakarta yang didukung oleh Edwin’s Gallery dan Galeri Nasional Indonesia menyelenggarakan Bincang Virtual dan Presentasi Pameran Virtual Stay@Home 2020.
Partisipan pameran adalah sepuluh karya perupa anggota API Jakarta dan nara sumber Bincang Virtual terdiri dari akademisi, praktisi, Kepala Galeri Nasional Indonesia sampai perspektif Galeri Privat, yakni Edwin’s Gallery.
Acara Bincang Virtual pada Senin, 14 September 2020 pukul 19.30 WIB - selesai via aplikasi zoom meeting akan mengulik tentang sejarah lahirnya Asosiasi Pematung Indonesia pada tahun 2000. Yang tak lepas dari keinginan sebagian besar para pematung Indonesia, salah satunya dimotori oleh pematung senior almarhum Gregorius Sidharta untuk mengintrodusir keberadaan seni patung pada publik lebih luas.
“Seni patung dengan karakternya yang khas, yakni tiga dimensional dan meruang dalam sejarah seni modern Indonesia terkait dengan para seniman-seniman Sanggar pada sekitar 1950-an di Yogjakarta dan kota bear lainnya di Jakarta, Bandung dll di Indonesia untuk membuat monumen-monumen tertentu sebagai penanda ingatan komunal”, kata Anusapati, akademisi dari Institut Seni Indonesia dan mantan Ketua Umum API Pusat, Yogjakarta.
(Baca: Mengkritisi Penerimaan Calon Maba saat Pandemi)
Bincang Virtual ini, selain menyingkap catatan-catatan sejarah tak dipungkiri mengungkap pula bahwa seni patung sejak awal memang dekat dengan disiplin arsitektur, tinjauan dan praktik tata lansekap kota bahkan gaya hidup masyarakat manusia urban yang dinamis di kota besar.
Sebagai yang dikatakan Edwin Rahardjo, dari Edwin’s Galley “sangat mutlak dibutuhkan regenerasi dalam tubuh API, terutama menyesuaikan kondisi ruang-ruang publik progresif --taman, gedung perkantoran, cafe dll-- yang membutuhkan desain, bentuk pun materi yang berbeda dibanding dengan masa lalu” ujarnya. Edwin berharap bahwa API mampu berkompetisi di zaman terkini
Kurator Seni
Asosiasi Pematung Indonesia (API), cabang Jakarta yang didukung oleh Edwin’s Gallery dan Galeri Nasional Indonesia menyelenggarakan Bincang Virtual dan Presentasi Pameran Virtual Stay@Home 2020.
Partisipan pameran adalah sepuluh karya perupa anggota API Jakarta dan nara sumber Bincang Virtual terdiri dari akademisi, praktisi, Kepala Galeri Nasional Indonesia sampai perspektif Galeri Privat, yakni Edwin’s Gallery.
Acara Bincang Virtual pada Senin, 14 September 2020 pukul 19.30 WIB - selesai via aplikasi zoom meeting akan mengulik tentang sejarah lahirnya Asosiasi Pematung Indonesia pada tahun 2000. Yang tak lepas dari keinginan sebagian besar para pematung Indonesia, salah satunya dimotori oleh pematung senior almarhum Gregorius Sidharta untuk mengintrodusir keberadaan seni patung pada publik lebih luas.
“Seni patung dengan karakternya yang khas, yakni tiga dimensional dan meruang dalam sejarah seni modern Indonesia terkait dengan para seniman-seniman Sanggar pada sekitar 1950-an di Yogjakarta dan kota bear lainnya di Jakarta, Bandung dll di Indonesia untuk membuat monumen-monumen tertentu sebagai penanda ingatan komunal”, kata Anusapati, akademisi dari Institut Seni Indonesia dan mantan Ketua Umum API Pusat, Yogjakarta.
(Baca: Mengkritisi Penerimaan Calon Maba saat Pandemi)
Bincang Virtual ini, selain menyingkap catatan-catatan sejarah tak dipungkiri mengungkap pula bahwa seni patung sejak awal memang dekat dengan disiplin arsitektur, tinjauan dan praktik tata lansekap kota bahkan gaya hidup masyarakat manusia urban yang dinamis di kota besar.
Sebagai yang dikatakan Edwin Rahardjo, dari Edwin’s Galley “sangat mutlak dibutuhkan regenerasi dalam tubuh API, terutama menyesuaikan kondisi ruang-ruang publik progresif --taman, gedung perkantoran, cafe dll-- yang membutuhkan desain, bentuk pun materi yang berbeda dibanding dengan masa lalu” ujarnya. Edwin berharap bahwa API mampu berkompetisi di zaman terkini
tulis komentar anda